Can I?

1.5K 243 77
                                    

Ini sudah terlalu jauh.
Aku sudah terlalu jauh untuk berhenti.

Meski aku ingin sekali berhenti,
Aku tahu bahwa aku sama sekali tidak bisa berhenti.

- Lutfia Ihwani Umar






















"Menurutmu apa hubungannya dengan cerita yang ku tulis? Maksudku itu hanya cerita asal asalan."

"Kau yang membuat cerita itu dan kau tidak sadar kau mengalami keanehan yang persis di alami oleh karakter utama dalam ceritamu? "

Aku sadar.
Semua keanehan itu.
Hal - hal yang seharusnya tidak ku lihat,
Hal - hal yang seharusnya tidak ku dengar terjadi padaku.
Aku benar - benar tidak tahu apa yang terjadi. Aku selalu merasa seperti di awasi.
Selalu merasa ada bisikan di telingaku yang berbisik tanpa henti.
Aku mengalami kejadian aneh yang sulit dicerna dengan akal manusia.
Ada saat ketika aku bahkan mulai berpikir aku gila.
Tapi setelah mendengar laporan Maria bahwa dia dan semua orang juga mengalami keganjilan, aku berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa aku memang tidak gila.

"Menurutmu aku tidak gila, iya kan ?"

Maria mengiyakan.

"Dan jika aku menceritakan semuanya, pendapatmu bahwa aku tidak gila masih tetap?"

"Yeah,"

Aku baru mau buka mulut saat pembantuku yang berseragam rapi dengan rambut disanggul tiba - tiba tanpa izin masuk ke percakapan.

"Young Lady," Panggilnya sedikit berbisik dengan kepala yang di tundukkan.

"Kau tidak memakai matamu? Tidak lihat aku sedang bicara?" Aku bersikap menyebalkan lagi.

Maria mencolekku dan memberiku tatapan Sopan sedikit atau ku lapor ke orang tuamu.

Aku membalasnya dengan tatapan You sucks!

Kemudian aku menaruh perhatianku pada si pembantu dan menunggunya buka mulut. "Austin and Greyson's here, " Beritahunya.

Aku menghela napas dan menatap Maria.

Aku ingin memberitahu Maria semuanya hingga ke detail yang terperinci. Tentang bagaimana semua ini di mulai, teror pertama, dan apa yang itu inginkan dariku.

Tapi aku tidak punya waktu untuk itu, Austin dan Greyson ada disini.

"Bisa tolong kau beritahu mereka aku tidak ada di rumah?" Perintahku.

Dia masih menatap ke bawah. (Mungkin mengagumi sepatunya). "Saya ragu melakukan itu, Nona."

Sebelum aku bisa bertanya apa maksudmu, dia lanjut bicara. "Anda menggunakan alasan itu terakhir kali. Saya ragu mereka akan mempercayainya."

"Pergi temui Greyson, Lutfia." Maria memberiku perintah.

"Enak sekali kau memberiku perintah," singgungku.

"Sudah lama sekali sejak terakhir kali kau bertemu dengan Greyson."

Dianya kan sibuk.

"Kau juga tidak mengangkat telpon dan membalas pesannya. Ada apa? Kalian bertengkar?" tanya Maria peduli.

Bisa jadi.

"Kepo! Itu bukan urusan seorang kepala pengasuh untuk tahu kenapa,"

Maria menghela napas melihat sikapku.

The Author #Wattys2016Where stories live. Discover now