Part 24 ~ Tulip lagi

708 35 4
                                    



Kemarin, Sae sudah diperbolehkan pulang oleh dokternya. Sae begitu lega dengan pernyataan itu. Dia sudah rindu sekali dengan rumahnya. Sangat bosan di rumah sakit karena dilarang beraktifitas atau pun sekadar jalan-jalan. Sekarang, dia sedang beristirahat di ranjangnya yang nyaman.

Sae memainkan ponselnya ketika okaa-san mengetuk pintu. Sae beralih sebentar dari layar ponselnya. Melongokkan kepala ke pintu kamar. Okaa-san datang dengan bunga di tangannya. Kali ini bukan dalam bentuk buket. Melainkan hanya beberapa tangkai saja.

"Kau dapat bunga lagi, Sae." Okaa-san tersenyum jail. "Apa ini dari Ryota-kun?"

Kening Sae berkerut. "Harusnya Okaa-san tau. Kan okaa-san yang menerima bunga itu," ujar Sae sambil mengerucutkan bibir.

Wajah Okaa-san berubah datar. "Okaa-san juga tidak tau. Yang mengantarnya seorang kurir."

"Oh... Ya sudah. Letakkan di meja saja, Okaa-san!"

Okaa-san membuka pintu lebih lebar lagi dan berjalan masuk. Sae bergerak untuk turun dari ranjang. Bunga potong yang masih terlihat segar itu diletakkan di meja. Setelah itu, Okaa-san segera keluar. Masih banyak pekerjaan yang harus beliau selesaikan.

Mata Sae menangkap bunga itu. Jika tidak salah, jumlah bunga itu ada dua tangkai. Jenis bunga yang masih sama seperti buket tempo hari. Tulip. Dan berwarna,

"Pink?" Kening Sae berkerut.

Pink? Artinya peduli... Gumam Sae dalam hati. Apa... dia peduli padaku? Sae meraih bunga itu. Melepas plastik yang membungkusnya. Bunga itu masih terlihat segar. Baru dipotong. Bunga dengan tangkai ganda.

Bunga itu terlihat lebih cantik saat Sae memasukkannya dalam vas kecil. Mata Sae tak dapat beralih darinya. Otaknya terus memikirkan tentang Fuji. Cowok itu telah membuatnya penasaran. Dan, ya. Sae menyukai Fuji. Sejak dia yakin bahwa Fuji adalah Winter's Devil-nya.

"Sae?"

Sae tersentak, menoleh seketika. Dia mendapati wajah okaa-san yang muncul dari balik pintu kamar. "Okaa-san mengagetkanku saja," ujar Sae sambil memonyongkan bibir.

Okaa-san hanya terkekeh. "Ternyata ada juga cowok yang suka pada putri okaa-san." Senyum jail di bibir Okaa-san membuat Sae mengerutkan kening, curiga.

"Tidak usah begitu, Okaa-san," ucap Sae, manja. "Katakan saja, siapa yang datang?"

Okaa-san menaikkan alisnya. "Siapa lagi cowok yang datang kemari kalau bukan temanmu yang petenis itu?"

Sae ber-oh pendek sambil menepuk jidatnya. Dia lupa akan satu hal. Memang benar Fuji pernah mengantarnya pulang ke rumah. Tapi, Okaa-san tidak melihat Fuji saat itu karena beliau tengah pergi mencari bahan makanan.

"Baiklah, Okaa-san. Sae akan menemuinya."

Okaa-san hanya mengangguk, lalu menutup pintu. Sae mendekati kaca besar di samping kanannya. Merapikan penampilan. Menyisir rambut ala kadarnya. Setelah merasa rapi, dia melangkah keluar.

Sae sedikit mencondongkan tubuh. Matanya menangkap sosok Ryota yang tengah terduduk di ruang tamu. Sae menarik napas dan tersenyum. Mengingat bahwa ternyata Ryota juga mempunyai perasaan yang sama dengannya, membuat pipinya bersemu.

Untuk apa merasa tidak enak? Untuk apa menjauh? Lebih baik, Sae menghadapi cowok itu. Saat dia mulai melangkah mendekati Ryota pun, masih ada rasa gugup. Wajahnya terasa memanas.

Ryota menyadari keberadaan Sae. Dia menoleh dan tersenyum. Senyum yang sangat manis hingga cukup membuat Sae salah tingkah. Sae membalas senyum itu, tipis.

"Konnichiwa, Ryota-kun."

Ryota mengangguk. "Konnichiwa."

_____________________________________________

Ditunggu kripik pedasnya ya :D

Gomen ne, Summer [Beginner]Where stories live. Discover now