Tells You

320 73 2
                                    

Semuanya akan kembali normal?

Kuharap.

- Lutfia Ihwani Umar















Rechap :

Mata maria membulat. " Kau tertembak? " tangan Maria mulai menjalari tubuhku.

Aku menggeleng memberitahunya tidak.

Tapi kemudian tangan Maria menyentuh lebam biru di lengankhu.

Hhhhh.

Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengerang sakit.

" Apa ini? " tanya Maria. " Kau bilang kau tidak kena tembak, "

" Memang tidak. " jawabku. Karena kenyataannya, Peter yang hampir tertembak karenaku.

Maria menatapku tidak percaya. Kemudian tangannya meraup lengan kardigan panjang penuh debu di lenganku, menariknya hingga ke siku. Menampakkan luka lebam biru keunguan di sepanjang lengan.

Napas Maria tertahan. " Ini semakin parah. "

>>>>><<<<<

" You need to stop, " putusnya.

" Sudah kucoba! " aku sedikit berteriak. " Aku tidak bisa berhenti begitu saja. Setiap kali aku berhenti hal buruk terjadi. "

" Hal buruk tetap terjadi meski kau tidak berhenti menulis. " debat Maria. " Lebam itu. Kau kira itu bukan hal buruk? "

Aku terdiam.

" Dan jangan pikir aku tidak tahu tentang kotak make up di kamar mandi. "

Mataku membesar. " Apa kubilang tentang privasi?! " amarah mulai tersulut. " Kasar sekali kau masuk ke kamar dan menguak setiap inci rahasiaku,"

Maria menyentuh pipiku dengan telapak tangannya.

Kutampis tangan itu.

" It's not about the guys, right? Kau memakai make up sama sekali bukan untuk menarik perhatian mereka. "

" Apa yang kau tahu tentangku?! " sergahku.

" Aku tahu segalanya tentangmu. Kau benci make up, kau selalu membuka jendela dan melihat ke bintang sebelum tidur, kau punya tanda lahir di paha kirimu- aku tahu segalanya tentangmu, "

" Creepy. " kataku. " Kau baru bekerja di keluargaku dan kau sudah seperti pembunuh bayaran yang tahu setiap detail tentangku. "

Maria mendekatkan wajah dan telapak tangannya menyentuh pipiku yang lebam. " Kau menggunakan make up itu untuk menutupi- "

Ku alihkan pandangan. Hal yang paling kubenci adalah orang asing yang masuk ke kamarku dan mengacak barang pribadi.

" Lebam di pipimu. " jelasnya. " Kau menggunakan make up itu untuk menutupinya. "

Aku mendesah malas. Kuberitahu Maria sebaiknya dia keluar, aku mau mandi.

Tubuhku baru beranjak dari tempat tidur saat Maria menggenggam lenganku erat.

Aku meringis.

Hhhh.

" Kau lihat ini? " Maria menunjuk lebam di lenganku. " Ini sudah kelewatan. "

The Author #Wattys2016Where stories live. Discover now