LIMA PULUH LIMA [ENDING]

206K 15.8K 5.2K
                                    

Baca author's note di bawah nanti ya, juga author's note di chapter selanjutnya. Ada sesuatu yang akan saya beritahu.

Recommended song :
Buat yang kpopers : Taeyeon - Farewell
Yang bukan : Adele - All I ask
Nggak tahu nyambung atau nggak, tapi pas nulis saya ngedengerin lagu tadi.

∆∆∆

"Jennie sama Mila nggak ikut?"

"Mila sama Jennie katanya nggak bisa ikut. Mila sibuk kerja kelompok biologi terus Jennie mau nganterin ibunya ke bandara," cerocos Rosa ketika mereka berdua sudah berada di dalam mobil.

"Emang ibunya mau ke mana?" tanya Lalisa lagi. Mencoba mencairkan suasana sedikit, selain itu ia ingin mengalihkan perhatiannya sejenak. Karena kalau tidak mungkin jantungnya bisa melompat keluar karena terus-menerus berdetak kencang, penyebabnya pasti karena ia yang terlalu antusias dan bersemangat pergi ke rumah sakit.

"Katanya sih mau ke Palembang, abangnya Jennie kan sekarang di sana sama istrinya." Rosa membeo, tetapi tubuhnya masih fokus untuk mengeluarkan mobil dari area parkiran sekolah. Beruntung karena kendaraan beroda empatnya itu berada di tempat yang dekat dengan gerbang sekolah, sehingga tidak memerlukannya waktu lama untuk sampai di jalan raya.

"Lis?"

Lalisa yang tampak berkaca sebentar dan membenarkan rambutnya yang awut-awutan menoleh sebentar, lalu dengan alis naik sebelah ia membalas. "Apaan Ros? Di muka gue ada yang aneh ya?"

Rosa mendengus. "Bukan, gue cuma mau nanya. Lo siap?"

"Buat ketemu Samudra? Siap lah!"

"Oke, kencengin sabuk pengaman lo ya Lis?"

"Mak... YA ALLAH ROSA KOK NGEBUT SIH!!" Lalisa refleks memejamkan matanya saat kecepatan mobil Rosa meningkat drastis. Entah apa yang ada di pikiran sahabatnya itu, ia memang berharap bisa datang dengan cepat tetapi bukan ini maksudnya.

Cepat sih cepat, tetapi ia tidak ingin melakukan hal beresiko seperti ini. Bukan tidak mungkin jika mereka menabrak sesuatu.

"Kan katanya mau cepet?" Rosa menyalip sebuah mobil, sehingga membuat Lalisa kembali berdoa keras-keras.

"Tapi ya nggak ngebut juga Rosa! Kalo nabrak gimana?"

Rosa berdecak. "Nggak bakalan, keahlian menyetir gue itu udah sama kayak Valentino Rossi."

"Valentino Rossi itu pembalap MotoGP Rosa, bukan mobil!" sanggah Lalisa yang masih setia memejamkan matanya.

"Alah sama aja! Yang penting sekarang kita cepet sampe, lagian seenggaknya gue udah bikin lo eling siang ini. Buktinya lo doa terus dari tadi."

"Tap... ROSA! JANGAN NGEBUT BUSET DAH!"

Karena kecepatan mobil Rosa 'cukup' cepat, mereka sampai dengan cepat di rumah sakit yang dituju. Rosa sempat tertawa sebentar ketika melihat Lalisa yang pucat dan bergetar tubuhnya karena merasa ketakutan sedari tadi.

"Katanya mau cepetan sampai? Buruan! Sekarang kita udah ada di rumah sakit loh!" Lalisa membuka sabuk pengamannya dengan tangan yang masih bergetar, lalu menyeka keringatnya yang sempat menetes tadi.

Lalisa turun dan menatap bangunan besar di depannya dengan dada yang terasa sesak karena harapan dan rasa rindu yang tak terkira banyaknya.

"Lo nunggu di sini Ros?"

Rosa kontan menggeleng. "Nggak, gue nggak mau ganggu lo nanti."

"Yaudah, see you Ros."

"See you Lis."

My Possessive Bad Boy (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now