Part 25 ~ Percakapan Sore

961 38 16
                                    

Happy reading ;D

_______________________________________

Ryota mengangguk. "Konnichiwa."

Sae duduk di depan Ryota. Ada meja rendah di antara mereka. Yang bisa memberikan ruang untuk Sae menyembunyikan wajahnya agar tidak terlalu terlihat oleh Ryota.

"Bagaimana keadaanmu? Apakah sudah baik?"

Sae mengangguk. "Kenapa kau tidak menjenguk ke rumah sakit?"

"Aku sibuk berlatih karena sebentar lagi ada pertandingan. Apa kau mau datang untuk melihatku?" tanya Ryota.

Mata Sae berbinar. "Oh ya? Kapan?"

"Tiga hari lagi. Maaf mendadak. Soalnya aku sibuk. Kemarin juga kamu belum pulang dari rumah sakit."

Sae mengembuskan napas. Lalu tersenyum, mencoba menghibur Ryota. "Nggak papa kok. Aku pasti datang."

"Sungguh?"

Sae tersenyum tipis. Dia senang melihat Ryota senang. Cowok yang disukainya itu terlihat lebih keren bila tersenyum sambil menampakkan gigi-gigi putihnya. Tuhan! Begitu indahnya makhluk ciptaan-Mu yang satu ini.

Sae mengangguk. "Un!"

Senyum Ryota sedikit memudar. "Tapi jika kondisi tubuhmu belum mendukung, jangan datang. Lebih baik kau beristirahat terlebih dahulu."

"Aku sudah sembuh, kok," ujar Sae sambil menampakkan senyum terlebarnya. "Tuh! Lihat, kan? Wajahku sudah tidak pucat lagi. Okaa-san saja yang terlalu berlebihan melarangku ke sekolah." Sae memonyongkan bibirnya.

"Syukurlah."

Ryota tersenyum, menatap Sae. Wajahnya tiba-tiba berubah serius. Menatap Sae sungguh-sungguh. Sae yang merasa aneh dengan Ryota hanya bisa mengerutkan kening. Dia tahu betul, bahwa seorang Ryota akan menatap lawan bicaranya dengan serius ketika rasa ingin tahunya sangat besar.

"Mau tanya apa?" tanya Sae to the point.

Ryota terdiam. Wajahnya terlihat tak berekspresi. Antara bingung, penasaran, dan khawatir menjadi satu. Seperti masih mempertimbangkan, apakah pertanyaan itu perlu dia lontarkan.

"Jujurlah padaku! Kau diculik, kan?" tanya Ryota, penuh selidik.

Kini, Sae yang terdiam. Terkejut dengan pertanyaan Ryota. Kenapa Ryota bertanya seolah-olah dia mengetahui bahwa Sae benar-benar diculik? Apa yang harus Sae katakan kepada Ryota. Apakah dia harus jujur? Atau tetap menyembunyikan semuanya?

Sae mengembuskan napas besar. Bersiap mengungkapkan sesuatu.

"Fuji-kun," gumam Sae.

Alis Ryota terangkat. "Ada apa dengan Fuji?"

Suara langkah kaki mendekat. Memecah ketegangan di ruang tamu siang menjelang sore itu. Perhatian mereka teralih pada suara. Ternyata hanya Okaa-san yang membawa baki berisi dua cangkir teh. Okaa-san berjongkok, meletakkan baki itu dan menurunkan cangkir teh itu di meja.

"Silakan, nak Ryota. Diminum tehnya!"

Ryota mengangguk, sopan. "Arigatou gozaimasu."

Sae dan Ryota langsung terdiam seribu bahasa. Tidak ada percakapan tentang hilangnya Sae saat ada Okaa-san. Mereka saling menutupi satu sama lain.

"Kenapa kau menyembunyikannya?" tanya Ryota, tiba-tiba.

"Huh?" kening Sae berkerut. Wajahnya menunjukkan kebingungan.

Ryota mengembuskan napas. "Kenapa kau merahasiakan penculikanmu itu?"

"Kalau kuceritakan, urusannya akan panjang. Itu tidak sesimpel yang kau bayangkan, Ryota-kun."

Ryota terdiam sejenak. Memikirkan sesuatu sambil menyeruput teh. "Baiklah! Aku mengerti. Apa kau mau menceritakannya padaku?" alis Ryota terangkat.

"Asal kamu bisa menjaga rahasia ini."

"Tentu! Aku bisa berjanji padamu. Tapi, jangan hari ini."

Wajah Sae berubah kusut. "Kau mau pulang? Buru-buru amat?" Sae mengerucutkan bibirnya. Membuat Ryota terkekeh geli.

"Aku baru saja pulang latihan dan langsung ke sini. Aku sudah lelah, butuh istirahat."

Sae tersenyum tipis, memaklumi. "Baiklah. Istirahat yang cukup ya. Jaga kesehatan."

Ryota tersenyum. Lalu bangkit. "Pamitkan pada Okaa-sanmu. Teh buatannya sungguh enak."

Sae mengangguk. "Pasti!"

Sae mengantar Ryota hingga ke halaman depan. Meski rumah Sae kecil, tapi Okaa-san menanam banyak tanaman di halaman depan yang cukup luas. Agar lebih teduh di saat musim panas nanti, katanya. Sae hanya meng-iya-kan saja.

"Hati-hati," ucap Sae, malu-malu.

Ryota tersenyum. "Pasti. Terima kasih. Aku pulang dulu. Mata ashita."

Sae mengangguk. "Mata ashita." Lalu melambaikan tangan.

Sae menunggu sampai Ryota tak terlihat lagi.

_____________________________________

Ditunggu kripik pedasnya ya ;D


Gomen ne, Summer [Beginner]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang