Part 11 ~ Menjauh?

994 61 5
                                    

Lalalalala... Dududududu...
Part baru again

_____________________________________


"Aku ingin menanyakan satu hal."

Terdengar desahan malas dari Fuji. Dia malah sibuk mengemasi barang-barangnya. Sae hanya terdiam. Berusaha mengatur degub jantungnya. Oke, Sae! Cuma bertanya satu hal. Sae manarik napas dalam-dalam.

"Apa kau menyukai basket?"

Sae mengembuskan napas. Lega. Setidaknya, pertanyaan itu sudah keluar dari mulutnya. Soal Fuji mau menjawab atau tidak, itu urusan belakangan. Sae melirik ke Fuji perlahan. Melihat reaksinya.

"Jika aku menjawab iya, apa kau mau diam dan segera mengemasi barangmu?"

Sae mengembuskan napas. Berarti benar. Fuji menyukai basket. Terlihat jelas dengan permainannya tadi.

"Tapi, kenapa kau tidak mengikuti ekskul basket saja? Kau pasti akan menjadi kapten," tanya Sae lagi. Tidak menghiraukan perkataan Fuji tadi.

Fuji hanya terdiam. Dia bangkit dan mulai melenggang tenang tanpa menjawab pertanyaan Sae. Mengucapkan sepatah kata pun tidak. Wajahnya terlihat kesal. Membuat Sae sadar bahwa Fuji tidak mau menjawab pertanyaannya barusan.

"Suatu saat, kau pasti akan terbuka denganku," tekad Sae dalam hati.

***

"Sae???"

Sae menghentikan langkahnya. Sepedanya ikut bergeming. Debar jantungnya mulai berpacu. Dia tidak tahu, apa yang harus dikatakan ketika di depannya nanti.

Sae mengembuskan napas besar ketika orang yang memanggilnya tiba di depannya. Menatapnya dengan sungguh-sungguh. Membuat Sae salah tingkah.

"Kenapa aku merasa kau menjauhiku?"

Sae bergumam. Dia bingung mau menjawab apa. "Um... Menjauh?" Aku menggeleng. "Tidak. Aku hanya sibuk saja belakangan ini. Ada banyak tugas," jawab Sae.

"Tugas?" Ryota bergumam. Seperti teringat sesuatu. "Oh iya. Tugas matematikamu apa sudah selesai?"

Sae terdiam. Lagi-lagi dia bingung mau menjawab apa. Tidak mungkin dia menjawab bahwa dia berusaha menjaga jarak dengan Ryota. "Aku... Iya. Tempo hari itu aku memang meminta bantuanmu. Tapi... tapi aku tidak berani menagihnya. Kau terlalu sibuk berlatih tenis. Jadi, aku kerjakan sendiri, deh! Sudah selesai, kok!" Sae mengembuskan napas. Dia terpaksa berbohong. Padahal, dia belum mengerjakan tugasnya sama sekali.

Ryota manggut-manggut. "Oh... Oke kalau begitu."

Sae mengangguk. "Oke. Boleh aku pulang sekarang?"

Ryota mundur beberapa langkah. "Silahkan!"

Sae tersenyum. Dia mulai menuntun sepedanya lagi. Jauh di dalam lubuk hatinya, dia sayang sekali dengan Ryota. Tapi, entah kenapa rasa sayang itu bukan sebagai orang istimewa. Rasa itu condong kepada rasa sayang terhadap seorang sahabat. Sae tidak tahu kenapa rasa sukanya terhadap Ryota hilang.

"Sae!"

Sae yang sudah bersiap menaiki sepedanya menoleh.

"Hati-hati di jalan."

Sae tersenyum manis. Entah mengapa dia merasa tidak tega dengan Ryota. Ryota adalah tipe cowok yang baik. Dia pemain tenis terhebat, peraih peringkat paralel, dan semua yang baik ada pada diri Ryota. Dan itu membuat sae jatuh hati padanya sejak satu tahun yang lalu. Namun, entah mulai sejak kapan rasa suka itu menghilang.

Memang benar. Sae selalu memikirkan Ryota. Otaknya selalu memikirkan Ryota. Baginya, hanya Ryotalah yang pantas untuk dikagumi. Namun, Sae tidak sadar. Jauh di lubuk hatinya, dia kembali mengagumi cowok yang menolongnya saat SMP. Cowok yang menjadi pelabuhan hati pertamanya.

Sang Winter's Devilnya.

***

Bagi Fuji, orang kedua yang paling dia sayang setelah ibu adalah Fujimiya. Adiknya.

Sejak Fujimiya kecil, Fujilah yang menjaganya. Fujilah yang paling sering bersama Fujimiya saat ibunya sibuk dengan Makoto Fuji. Ayahnya. Hanya Fuji yang dekat dengan Fujimiya. Dan hanya Fujilah, yang Fujimiya anggap sebagai pahlawan.

Jika Fuji mempunyai banyak waktu, pasti dia menyempatkan diri untuk mengajak Fujimiya bermain bersama. Pergi jalan-jalan ke pusat kota, makan bersama, nongkrong di taman, dan sebagainya. Fuji sudah bersikap seperti ayah sekaligus ibu untuk Fujimiya. Karena sejak gadis bermata jernih itu lahir, dia sudah harus menerima fakta bahwa dia terlahir dari keluarga seorang yakuza*.

Dan Fuji tidak mau nasib adiknya sama seperti dirinya. Yah... Meskipun sejak dua tahun lalu ayahnya sudah berhenti menjadi seorang yakuza. Tapi hal itu pun tidak akan membuat musuh ayahnya berkurang.

***

_____________________

*Penjahat


_____________________________________

Hohoho... Sampai sini, aku ucapkan terima kasih bagi yang sudi mengikuti perkembangan cerita absurdku ini. Pun bagi yang ikhlas mengasih saran dan vote. ARIGATOU GOZAIMASU!!!

Regards,

Nazavelis aka Putri Fantasi

Gomen ne, Summer [Beginner]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang