How Can I Awake ?

366 103 55
                                    

Ini terlalu buruk untuk sebuah kenyataan.
Aku pasti bermimpi !
Sekarang, bagaimana caranya aku bangun?

- Lutfia Ihwani Umar













Rechap :

Kupaksa kakiku mundur ke belakang.

Lampu koridor menyala mati lagi.

Napasku tersengal ketakutan. Tidak ada siapapun bersamaku. Ketika aku berpaling dan melihat ke jendela salah satu kelas, memang tidak ada orang. Meja dan bangku tersusun rapi tanpa satupun penghuni.

Tidak ada satupun murid. Mungkinkah aku bermimpi lagi?

Apa aku jatuh tertidur dan bermimpi?

Ini begitu buruk untuk sebuah kenyataan. Aku meyakinkan diriku bahwa aku mungkin bermimpi.

Yang menjadi masalah sekarang, bagaimana caraku terbangun dari mimpi ini?

>>>>><<<<<

Aku mundur dua langkah ke belakang lagi. Mataku terpaku pada bagian gelap di ujung koridor. Hawa dingin yang aneh meyakinkanku ada sesuatu di depan sana. Dibagian gelap itu.

Sesuatu menarikku.

Degup jantungku berdetak begitu kencang hingga rasanya akan berhenti. Aku tidak bisa mengendalikan diri. Aku panik dan ketakutan. Aku tidak tahu bagaimana terbangun dari mimpi ini.

Aku tidak mau mendapat luka - luka lagi dari teror mimpi. Teror ini membuatku kesakitan dan kelelahan setiap saat dengan alasan yang sama sekali tidak masuk akal.

Sudah cukup! Rasanya kematian akan jadi lebih damai.

Meski aku tahu ini mimpi, aku bisa terluka di dunia nyata jika terluka disini. Ini menjadi jawaban atas semua luka sayatan, memar, dan lebam yang ada di seluruh tubuhku.

Sesuatu membisikkan namaku didepan sana. Diujung koridor gelap itu. Aku tidak tahan lagi. Aku tidak bisa hidup dalam ketakutan seperti ini!

Kakiku gemetar hebat kupaksa mundur kebelakang. Napasku memburu dan jantungku berdetak begitu kencang hingga rasanya membunuh. Lututku bergetar dan aku bingung kenapa aku masih sanggup berdiri. Sendi - sendi di tubuhku kaku dan meraung kesakitan. Saat langkah mundur ketiga, punggungku menabrak sesuatu dan aku teriak histeris.

Aaaaaagghh !!!

Pundakku dicengkeram. Dan seluruh tubuhku merenggang. Aku pasrah.

" Hey, you okay? "

Mataku refleks terbuka. Aku mengatur napas. Apa yang terjadi?

Suasana kembali normal. Hanya ada kami berdua di lorong sekolah. I don't know what the hell is going on right now.

Aku sadar, Aku tidak bermimpi.

Aku dalam kondisi terjaga dan itu berarti semua yang kulihat memang nyata.

Aku berbalik untuk melihat sisi ujung koridor yang tadi gelap dan lampu koridor yang menyala mati.

Tapi semuanya sudah kembali normal.

Tidak ada lagi hawa dingin mencekam yang menakutkan di ujung koridor. Lampu tidak lagi menyala mati. Tidak ada lagi perasaan yang meyakinkanku bahwa ada sesuatu disana.

Semuanya benar - benar normal.

Apa yang terjadi?

Aku menatap Peter di depanku. " Kau baik - baik saja? " tanyanya sekali lagi.

Aku terlalu terkejut dan bingung untuk menjawab.

Aku mengusir telapak tangannya di kedua pundakku. " I'm okay. "

Aku tidak bermimpi.
Aku terjaga. Yang tadi itu sungguh bukan mimpi.
Itu berarti 'dia' juga nyata. Berada disini dan menginginkanku.

Aku sadar Peter memperhatikanku bingung. Kupukul bahunya. " Kau mengagetkanku, bodoh. " Pukulanku di bahunya bergema di lorong sekolah. Hanya ada kami berdua disana.

" Apa yang kau takutkan? "

" Apa? "

" Kau terlihat begitu ketakutan, "

" Tidak. "

" Iya. "

" Kubilang tidak ya tidak. "

Mata hijau Peter memperhatikanku. " Ekspresimu mengatakan kau ketakutan, bodoh. "

" Tapi aku tidak takut. "

" Kalau begitu apa? "

" Kenapa kau mau tahu? "

" Aku hanya bertanya, "

" Kenapa kau harus bertanya, coba? "

" Kau tidak masuk kelas? "

" Terserah padaku mau ke kelas atau tidak. " cetusku. Peter berbalik ke belakang dan kugunakan kesempatan itu untuk menghapus keringat dingin di pelipisku sebelum Peter lihat dan menanyakan pertanyaan yang tidak akan mampu kujawab.

Perasaan takut karena telat masuk kelas sudah lama hilang. Aku baru saja mengalami hal yang lebih menakutkan. Ceramah guru yang akan kudapat dikelas tidak sebanding dengan apa yang baru saja kualami.

" Kau tahu dimana kelas Sejarah? Aku tersesat, " tanyanya.

Aku menghela napas dan memutar mata. " Tidak dapat kupercaya kita dikelas yang sama, " desahku. " Lagi. "

Aku berjalan menjauh dan dari gemaan langkah kakinya aku tahu dia mengikutiku di belakang.

" Hey, kau mau minum Coffee? " dia mencoba mengejarku.

" Kita ada kelas, bodoh. "

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

VOTE & COMMENT

COMMENT yang banyak, aku suka dapat comment.

BIAR AKU TAHU KALIAN PERNAH KE SINI.

SO I COULD KNOW THAT YOU GUYS WERE HERE.



VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE




SEBARKAN CERITA INI !!!

- Lutfia Ihwani Umar













The Author #Wattys2016Where stories live. Discover now