The Bathroom

580 138 24
                                    

Aku hanya bermimpi. Mustahil luka yang kudapat di mimpi mengikutiku ke dunia nyata dan melukai tubuhku.

Mustahil. Tapi kenyataannya itu yang sedang terjadi.

- Lutfia Ihwani Umar























*Masih Flashback !*

Semuanya dimulai dengan hanya beberapa luka goresan, segera meningkat ke darah yang memercik keluar di luka yang terbuka.

Kata 'ketakutan' belum tepat untuk mendeskripsikan perasaan takut-ku yang membunuh perlahan.

Aku bingung darimana semua luka itu datang. Secepatnya aku berlari ke kamar mandi dan menguncinya dari dalam. Aku hanya bermimpi. Mustahil luka yang kudapat di mimpi mengikutiku ke dunia nyata dan melukai tubuhku.

Sleepwalking satu - satunya penjelasan yang masuk akal.

Aku berdiri menghadap cermin di kamar mandi.

Aku hampir tidak mengenali diriku sendiri dengan semua luka yang menghiasi tubuh.

Aku tidak berpikir jernih.

Aku tidak mugkin keluar ruangan begitu saja dan memamerkan luka ditubuhku. Orang - orang akan bertanya apa yang terjadi padaku. Dan aku tidak bisa begitu saja menjawab bahwa aku mengalami hal aneh, mistis dan sebagainya. Orang - orang akan berpikir aku gila!

Tutupi.

Satu - satunya yang bisa kupikirkan.

Aku meraih tas make up dan berusaha menutupi semua lebam, sayatan, memar, dan luka di setiap bagian tubuhku.

Pikiranku penuh dengan masalah bagaimana untuk menutupi semua masalah di tubuhku dengan makeup hingga aku tidak berpikir bahwa luka yang terbuka jika di tutupi dengan makeup, hanya akan menyebabkan peradangan dan membuatnya semakin parah.

Aku tidak berpikir sampai kesitu.

Kemudian ada ketukan di pintu.

Aku membeku dengan kuas concealer masih melayang di tulang pipiku. **Concealer adalah sejenis produk makeup yang biasa di gunakan untuk menyamarkan noda pada wajah**.

Kenop pintu terputar, dan dengan cepat kuas concealer kujatuhkan di atas westafel, kemudian melempar berat badanku melawan pintu, membantingnya menutup, dan menyebabkan pembantuku terkesiap kaget dari sisi lain.

Aku tidak percaya aku lupa mengunci pintu! (kebiasaan -_-)

" Young lady? Are you okay in there? "

Aku ingin mengatakan aku baik - baik saja, tapi nyatanya tubuhku penuh luka. Jadi aku tidak baik - baik saja.

" Why are you still in the bathroom? Open up. " itu Maria. Kepala pengasuhku yang baru dan dia begitu memerintah. -_-

" Nothing. I'm just, um, putting on makeup. " kataku melontarkan hal pertama yang ada di pikiranku. (Aku tidak mungkin memberitahunya bahwa aku lama di kamar mandi karena menutupi semua luka di tubuhku dengan makeup, kan?)

" Kenapa kau begitu perahasia tentang itu? Dan sejak kapan kau menggunakan makeup? Kau bahkan membenci makeup. " kemudian Maria tertawa kecil. " Apa ini karena cowok, sayang? Kau tahu kau tidak perlu menggunakan makeup apapun untuk mengesankan mereka. Kau memang sudah cantik, "

Grrrr  !!!

Aku menahan diri untuk tidak mengerang keras dan mengunci pintu. " I'll done faster if you stop talk and leave! " perintahku.

" Don't take too long or you'll be late. " peringatnya bahwa aku akan terlambat.

Aku mendengarkan suara langkah kaki Maria yang menjauh sebelum bisa menghembuskan napas lega.

Aku berbalik menghadap cermin. Pandangan pertama, memar di tulang pipiku hampir tidak terlihat. Tapi jika di perhatikan lebih seksama, ada memar biru samar di bawah lapisan tebal concealer.

Pelan - pelan, aku menggulung lengan piyama dan sedikit mengernyit saat kainnya menyentuh luka sayatan terbaru di lenganku.

Sakitnya yang tak tertahankan membangunkanku lebih awal pagi ini. Sayatannya belum kering. Darahnya masih basah dan aku menghabiskan waktu setengah jam untuk membersihkan dan mengobatinya.

Aku mencoba untuk tidak menggerang kesakitan saat menumpahkan alkohol extra ke atas luka sayatan. Jari - jariku meremas westafel menahan sakit.

Rasanya terbakar.

Sebuah ketukan di pintu menarikku dari pemikiran tentang masa lalu saat semuanya baru dimulai.

" Love, are you done in there? You're not the only one who needs go to school ! " kata Greyson memecah lamunanku tentang saat semuanya pertama kali dimulai.

" Aku hampir selesai, " teriakku dari dalam kamar mandi.

Kutatap cermin. Pandangan pertama, memar di tulang pipi karena mimpi buruk yang terakhir kali sudah hampir tidak terlihat. Tapi jika diperhatikan lebih detail lagi, masih ada memar biru yang samar.

Kuraih tas makeup dan mengambil foundation untuk menutupinya, namun kecewa saat menemukan botolnya kosong.

Tuhan! Greyson tidak boleh melihat semua luka di tubuhku.

Aku sedikit mengumpat dan melempar botol kosong itu ke tempat sampah dan mendarat dengan mulus.

Kusentuh memar biru di pipiku pelan.

Hanya tuhan yang tahu berapa banyak make up kuhabiskan minggu ini.

Kupakai baju pelan - pelan, hati - hati jika kainnya bersentuhan dengan memar. Begitu banyak memar hingga menyakitiku setiap kali bergerak.

Aku kembali menatap diriku di cermin. Dan aku bersumpah,
Aku melihat sesuatu yang menatapku balik disana.

Di dalam diriku.







.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

VOTE & COMMENT

BIAR AKU TAHU KALIAN PERNAH KE SINI.

SO I COULD KNOW THAT YOU GUYS WERE HERE.

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

SEBARKAN CERITA INI !!!

- Lutfia Ihwani Umar







Follow »»»

Twitter : @Lutfia_Umar

Instagram : lutfia_ihwani_umar

The Author #Wattys2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang