20. The Audition

118 7 0
                                    


Jika sesuai rencana, memang belum waktunya ia untuk kembali ke Jakarta. Namun liburan Risy kali ini sama sekali tak terasa menyenangkan, karena perasaan itu selalu mengganggu pikirannya. Sekeluarnya dari bandara Soekarno Hatta ia langsung bergegas ke Jakarta, bukan untuk pulang ke rumah dan bertemu orang tuanya, melainkan untuk menemui Lili.

Tapi sekarang ia berdiri terperangah di ambang pintu utama Rumah Bunga Mawar. Setelah baru saja mendengar Sora mengatakan bahwa Lili sudah pamit pergi dari Rumah Bunga Mawar. Masih menurut Sora, Lili pergi dengan membawa serta seluruh barang-barangnya lebih dari seminggu lalu dan belum juga kembali.

Buru-buru Risy mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, ponsel yang tak pernah dia pakai selama di Korea. Begitu di aktifkan banyak pemberitahuan yang tampil di layar. Beberapa pesan dari operator, yang mencantumkan beberapa nomor yang meneleponnya selama ponselnya tidak aktif. Salah satunya nomor ponsel Lili.

"Aish dasar bodoh!" Risy memukul kepalanya. Segera membuka kontak Lili di ponselnya dan meneleponnya. Tanpa nada sambung sedikit pun Risy langsung mendapat jawaban dari operator bahwa nomor yang dihubungi sedang tidak aktif.

"Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku harus memberi tahu Lili." Bola matanya berputar, melihat kesekeliling, berusaha mencari jawaban.

Wajahnya kini terlihat lesu. Mungkin karena lelah, saat ini ia tak bisa berpikir dengan baik. Sekali lagi ia menengok ke pintu utama Rumah Bunga Mawar. Sora sudah tak ada di sana, mungkin sudah kembali masuk, waktu ia sedang sibuk dengan ponselnya tadi.

Ia mengingat sesuatu lalu menatap kesekeliling, "Kak Lian. Di mana dia."

***

Tadi pagi, begitu keluar dari rumah Leo, Lian yang kehilangan jejak Lili karena terjebak lagi dalam tubuh Leo semalaman, memilih untuk menyambangi Rumah Bunga Mawar. Berharap sebuah keberuntungan bisa menemui Lili disana, namun kenyataannya nihil, karena Lili tampaknya benar-benar tak akan kembali kesana.

Pada akhirnya yang Lian temui adalah Leta, yang saat itu sedang berjalan keluar Rumah Bunga Mawar dengan membawa sebuah kantong besar ketika Lian berdiri di depan pintu. Tanpa merencanakan apapun, Lian mengikuti langkah Leta.

Di perjalanan, ketika mengawasi punggung Leta dari belakang. Dan memandanginya duduk terdiam di halte menunggu bus datang, Lian mengingat sesuatu.

Ia mengingat, perlahan-lahan kejadian di malam kematiannya muncul di otaknya. Setiap detail pertengkarannya dengan Leta, sekarang ia mengingatnya. Setelah kejadian itu, ia pergi menemui Lili, untuk meminta maaf padanya. Dan untuk menyampaikan perasaannya pada Lili.

Hari ini mungkin ia mendapat kesempatan menemukan satu lagi jawaban. Ia harus mengikuti Leta, ia harus tahu apa yang sebenarnya Leta lakukan selama ini tanpa sepengetahuannya. Dan apa yang Leta tutupi sebenarnya.

Dari naik bus di halte, sampai sekarang turun lagi di sebuah halte, Lian terus berdiri di jarak yang tak terlalu jauh dengan Leta. Matanya yang penasaran tak ingin kehilangan satu pun gerak-gerik Leta. Sesekali rasa marah datang membuncah kembali di dadanya, setiap mengingat kejadian di malam kematiannya, mengingat betapa kecewanya dia pada Leta.

Namun ketika melihat Leta berjalan dengan kaki kurusnya yang terlihat semakin kurus, membawa sebuah kantung karton besar yang sepertinya cukup berat. Menaiki beberapa anak tangga di daerah perumahan dengan dataran yang berundak seperti ini, membuat Lian merasa sedih. Bagaimanapun Leta, dia adalah kakaknya, yang kini seharusnya ia lindungi dan kasihi. Tapi keadaan yang membuat Lian tak mampu melakukan apapun, selain mengikuti langkah Leta yang entah tengah mengarah ke mana.

The StoryWhere stories live. Discover now