Part 13 ~ Hari yang Baik, Dimulai [2]

708 50 4
                                    

Woohhhoooo... Apa kabar, Wans?
Happy reading :)

_____________________________________________


"Ada apa?" tanya Sae.

Yuki terdiam. Jangankan menjawab pertanyaan Sae, membuka mulut pun tidak. Akhirnya, dengan alis terangkat, Sae mengikuti arah pandang Yuki. Sae berdecak seketika. Terang saja temannya itu terdiam. Fuji baru saja memasuki kelas.

"Aku ke toilet dulu," pamit Yuki.

Sae mengangguk. Yuki segera bangkit dan ngibrit ke toilet. Meninggalkan Sae dan Fuji berdua di kelas. Sae menatap kepergian Yuki. Masih dengan rasa herannya terhadap temannya itu. Tidak biasanya Yuki menjadi sok detektif seperti tadi. Dia adalah cewek yang meskipun perhatian, tapi pendiam.

Sae mengalihkan perhatiannya. Fuji tengah melempar tasnya ke meja. Menimbulkan suara 'bruk' yang cukup membuat siapa saja mengalihkan perhatian. Mata Sae menyipit. Memperhatikan wajah Fuji lekat-lekat. Dia terkejut begitu yakin matanya tidak berbohong.

Sae bangkit dan berjalan mendekati Fuji. Cowok itu baru saja mengempaskan pantatnya ke bangku.

Sae duduk di depan Fuji. "Apa yang terjadi padamu, Fuji-kun?" Tangannya perlahan menyentuh pipi Fuji. Ujung bibirnya terlihat membiru. "Apa kau habis berkelahi?"

Fuji mendesah kesal. Dia menepis tangan Sae dengan kasar. Membuat Sae menatapnya dengan penuh penyesalan. "Itu bukan urusanmu!" Fuji menatap Sae, tajam. "Apa kau tidak mempunyai kehidupan sendiri hingga mengurusi kehidupan orang lain?"

Ucapan Fuji sangat menusuk hatinya. Benar apa yang dikatakan Fuji. Sae terlalu ikut campur dengan kehidupan Fuji. Namun, itu semua Sae lakukan semata-mata hanya untuk mengetahui Fuji lebih dekat. Sae ingin membuat Fuji menjadi orang normal seperti remaja yang lain. Bergaul dengan teman dan tidak berdiam diri seperti patung.

"Baiklah! Tapi, kau tidak apa-apa, kan?"

Fuji hanya bergumam.

Sae mengangguk. Memahami sifat Fuji yang memang sangat tertutup. Setidaknya, dia mulai mengeluarkan kata yang panjang untuk bicara denganku.

***

Sae menoleh ke belakang. Dia menatap seseorang di bangku nomor dua paling belakang dengan bimbang. Dia menatap ke depan. Kelas sedang sepi. Jam istirahat berbunyi tiga menit yang lalu.

Sae menengok ke belakang. Menatap ke depan lagi. Fuji masih tetap bergeming di bangkunya. Sae mengembuskan napas pelan. Meraih penanya dan menuliskan sesuatu.

Aku yakin dia adalah Winter's Devilku. Mabuchi Fuji

~Nami Sae~

"Nanti kita mengerjakan proyek."

Sae tersentak. Menoleh ke asal suara. Dia mendapati Fuji berdiri di sampingnya. Cowok itu sedang menatap lurus ke depan, tanpa menatap Sae. Kedua tangannya dimasukkan ke saku celana.

Sae mengangguk. "Baiklah!"

"Di rumah siapa?"

"Jangan di rumahku!" tolak Sae, cepat.

Fuji menoleh kesal ke Sae. Membuat Sae gugup dan segera mengeluarkan alasan.

"Um... Maksudku, rumahku jauh dari sini. Kalau rumahku ternyata lebih dekat dari sekolah daripada rumahmu, ya tidak apa." Sae menunduk. Mencoba sok sibuk.

"Rumahku tujuh kilometer dari sini," jawab Fuji.

"Kalau begitu, kita ke rumahmu saja. Rumahku hampir dua belas kilometer jauhnya."

Fuji mengangguk. "Baiklah. Apa kau membawa kendaraan sendiri?"

Sae terdiam. Dia menepuk jidatnya. Baru teringat kalau hari ini dia tidak menaiki sepeda ke sekolah.

"Hari ini, aku naik kereta," ucap Sae, lirih.

Fuji terdiam. Ada sesuatu di hatinya yang merasa tidak enak. Membuat dia bimbang. Dia takut, kejadian dua tahun yang lalu terjadi lagi.

"Baiklah. Kau... naik mobilku saja," jawab Fuji, sedikit ragu.

"Un," Sae mengangguk.

Suasana menjadi sepi. Sae bisa merasakan Fuji berjalan menjauh. Kembali menuju bangkunya sendiri.

__________________________________
Jangan segan untuk mengkritik dan saran, ya :)

Gomen ne, Summer [Beginner]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang