EMPAT PULUH TIGA : Hospital

168K 15.3K 1.6K
                                    

"Aduh Lis jangan nangis terus dong," ucap Rosa sambil mengusap-usap punggung sahabat dipelukannya itu sepelan mungkin. Tangisan Lalisa seakan tidak pernah akan berhenti, bahkan semakin menjadi-jadi setelah beberapa teman yang lain datang ke sana.

Mereka sekarang sedang berada di lobi rumah sakit, menunggu dokter selesai memeriksa Samudra. Sudah lebih dari satu jam tetapi belum selesai juga.

"Ini salah gue...," gumam Lalisa sedih, Rosa berdecak. "Ini bukan salah lo Lis, Kevin sama temen-temennya yang salah. Si Joshua juga muka dua."

"Tapi kan... penyebabnya tetep gue," isaknya pelan.

"Kejadian ini pasti udah diatur sama Tuhan Lis, jangan nangis kayak gitu." Seola mengucapkan kalimat itu sambil sesekali menatap pintu yang tidak kunjung terbuka. Ia jadi ikut cemas, siapa sih yang tidak khawatir ketika seseorang yang kita kenal masuk rumah sakit dalam keadaan luka-luka?

"Lo nya yang kuat Lis, gue yakin Samudra nggak bakalan suka kalo lo kayak gini," ucapan Johan disambut anggukan kepala yang lain.

"Bener Lis, berhenti nangisnya ya? Jangan nyiksa diri sendiri. Samudra pasti baik-baik aja." Rosa mengusap air mata yang masih menetes di wajah cantik Lalisa.

Lalisa mengusap wajahnya pelan, meskipun ia masih terisak sesekali tetapi ucapan Johan tadi benar. Ia harus kuat, setidaknya untuk Samudra.

"Oh ya, makasih banget kalian mau bantuin." Mila berdecak. "Kayak ke siapa aja Lis, kita pasti bantuin temen lah. Iya nggak?"

"Untung aja tadi si Xiao ngeliat yang aneh sama Kevin, jadinya ya kita ikutin." Cheng Xiao tersenyum.

"Iya, aneh aja gitu liat Kevin sama temen-temennya bawa balok gede-gede. Seinget gue kelas XII kan belum praktek, mereka jalan ke arah taman belakang lagi. Seinget gue di sana ada elo sama Samudra," cerocos cewek bertubuh lentur itu.

"Karena ngerasa ada yang nggak beres ya buru-buru gue panggilin cowok-cowok, mumpung mereka lagi kumpul maen bola." Cheng Xiao melirik Mingyu yang sekarang sibuk membenarkan tali sepatu Pinky yang terlepas. Agak lebay memang, tetapi Mingyu senang melakukan itu.

"Gue nggak habis pikir deh, si Kevin kan udah kelas XII kok malah nyari masalah? Sama anak yang punya yayasan lagi. Nekat." Johan menggeleng kepalanya miris.

"Dia kenapa sih benci banget sama Samudra? Nggak logis aja," bingung Jennie. Tangannya terulur untuk membenarkan kerah baju Lalisa yang tidak karuan.

"Kata Samudra mereka dulu sahabatan dari kecil, tapi ada satu masalah yang bikin mereka berantem kayak gini." Ucapan pelan Lalisa itu disambut wajah terkejut dari semua yang ada di sana, kecuali Johan tentunya. Ia sedikit tahu mengenai masalah tersebut.

"Samudra sekarang gimana ya?" cicit Lalisa dengan suara bergetar dan mata yang kembali memanas. Kontan mereka menjadi salah tingkah.

"Eh sekarang si Kevin sama temen-temennya bakalan gimana ya? Bakal di DO kayaknya," potong Rosa cepat agar fokus Lalisa berpindah.

"Gue ragu deh kalo yang kelas dua belas, mereka kan sebentar lagi UN," balas Lalisa sambil mengerjapkan matanya berkali-kali. Perasaan khawatir masih terus melandanya, bagaimana keadaan Samudra? Apa pacarnya itu baik-baik saja? Apa cedera yang diterimanya parah?

Semua kemungkinan buruk melintas di kepalanya. Bagaimana kalau Samudra misalnya hilang ingatan akibat benturan di kepalanya? Atau kemungkinan terburuknya, Samudra... meninggal?

Ia kembali menutup wajahnya dan menangis terisak, suasana hatinya menjadi kacau kembali.

Mengapa perasaan sayang Lalisa baru muncul akhir-akhir ini? Ia merasa sangat menyesal akan hal itu.

My Possessive Bad Boy (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now