1. Orang Tercinta

981 41 19
                                    

Tak peduli sudah berapa banyak mata yang melemparkan pandangan kau-sangat-aneh padanya. Gadis ber-hoodie merah gambar kartun pororo, yang mengenakan kaca mata dengan gagang hitam ini, tetap berlari menyusuri jalan setapak di kampusnya. Tak memperdulikan orang sekitar, sibuk sendiri dengan urusannya.

Sesaat kemudian ia memperlambat langkahnya lalu berhenti dan melempar pandangan ke sekeliling. Yang ada disisi kanannya adalah sebuah pemandangan kolam berukuran sedang dengan air mancur di tengahnya, tanaman merambat dengan bunga berwarna-warni tumbuh di setiap sisi tanah berumput di pinggir kolam. Beberapa mahasiswi duduk di pinggir kolam, tapi tak ada wajah yang dicarinya.

Ia beralih pandang ke sisi kiri, sebuah hamparan rumput hijau yang ditumbuhi pohon-pohon berukuran sedang. Banyak mahasiswi duduk di sana, beberapa mengenakan jaket dan hoodie, namun orang yang ia cari juga tak tampak di sana.

Di tangannya ada sebuah tablet pc yang sejak tadi dikibas-kibaskannya perlahan. Raut wajahnya terlihat tak sabaran. Wajahnya pucat dan bibirnya pecah-pecah, di samping image aneh-nya yang sudah diketahui seluruh isi kampus, tampilan dirinya pun selalu jadi bahan cibiran. Tak banyak yang mengenal namanya, tapi banyak yang tahu keanehannya.

Hampir saja ia menepuk jidat, baru ingat di mana seharusnya sejak awal dia mencari. Ia kembali mengambil langkah, berlari kecil masuk ke dalam gedung. Melewati pilar-pilar berukuran sedang dan merangsek masuk ke dalam sebuah kelas yang pintunya terbuka. Kelas ini sudah hampir kosong, namun di ujung deretan bangku-bangku, gadis berambut keriting ini melihat orang yang di carinya.

"Lili!" teriaknya, segera berlari menuruni tangga, setiap anak tangga memiliki sebuah kursi panjang di kanan dan kirinya.

Gadis berjaket jeans warna biru muda ke abu-abuan itu pun menengok. Memperhatikan teman yang sedang berlari ke aranya dengan dahi berkerut.

"Hei, hei, hei, coba kau lihat." Risy langsung menyodorkan tablet pc-nya hingga berjarak kurang dari lima sentimeter di depan wajah Lili, yang sebenarnya tengah serius membaca buku sebelum ia datang.

"Apa ini?" Lili meraih tablet pc didepan wajahnya dan langsung menatap layarnya. "Situs resmi XY Entertainment?" tanyanya tak mengerti.

"XY Entertainment akan menggelar audisi terbuka untuk film terbaru bulan depan! Waaa ini keren." Risy terlihat berapi-api, ekspresinya di luar kewajaran.

Risy termasuk yang tak punya banyak teman di kampus, karena ia sering tiba-tiba berbicara dengan mata menerawang, pandangannya kosong seakan sedang kerasukan. Hal ini yang membuat orang di sekitarnya memilih untuk menjauhinya, karena tak mau dicap aneh sepertinya juga.

Tidak dengan Lili, dia sudah kenal Risy sejak dari sekolah menengah pertama, sudah terbiasa dengan tingkah aneh Risy yang tiba-tiba berkata bahwa ia baru saja melihat hantu atau bicara dengan hantu dan sebagainya.

"Lili," ujarnya tiba-tiba. Tampaknya ia mulai lagi. Tatapan matanya kosong dan bola matanya melebar. "Kau diselimuti aura hitam."

Setiap keadaan menjadi seperti ini Lili hanya mendesah. Tak mengacuhkan perkataan Risy, ia sendiri tak pernah bertanya sejak kapan temannya ini mulai bertingkah laku aneh seperti itu.

"Kau benar-benar harus menghadapi sesuatu yang berat, Lili. Takdirmu akan datang dari cinta yang tak terbatas, bersama cerita yang tak akan kau ketahui."

"Sudah, ah! Ayo kita pulang," decak Lili, tak mau peduli dengan ocehan Risy. Namun ketika Lili menarik tangannya, memaksanya untuk bangkit dari tempat duduk. Tangan kiri Risy menggenggam erat tablet pc-nya yang tadi Lili letakkan di atas meja, jari telunjuknya mengetuk layar berkali-kali.

Lili melirik tak kentara. Di bagian layar yang ditunjuk Risy, terlihat foto seorang pria yang mengenakan kemeja putih dengan jas dan dasi hitam. Lili tak memperhatikan wajah pria itu lebih jelas, tak mau ambil pusing siapa orang itu.

The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang