16

2.1K 50 3
                                    

Pov Tiana

Aku sudah sampai di rumahku, sekarang ada handphoneku tadi aku lupa membawanya. Makanya tadi aku suruh Dio hubungin Sylvi. Aku menghubungi Sylvi.. Tapi tak aktif bagamana ini? Aku bingung.. Gara-gara Dio sih nggak bilang dulu sama Sylvi. Di rumahku sepi, aku tidak sholat tarawih karena kepikiran masalah ini.. Bantulah hambamu ini ya alloh..

Handphoneku berbunyi, aku membukanya. Ada sms dari Reval..

"Gimana? Ini aku Dio"

"Entah aku bingung, nomor handphonenya masih belum aktif" sampai-sampai gini belum makan.

"Tolong bantu aku yah"

"Yah, kayanya besok di sekolah ntar aku selesain"

"Makasih"

"Sama-sama"

Astaga kenapa harus aku sih? Masalah aku aja belum selesai nambah lagi ini ..

°°°

Pagi ini biasa masih pesantren kilat, kayanya aku butuh bantuan yang lain bila Sylvi nggak bisa dibujuk. Setelah siap aku turun ke bawah TIDAK sarapan kan PUASA.

"Ma aku pergi" aku salam pada mama.

"Ya hati-hati di jalan" ucap mama.

Aku pergi dan biasa nunggu kendaraan umum lewat, mobil sedan tiba-tiba berhenti. Yang di dalam mobil membuka kaca jendelannya.

"Masuk"ucap cowo itu.

"Tak usah repot-repot" ucapku tak enak.

"Tidak, aku tidak repot, cepatlah masuk" ucapnya lagi.

"Ok" ucapku, sambil membuka pintu dan duduk bersebelahan dengan Reval di belakang, depan hanya supir saja.

Mobil pun berjalan.

Aku bingung harus berbicara apa agar tidak tegang seperti ini. Pikir lah pikir Tiana..

"Gimana masalah Dio dan Sylvi?" syukurlah dia berbicara jadi tak tegang lagi.

"Begitulah" ucapku.

"Maksudmu? Belum selesai" ucapnya lagi.

"Iyah" sambil menatap jalanan. "Kau bisa membantuku" ucapku tiba-tiba.

"Bantu apa?" tanyanya.

"Buat Sylvi dan Dio baikan"

"Insyaalloh"

"Makasih, tapi bagaimana?"

"Percayakan semuanya padaku, kau tau beres saja"

"Iyahh"

Sekarang sudah sampai di depan sekolah, aku dan Reval pun turun. Kita jalan bersisihan menuju kelas hingga..

"Tiana!!" suara menggelegar memanggilku.

Aku dan Reval berbalik, terlihat Nurul berlari mengejarku.

Saat dia dekat denganku, dia memegang pundakku sambil berbungkuk.

"Hay" sapanya pada Reval sambil berdiri tegak dan mata dikedip-kedipkan. Genit. Reval tak membalasnya dia cuma tersenyum paksa.

Sekarang kita bertiga sudah ada di dalam kelas, Sylvi belum datang saat kita bertiga masuk.

"Assalamualaikum" ucap SYLVI. Semua yang di dalam membalasnya. Alhamdulillah tuh anak datang juga. Aku menghampiri mejanya.

"Syl.." lirihku khawatir.

"Jangan bahas itu!" ucapnya tegas.

"Tapi..

"Tiana please!" Sylvi memotong ucapanku. Mana mungkin aku harus menegaskannya balik, kan dia lagi labil gini. OMG.

"Tapi ini..

"TIANA!!" ucapnya membentakku. Semua mata tertuju pada arah suara. Tiba-tiba ada yang menarik tanganku.

"Ikut aku" ucapnya tegas. Dia membawaku keluar.

Saat aku keluar dia memaksaku duduk, dan dia berdiri.

"Kenapa kamu membawaku kesini?" ucapku kesal.

"Tiana, aku kan sudah bilang biar nanti aku yang selesaikan" ucap Reval.

"Tapi aku kan ingin cepat selesai masalahnya" ucapku sambil melihat teras. Aku takut..

"Tiana ini bukan menyelesaikan masalah, tapi ini menambah masalah, kamu tau Sylvi kan sedang labil tadi aja mungkin bisa kamu ditampar olehnya, walau kamu sahabatnya" bla bla bla aku malas mendengarnya, karena aku takut bila ada orang yang sedang marah begini. Tolonglah aku..

Aku tidak menanggapi omongannya. "Tiana.." ucapnya memanggilku sambil berjongkok melihat wajahku.

"Kamu menangis" ucapnya khawatir sambil mengelap air mataku. Aku tidak sadar bahwa aku menangis. Aku mudah tertawa dan mudah menangis.

"Maafkan aku" lirihnya. Aku masih takut.

Teng teng teng

Alhamdulilah bel masuk berbunyi, aku segera masuk ke kelas tanpa izin pada Reval. Aku kan masih takut..

°°°°°°°°°°°°°°°°′°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Please vote and coment

Bye

PERSAHABATANWhere stories live. Discover now