The Parking Lot

484 132 15
                                    


Aku memulainya.
Tapi aku tidak tahu bagaimana mengakhirinya.

- Lutfia Ihwani Umar





















Lagi, rasa takut tentang teror itu muncul lagi. Jantungku tidak pernah berdetak dengan normal sejak saat itu. Perasaan takut dan gelisah mendatangiku setiap saat, menakutiku bahwa entitas itu terus mencariku dan menginginkanku. Meyakinkanku hingga aku ketakutan setengah mati, bahwa entitas ini akan mendapatkan apa yang diinginkan. Aku.

Sejak semuanya dimulai, semuanya berubah. Kehidupanku berubah perlahan hingga berubah total.

Fisik dan mentalku berubah secara drastis seolah aku baru saja berubah menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang bukan diriku.

Berbicara tentang fisik dan mental. Kelelahan setiap saat meski aku tidak melakukan apa - apa. Melihat yang seharusnya tidak dilihat, dan mendengar yang seharusnya tidak kudengar.

Ini tidak normal.
Aku tahu itu.

Aku seharusnya tidak melihat, mendengar, dan merasakan semua itu.

Rasa takut, gelisah, dan perasaan tidak aman yang kurasakan setiap saat membunuhku perlahan dan aku tidak tahu bagaimana mengakhirinya.

" Love, kita sampai. " Greyson memecah lamunanku.

Aku mengedipkan mataku beberapa saat, memberi waktu beberapa detik agar otakku selesai memproses, hingga aku menyadari kami sudah di high school dan mobil Greyson sudah terparkir di driveway.

" Love, jika ada sesuatu, kau tahu kau selalu bisa cerita padaku. "

Aku maju menyilangkan lenganku di leher Greyson dan berniat menciumnya. Tapi aku sadar, aku sudah memutuskannya hingga ketika bibirku sudah berjarak beberapa senti dari bibirnya, aku memutuskan mencium manis pipinya. " Akan kucerita nanti, " bisikku.

Untuk pertama kalinya sejak teror itu, aku tersenyum lagi.

Greyson tersenyum lebar tapi sudut bibirnya perlahan berbalik ke bawah dan cemberut. Matanya menatap tajam salah satu bagian wajahku.

Ketika aku menyadari apa yang Greyson lihat, tanganku otomatis terbang menutupi pipi.

Ekspresi Greyson bercampur marah dan peduli. " Dari mana kau mendapatkan ini? " Greyson mengangkat daguku dan memperhatikan wajahku. " Lutfia, seseorang melakukan ini padamu? "

Greyson memanggilku Lutfia hanya ketika dia benar - benar serius, dan itu jarang sekali terjadi. Greyson biasanya konyol dengan senyum lebar yang terpampang di wajahnya setiap saat. Jadi langka sekali ketika dia memanggilku Lutfia.

Aku mengusir tangannya di pipiku. " Sudah kubilang aku tidak apa - apa. Tentang memar di pipiku- aku mungkin jatuh dari tempat tidur. Ini bukan masalah besar. " Aku tidak mau memberitahu Greyson bahwa aku menyakiti diriku sendiri hingga terbangun dengan goresan baru setiap pagi.

Greyson memperhatikan wajahku melihat apa aku bohong. " Kau akan memberitahuku jika seseorang menyakitimu, kan? "

Tapi bagaimana jika yang menyakitiku itu bukan 'orang' ?

" You wouldn't be trying to keep something like that a secret, would you? "

" Aku terkadang ceroboh, " aku bersikeras. " Tapi serius. Memarnya begitu terlihat? "

Greyson menggeleng.

" Aku sudah mencoba menutupinya. " aku ingin cerita tentang foundation makeup yang habis dan membuatku jengkel. Tapi aku menghindar agar Greyson tidak menertawaiku. Seperti, Kau memakai makeup? Kau bahkan membenci makeup.

" I know you so well, jadi itu terlihat untukku. Dad-mu tidak mengatakan apapun? "

" Tidak. " akhir - akhir ini dia begitu sibuk dan tidak mau diganggu. Dia mungkin tidak akan tahu bahkan ketika tanganku digergaji. "

Greyson tertawa kecil. " You're such a klutz. I'm always worried about you, " katanya, menyisir rambut brunnete-nya ke belakang dengan tangan. Greyson selalu mengatakan itu. Kami sudah cukup lama bersama dan Greyson selalu disana disetiap perjalanan ke rumah sakit.

Greyson membuka lengannya dan memelukku. Aku bertahan dalam pelukan Greyson kuat - kuat, memohon dari dalam hati agar Greyson tidak melepas pelukannya.

Aku mencintaimu. Bisikku dari dalam hati. Tapi aku ingin Greyson mendengarnya. Aku ingin Greyson tahu bahwa aku begitu mencintainya. Sama seperti dia mencintaiku.

Hembusan napas Greyson di leherku menenangkanku. Menghangatkanku dibalik baju tebal yang kupakai.

Sekarang sedang musim panas, dan panasnya begitu menusuk. Semua orang memakai baju tipis, sementara aku memakai kardigan hangat untuk musim dingin. Aku tidak tahu apa yang salah dengan tubuhku. Tapi aku kedinginan.

Kedinginan di tengah musim panas yang begitu panas.

Aku merasa terasing dan berbeda. Aku tahu ada yang salah denganku.

Jendela mobil diketuk.

Greyson melepas pelukannya dan menurunkan kaca mobil yang diketuk.

" Kalian tahu kan, having sex di lingkungan high school itu terlarang dan ilegal? "

Ew, Austin!

" Kau pikir narkoba? " canda Greyson.

" We're not- "

" Bup bup. Aku tidak menerima penyangkalan. " Austin memotongku.

Grrr! Aku memutar bola mata dan keluar dari mobil.

Austin datang merangkulku dari belakang dan berbisik di telingaku. " So how you and Greyson? "

" Kami putus. "

" You broke up with him? "

Kusiku perutnya. " Sst, nanti dia dengar. " bisikku.

" Kenapa? " bisik Austin tidak percaya aku baru saja memutuskan sahabatnya.

Aku melepas rangkulan Austin di pundakku dan menarik tangan Greyson yang sibuk dengan ponselnya. " Ada apa? " tanyaku.

Jari Greyson sibuk menari di atas ponsel dan matanya masih menatap layar. " Tidak. " jawabnya singkat. " Ada konser dadakan sepulang sekolah, "

" Benar - benar dadakan? "

Greyson mengangguk masih sibuk dengan ponsel. " Well, mereka menunggu seorang Greyson Chance. " godaku.

" Lola, " pandangan Greyson lepas dari ponsel.

" It's okay. Selalu ada resiko ketika kau dekat dengan seorang public figure. "

Greyson merangkulku dan kami berjalan menuju high school. " Akan ku usahakan cepat selesai. "

" Jangan. Aku akan baik - baik saja meski tanpamu, "







.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


VOTE & COMMENT

BIAR AKU TAHU KALIAN PERNAH KE SINI.

SO I COULD KNOW THAT YOU GUYS WERE HERE.


VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE


SEBARKAN CERITA INI !!!

- Lutfia Ihwani Umar












Follow »»»

Twitter : @Lutfia_Umar

Instagram : lutfia_ihwani_umar

The Author #Wattys2016Where stories live. Discover now