Part 5 ~ When I See You With...

1K 76 31
                                    


Happy reading, Guys!!!

________________________________________

Ryota memandang Sae dengan bingung. Keningnya berkerut. Dia terkejut sekali bahwa ternyata Sae malah memandangnya dari sudut negatif. Sangat tidak sesuai dengan perkiraan Ryota yang,

"Kupikir kau memang baik..." mata Sae mulai berkaca-kaca. "Tapi, ternyata,"

"Sae!"

Sae terdiam. Matanya membulat seketika. Ryota tengah menatap matanya. Ryota sedang menggenggam kedua tangannya, erat. Membuat jantung Sae seakan mau pecah. Keringat dingin mulai membasahi pelipisnya.

Dan, Sae hanya bisa mematung.

"Pekalah sedikit, Sae-chan!" ucap Ryota, terdengar memohon.

Sae menggeleng. "Bukankah aku sudah peka,"

"Ini masalah hati." sahut Ryota. Lagi.

Tuhan! Tolong tenangkan degub jantungku. Sae terdiam. Hanya bisa membalas tatapan mata Ryota karena sulit baginya sekarang untuk menghindari tatapan itu. Dirinya bertambah gugup saja saat Ryota mengatakan 'masalah hati'.

"Apakah kamu belum sadar juga dengan maksudku membawamu kemari?"

Ryota semakin menggenggam erat kedua tangan Sae. Matanya pun semakin dalam saja menatap mata Sae. Membuat Sae tidak bisa menjawab pertanyaannya bahkan untuk membuka mulut saja.

"Apa kamu tidak sadar juga saat kamu mengatakan 'soba itu gratis saat membawa pasangan'?"

Dalam diri, Sae terkejut. Dia baru saja menyadari maksud semua ini.

"Kk... kau?" Sae membuka mulutnya.

"Ya, Sae-chan. Watashi wa, anata ga suki desu.*"

Sae terdiam. Ada rasa bahagia di celah terkecil di hatinya. Akhirnya, Sae bisa merasakan bagaimana rasanya dicintai seseorang. Oh, tidak! Maksudnya, disukai. Selama ini Sae hanya bisa membayangkan dan menuliskannya dalam bentuk kata-kata saja. Hidupnya bagaikan hanya penuh dengan khayalan.

Tubuh Sae tiba-tiba lemas. Lunglai. "Aku... aku..." Sae seperti kehabisan kata-kata.

"Aku bukan siapa-siapa, Ryo-kun." Tiba-tiba, mata Sae memanas. Nada suaranya juga meninggi. "Bagaimana kamu bisa menyukaiku?"

"Karena aku nyaman bila ada,"

"Memang benar kata pepatah." ucap Sae. Memotong ucapan Ryota. "Cinta itu buta."

Ryota menggeleng-gelengkan kepala. "Kalau kamu tidak menyukaiku juga tidak apa-apa. Tapi, jangan bilang seperti itu. Itu sama saja kamu menganggap dirimu buruk. Sungguh, Sae. Kau istimewa bagiku."

Sae tersenyum tipis. Dia tidak menyangka bahwa dirinya bisa dianggap istimewa oleh seorang cowok. Bahkan cowok sesempurna Ryota Kousei? Seorang atlet tenis sekolah dan peraih peringkat paralel tertinggi. Sae bahkan tidak pernah bermimpi seindah itu.

Tapi tunggu?

Bukankah sekarang bulan April? Yah... meskipun bukan tanggal 1, bukankah tetap saja bulan April? April mop? Dengan cepat Sae melayang tinggi ke angkasa, dengan cepat pula dia terjatuh dan langsung terhempas ke dalam inti bumi.

"Tidak usah bersandiwara lagi. Aku tau kau sedang merayakan april mop, kan?"

Ryota frustrasi. Dia mengacak-acak rambutnya, kesal. Dia lupa kalau sekarang bulan April. Gara-gara bulan april, semua rencananya menjadi kacau. Sae yang selama ini mempercayainya bahkan tidak mempercayainya sedikit pun kali ini.

"Sae-chan, dengarkan aku dulu."

Air mata Sae mulai menetes. Hatinya sekarang sedang sakit.

"Seperti kataku tadi. Jika kamu tidak menyukaiku tidak apa-apa. Tapi, tolong jangan pernah tidak percaya kepadaku karena..." Ryota pun tidak mampu berkata-kata lagi. "Karena aku menyayangimu, Sae-chan. Dan aku tidak akan mungkin berbohong padamu. "

Mulut Sae bergetar. "Sebenarnya, aku juga.... menyukaimu, Ryota-kun."

Ryota tersenyum.

"Tapi aku harap, kita tetap menjadi sahabat." ujar Sae, pelan. Takut Ryota sedih.

"Itu tidak masalah. Lagipula, jika kita berpacaran, pasti suasananya akan berbeda. Jika berpacaran itu bisa putus, lalu bermusuhan. Maka persahabatan tidak akan pernah putus, kan?"

Sae tersenyum haru. Kamu memang laki-laki yang sangat sempurna, Ryota-kun.

"Habiskan sobamu! Aku tidak mau kamu pulang terlalu malam."

Sae mengangguk. Dia mengahabiskan sobanya dalam diam. Dalam hati, dia terus memuji Ryota. Terkadang, dia senyum-senyum sendiri.

Sae meminum green tea icenya. Ryota yang awalnya memainkan smartphonenya, kini menatap Sae.

"Sudah?"

Sae mengangguk. Ryota tersenyum.

"Ayo!" Ryota bangkit.

Sae ikut bangkit. Saat itu jugalah, tanpa sengaja dia menoleh ke jendela. Mereka sedang ada di lantai dua. Jadi, mereka bisa melihat taman indah di depan tempat makan itu. Dan, itu membuat Sae tanpa sengaja melihat seseorang.

Mabuchi Fuji.

Siapa yang bersama dengan Fuji-kun itu? Kening Sae berkerut. Dia merasa pernah melihat salah seorang diantara gerombolan pria yang berdiri di belakang Fuji yang tengah duduk santai di salah satu bangku taman.

Ah! Bukankah dia... yang pernah mau merampokku di gang malam itu?

Sae terus saja memandang Fuji dan pria bertubuh kekar itu bergantian.

***

Dia dengan orang yang mau merampokku? Kenapa?

~Rikugien Garden~

Sae segera melepas sticky notes itu dan menempelnya di 'buku harian'nya. Dia mengembuskan napas. Hari sudah malam. Dia harus tidur. Rasa penasarannya hanya akan terjawab setelah esok hari karena besok masih libur.


*Aku suka padamu


_______________________________________________

Done!!!

Aku sangat butuh kritik dan saran dari kalian.

Tolong!!! AKu hanya butuh itu. Nggak vote nggak masalah, kok!


Regards,

Nazavelis



Gomen ne, Summer [Beginner]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang