TIGA PULUH : Tugas Sekolah

246K 19.6K 286
                                    

Lalisa dan Samudra duduk di kantin, setelah Lalisa sudah merasa lebih baik Samudra segera mengajak cewek itu ke kantin sekolah. Tetapi ketika mengetahui bahwa Lalisa mendapatkan tugas dari gurunya dan ia tahu Lalisa belum mengerjakannya, Samudra terpaksa berbuat tegas.

Lalisa mendesah entah untuk yang keberapa kalinya, dengan takut-takut ia menatap Samudra yang memandang ke arahnya dengan pandangan yang tajam.

"Kok malah ngeliatin aku? Kerjain tugas kamu Lalis." Ucap Samudra, ia kemudian menunduk untuk fokus kembali ke tugas matematikanya.

Lalisa melupakan sesuatu, melupakan bahwa Samudra itu orang yang pintar. Cowok itu memang sangat sering membolos, berkelahi, bahkan membantah guru karena egonya yang tinggi tetapi Samudra tetap mengerjakan berbagai tugas yang diberikan dengan patuh. Lalisa bisa membayangkan Samudra yang tegas ketika sudah menikah nanti. Eh?

"Sam.." Samudra mendongak dan menaikkan alisnya.

"Apa sayang?"

"Boleh aku.. makan sesuatu nggak? Laper.. jadi.. aku nggak bisa konsentrasi." Cicit Lalisa pelan sambil menunduk. Samudra terkejut sebentar, lalu mengulurkan tangannya ke arah kepala Lalisa.

"Kamu kenapa? Maaf aku udah tegas sama kamu. Itu juga buat kebaikan kamu juga Lis." Samudra tersenyum lalu bertanya dengan suara yang lebih lembut.

"Mau makan apa hmm? Mau mie atau nasi? Aku beliin. Senyum lagi ya, aku nggak suka liat kamu kelihatan murung kayak gini." Lalisa mendongak dan tersenyum tipis.

"I.. iya, aku mau nasi." Samudra berdiri dan memeriksa isi sakunya.

"Tunggu disini ya, aku bakal beliin makanan itu buat kamu." Samudra kemudian berjalan ke arah penjual nasi uduk di pojok kantin.

Lalisa mengusap dada kirinya pelan. Tidak sepantasnya tadi ia merasa kesal dan marah karena sikap kasar Samudra, cowok itu berlaku tegas untuk kebaikannya juga kan?

∆∆∆

Lalisa membaca buku paket ekonominya dengan baik, tugas dari gurunya cukup banyak. Karena ia disuruh untuk merangkum mengenai suatu materi.

Diliriknya Samudra yang sedang mengerutkan dahinya. Tanpa sadar Lalisa tersenyum, Samudra terlihat sangat lucu dan berkali-kali lipat lebih tampan ketika sedang mengerjakan tugasnya itu.

Samudra saat sedang memikirkan tentang suatu rumus yang cukup sulit, ia lupa tetapi Samudra pantang untuk membuka buku referensi. Jika ia sudah benar-benar tidak bisa mengingatnya maka ia baru akan mencari rumus yang ia maksud.

Karena tidak kunjung ingat Samudra mendesah pelan, ia merasa gagal. Sungguh.

Dengan wajah yang ditekuk ia membuka bukunya dan mulai mencari rumus, ketika sudah ditemukan Samudra mengerjakannya dengan agak cepat. Ia kesal dengan dirinya sendiri.

"Sam kok cemberut gitu?" Samudra mengalihkan perhatiannya ke arah Lalisa, lalu tersenyum tipis.

"Nggak papa. Kamu udah ngerjain tugasnya?" Lalisa mengangguk.

"Nggak yakin kamu nggak papa. Kenapa? Kesel?" Samudra meletakkan pensilnya lalu menghela nafasnya dalam.

"Kalo aku ngomong kenapa aku kesel pasti kamu nganggep aku ini lebay." Lalisa mengernyitkan dahinya.

"Loh? Emang kenapa? Ceritain aja."

"Aku kesel karena nggak bisa nginget sesuatu, menurutku itu teledor banget." Lalisa tampak meringis.

Samudra orangnya perfeksionis, berbanding terbalik dengan ia yang sering sekali berbuat ceroboh.

"Wajar Sam, kamu kan bukan tuhan. Manusia pasti ada salahnya, jangan salahin diri kamu sendiri. Karena kalo nggak lupa bukan manusia namanya." Samudra tertegun. Ia jadi sadar jika dirinya itu terlalu berlebihan.

My Possessive Bad Boy (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now