18. Kau Membutuhkanku

111 7 0
                                    


Aku sudah ingat bagaimana aku mati, aku sudah tahu penyebab kematianku. Aku juga sudah tahu kesalahanku yang mungkin tak akan pernah aku ketahui kalau aku masih hidup sekarang. Tapi satu yang belum ku ketahui atau mungkin belum ku ingat, kenapa dan untuk apa aku dalam keadaan seperti ini

Lian baru menyadari kalau jarak rumah Leo dan Rumah Bunga Mawar tidak terlalu jauh. Mengingat satu hal membuatnya mengingat hal-hal yang lain, sekarang ia sudah ingat kembali dengan kerinduannya dengan Rumah Bunga Mawar.

Malam ini tampaknya Rumah Bunga Mawar sedikit berbeda. Mungkin ada acara sehingga pintu utama masih terbuka lebar dan semua lampu masih menyala. Lian melangkah mendekat dan menaiki anak tangga dan memandang ke keramaian di ruang tamu. Semakin mendekat semakin jelas terdengar suara lagu "Selamat ulang tahun" yang dilantunkan anak-anak Rumah Bunga Mawar. Lian baru ingat, ini pasti hari ulang tahun Sora.

Ia memasuki pintu Rumah Bunga Mawar. Kehangatan tempat ini seolah memintanya untuk merajuk kerinduannya akan kehidupannya sebagai manusia, yang pastinya normal. Bukan roh yang menyedihkan seperti ini.

Sora terlihat mengenakan piyama tidurnya, ini tengah malam, tentu saja surprise party pasti dilakukan ketika salah satu di antara anak-anak Rumah Bunga Mawar berulang tahun setelah mendapatkan nilai kenaikan kelas yang bagus, itu tradisinya.

Lian ikut menepukkan kedua tangannya ketika Sora meniup lilin usia ke lima belasnya. Perasaan senang bercampur sedih mengoyak hatinya, perasaannya benar-benar perih. Terlebih ketika Sora tiba-tiba meneteskan air mata, "Aku rindu Kak Lian," ujarnya di sela tangis, tampak Ibu Mawar memeluknya dan mengelus kepalanya. Wanita itu memang benar-benar tabah dan kuat, meskipun rapuh di dalam. Lian tahu Ibunya tak akan pernah menunjukkan rasa sedihnya di hadapan orang lain.

Tak ingin terbawa suasana, tidak bagus jika ia terpuruk di saat-saat seperti ini. Lian mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Berusaha menyelidik keberadaan Leta dan Lili. "Dimana mereka?" Lian melirik ke lorong menuju deretan kamar, "Apa mereka tidur?" mencoba menduga-duga.

"Aku juga rindu Kak Lili," ucap Sora.

Seketika Lian terdiam, segera menengok ke arah Sora lagi. Ia melihat ada gemetar pada pelukan Ibu Mawar di tubuh Sora, seolah hampir tak kuat menyembunyikan kesedihannya. Lian menatapnya nanar. Sembari terus menebak apa yang terjadi.

"Ibu, kenapa kakak pergi dan tak kembali lagi?" tanya Sora, menarik tubuhnya dari pelukan Ibu Mawar.

Lian membeku. "Pergi?" Ia menebarkan pandangan ke segala arah berusaha mencari keberadaan Lili. Dan pada akhirnya harus menggeleng tak bisa menerima kenyataan bahwa Lili memang tak ada. Perasaannya kalut, Lian melangkah mundur, lalu membalikkan badannya dan berjalan menuruni anak tangga di depan pintu Rumah Bunga Mawar.

Lian masih belum mengerti arti dari semua perkataan yang Alaia ucapkan. Yang sekarang ia tahu ia butuh bantuan seseorang, meskipun tak tahu bagaimana caranya, yang jelas ia ingat Alaia bilang mungkin Leo bisa membantunya. Ia ingin mememui Lili.

Ia ingin mengetahui keadaan yang sedang terjadi dan di mana Lili. Sebaiknya ia kembali ke rumah Leo sekarang. Untuk mengetahui apakah benar pria itu bisa membantunya. Tanpa pikir panjang, Lian langsung berlari menuju rumah Leo. Bersyukur ia tak akan merasakan lelah tak peduli berapa banyak ia mengeluarkan tenaganya.

"Apa kau gila!" keluh Lian pada dirinya sendiri begitu sampai di depan pintu gerbang rumah Leo. Masih tak yakin dengan apa yang sedang ia kerjakan.

Tak lama kemudian ia melihat mobil Leo datang, akhir-akhir ini kegiatan semacam ini sering ia lakukan. Bodoh mungkin, tapi ia masih saja menggeser tubuhnya kalau ada mobil yang mendekat ke arahnya. Trauma karena mati tertabrak mobil.

The StoryWhere stories live. Discover now