DUA : You're Mine

813K 47.6K 6.8K
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Lalisa mendengus. Kesal karena buku incarannya sudah tidak ada, habis terjual, padahal ia sudah mempunyai uang cukup untuk membeli tiga buah buku sekaligus.

Percuma dong dia jauh-jauh pergi ke toko buku kalau nggak ada hasilnya kayak gini? Ia kembali mendengus.

Lalisa kemudian memutuskan untuk keluar dan membeli bubble tea di kios depan toko buku, ia memesan bubble tea rasa taro yang merupakan varian favoritnya, lalu cairan manis itu pun pindah ke kerongkongannya.

Sambil duduk di kursi kayu Lalisa melirik arloji putihnya yang menunjukkan waktu pukul 14.25 WIB, daripada langsung pulang lebih baik ia 'ngadem' disini. Siapa tau ada cogan lewat, hehe.

Tapi bukannya memperhatikan sekitar Lalisa malah memikirkan kejadian saat istirahat pertama tadi. Memikirkan cowok yang menatapnya terus-menerus sampai bel masuk kembali berbunyi.

Kata Rosa nama cowok itu Samudra, bad boy SMA Pelita yang jarang masuk kelas dan lebih memilih diam di rooftop sekolah. Juga anak pemilik yayasan, nggak heran kalo sikapnya semena-mena alias seenaknya kayak gitu.

Ganteng sih, tapi nakutin. Tatapannya tajem, bahkan terlalu menusuk. Dan kelakuannya pas istirahat malah bikin Lalisa bingung dan takut.

Soal kelakuan Samudra yang lain juga ia sudah dengar dari Mila, sahabatnya si biang gosip yang selalu tahu tentang kabar terbaru.

Samudra orangnya penyendiri, absennya bolong-bolong, tapi anehnya nilainya selalu gede. Karena emang Samudra itu orangnya pinter banget. Bisa gitu ya?

Kelakuan dia kalo lagi 'normal' ya baca buku, entah buku bisnis manajemen karena katanya dia bakalan jadi penerus ayahnya atau buku karangan Michael Crichton yang tebal dan beratnya cocok banget buat bikin kepala kamu pusing kalau dipukul pake buku itu. Bisa juga ia bermain game di Playstation portable berwarna putih yang selalu ia bawa kemana-mana, atau mengetik sesuatu di laptop mahalnya.

"Kok dia ngeliatin gue terus ya? Padahal gue kan gak punya hutang sama dia. Kenal aja nggak." Oke, ngelantur. Kebiasaan Lalisa kalo mikirin sesuatu pasti ngalor ngidul nggak jelas.

Lalisa membayangkan kembali wajah Samudra yang sekilas ia lihat pas istirahat. Alisnya tebel, bibirnya juga tebel, tapi malah nambah kesan sexy. Hidungnya mancung seperti perosotan di taman kanak-kanak Lalisa dulu, sedangkan bentuk rahangnya bagus.

"Kok gue jadi kepikiran dia terus ya? Bodo amat lah."

Baru saja ia akan pulang sebuah mobil dengan tulisan nama toko buku yang ia tunggu kedatangannya masuk ke halaman parkir. Lalisa membulatkan matanya, semoga harapan bahwa mobil itu membawa stok buku fiksi terjemahan terkabul, agar usahanya jauh-jauh pergi ke sini tidak sia-sia.

"Mas mas, ada kiriman baru ya?" tanya Lalisa kepada salah satu karyawan toko buku yang baru saja menurunkan sekotak kardus.

"Iya mbak." balasnya singkat.

My Possessive Bad Boy (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang