29. Karena Aku Menyukaimu

135 8 0
                                    

Saat Thomas bilang ingin bertemu, Lili pikir yang hadir di acara dinner ini hanya dirinya dan Thomas. Begitu memasuki restoran Itali ini dan melihat Leo duduk di hadapan Thomas, Lili mendadak salah tingkah. Pikirannya masih berkutat di antara kejadian tadi pagi dan kata-kata Indi.

Leo sendiri juga tak tahu kalau Lili akan datang. Kedatangan Lili membuatnya gugup. Karena sebelum Lili muncul, Thomas dan dirinya baru saja membahas gadis ini.

Beberapa menit lalu, Thomas bertanya padanya. "Pernikahan Indi besok, aku akan mengajak Lili sebagai partner. Apa kau keberatan?"

Leo yang duduk bersandar dengan tangan dilipat di depan perut, hanya menatapnya dingin. Mulutnya terkatup rapat. Tak mendapat jawaban apapun, Thomas mencondongkan tubuhnya dan memandangi wajah Leo sambil melipat kedua tangannya di atas meja. "Kau keberatan? Ini aneh." Matanya menyelidik.

"Bagaimana kalau ku katakan, aku yang akan membawanya di pernikahan Indi besok?" Serang Leo, kontan Thomas membelalak.

"Kau serius?" Tanya Thomas tak yakin dengan ekspresi yang muncul di wajah Leo. Sudah sangat lama sejak ia mendapati Leo memandangnya dengan aura kompetitif seperti saat ini. "Mungkinkah, kau menyukainya?"

Percakapan keduanya terhenti saat Lili datang menghampiri mereka.

"Halo, maaf sedikit terlambat." Lili mendekat malu-malu.

Leo berdehem, menggeser posisi duduknya tak kentara agar tersisa ruang kosong di sofa tempatnya duduk.

"Silahkan duduk Lili!" Thomas juga menggeser posisi duduk dan mengulurkan tangannya ke bagian sofa yang kosong di sebelahnya.

Leo menggoyang-goyangkan jari tangannya di tempat kosong di sebelahnya, sayangnya Lili yang menghindari tatapannya tak melihat hal tersebut dan langsung duduk di sebelah Thomas. Leo langsung berdehem pelan dan membuang pandangannya, merasa malu kalau-kalau Thomas melihat tingkah anehnya barusan, bersyukur pria itu tengah sibuk merayu Lili ini dan itu.

Setelah menyantap makan malam sambil membicarakan hal-hal ringan, tanpa basa-basi lebih banyak, Thomas langsung menyampaikan maksud ia sebenarnya mengundang Lili dalam makan malam ini. "Lili. Pernikahan Indi besok apa kau mau datang denganku?"

"Ya?" Entah mengapa Lili malah melirik ke Leo yang juga sedang menatapnya. Tatapan dingin dari mata tajamnya itu, kini Lili tak sanggup melihatnya terlalu lama, karena jantungnya akan berdegup kencang.

Tak ada jawaban dari Lili, Thomas menghela nafas. "Apa, kau sudah punya seseorang untuk menemanimu datang ke sana?" tanyanya pada Lili, tapi matanya justru melirik bengis pada Leo.

Lili menggeleng, "Tidak, hanya saja.."

"Lili," sela Leo, membuat Lili menghentikan ucapannya. "Jam berapa kau harus kembali latihan?" Kembali mengeluarkan sikapnya sebagai boss.

"Ya? Jam delapan." Lili mengingat-ingat ucapan pelatih tari saat ia izin untuk makan malam di luar, bukan di kantin gedung.

"Sudah hampir jam delapan. Kau harus kembali latihan, ayo aku antar!" Leo segera beranjak dari tempat duduknya dan berdiri di samping tempat duduk Lili.

Di tempat duduknya, Thomas hanya terdiam memandang Lili yang juga berdiri dari tempat duduknya dan sekarang menundukkan kepalanya pamit.

"Kau!" Gerutu Thomas tanpa suara dan memelototi Leo yang malah tersenyum penuh makna.

Dan ketika ia harus melihat keduanya berjalan keluar restoran, senyum tersungging di wajah Thomas. "Waaah, benar-benar! Leo, orang itu, tak pernah aku lihat dia seperti itu sebelumnya." Thomas tergelak tawa. "Tampaknya perkataan Indi benar. Dan sekali lagi aku harus mengalah padanya." Ia tak bisa berhenti tertawa, sekalipun sekarang dirinya tengah mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jasnya dan mencari sebuah kontak telepon.

Ia memilih sebuah kontak dan tanpa ragu langsung menekan tombol panggil di layar ponselnya. Berusaha menghentikan tawanya dan menempelkan ponselnya ke samping telinga. Tak terlalu lama terdengar nada sambung, panggilannya pun dijawab.

"Halo?" ujar wanita di seberang jalur teleponnya.

"Halo." Sahut Thomas sambil tersenyum, "Leta?"

"Ya?" sahut Leta terdengar sedikit bingung, tentu saja, wanita yang sekarang menjadi manager adiknya ini tak tahu bahwa Thomas yang meneleponnya.

"Aku Thomas, kau masih ingat?"

Leta terdiam sejenak, mencoba mengingat-ingat. Kemudian memekik sungkan, "Ah Thomas, maaf, maaf. Ada yang bisa ku bantu?"

Thomas tertawa ringan, "Ah, tidak. Apa kau punya waktu untuk bertemu?"

***

Lagi-lagi muncul perasaan kikuk setiap kali hanya berdua dengan Leo. Lili berkali-kali mengigit bibirnya dan mengatur nafas agar lebih rileks, menahan agar jantungnya tak berdegup lebih kencang, meski ia sendiri tahu itu mustahil.

"Kau," Suara Leo membelah kesunyian. "Apa akan pergi dengan Thomas besok?" tanyanya tanpa menengok ke Lili, tetap fokus mengemudikan mobil.

"Aku juga tak tahu. Karena Ari dan Daniel juga sudah menganjakku."

"Apa?" pekik Leo mendengar jawaban Lili, langsung meminggirkan mobilnya dan berhenti di samping trotoar.

Mata Lili membelalak kaget karena Leo meminggirkan mobil dengan tiba-tiba. Namun tampaknya Leo yang lebih kaget, karena tadi Lili menyebut nama salah satu kepala bagian humas di XY Entertainment dan nama salah satu trainee-nya. "Mereka mengajakmu juga?" seru Leo, untuk pertama kalinya Lili melihat Leo dengan mimik wajah lebih ekspresif. Lili mengangguk, "Kau menerima salah satunya?" Tanya Leo lagi.

Lili menggeleng, "Belum."

"Belum? Waaa." Leo menghembuskan nafas dari mulut, melepas tangannya dari gagang kemudi dan menyandarkan bahunya di kursi mobil. "Bagaimana kalau aku yang mengajakmu? Apa kau mau pergi bersamaku?" Ucapnya dengan pandangan mata lurus ke depan.

"Apa?" kali ini Lili yang kaget.

Leo menengok, "Kau tak mau?" tanyanya dengan tatapan mematikan yang membuat Lili seakan merasakan tulang-tulang di tubuhnya langsung rontok.

"Bukan begitu. Tapi, kenapa? Kenapa kau memintaku?" Ucap Lili terbata-bata. Penasaran dengan maksud yang sebenarnya dari ajakan Leo barusan.

Leo mengangkat tubuhnya perlahan, dan mencondongkan badannya ke arah Lili. Mendadak Lili merasa nafasnya tertahan di tenggorokan, jantungnya berdegup semakin kencang saat wajah Leo mendekat ke wajahnya.

Seketika Lili merasa tubuhnya seperti membeku dan darahnya berhenti mengalir. Saat Leo mengecup bibirnya beberapa detik. Mata Lili terbelalak sedangkan wajahnya terdiam kaku. Lili shock berat. Ini ciuman pertamanya. Dan kepalanya seakan mau meledak karena rasa bahagia.

"Kalau ku bilang karena aku menyukaimu?" Jawab Leo kemudian, tatapannya menghantam langsung ke dalam mata Lili yang hampir pingsan. "Apa kau mau?"

Lili tak tahu yang Leo maksud 'apakah dirinya mau' itu untuk hal apa, ia bahkan sudah lupa bahwa sebelumnya Leo memintanya untuk datang ke pernikahan Indi besok. Yang jelas perasaannya sekarang sedang meletup-letup dashyat, dan walaupun dengan gerakan yang sangat kaku. Lili mengangguk.

∞ ♥ ∞

The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang