Part 22 ~ Tulip Putih

670 43 15
                                    

WARNING!

Gomen ne, Summer sebentar lagi tamat.

_____________________________________

Sae sibuk memainkan ponsel. Jarum infus itu masih tertancap di punggung tangan kanannya. Ruangan itu terlihat sepi. Tidak ada yang menjaga Sae. Okaa-san pulang ke rumah untuk memasak dan mengambil beberapa keperluan. Beliau tidak terlalu khawatir meninggalkan Sae karena kondisinya telah membaik.

Sementara itu, teman-teman Sae mulai berdatangan menjenguk. Banyak yang bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Namun, Sae tetap bungkam. Dia beralasan bahwa dia diculik oleh seseorang yang tak dikenal dan berhasil meloloskan diri. Alasan yang sangat tidak masuk akal mengingat penculik biasanya tidak membiarkan tahanannya lolos.

Sementara Sae tidak bisa memberi alasan yang sama kepada temannya dengan yang dia lontarkan kepada okaa-sannya.

Ponsel Sae bergetar. Ada notifikasi. Sebuah kotak masuk di e-mail. Sae membuka e-mail masuk itu dan membacanya.

 Sae membuka e-mail masuk itu dan membacanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sae-chan!"

Dari mana dia mendapat alamat e-mailku? Kening Sae berkerut. Ah! Itu tidak penting. Dia menatap e-mail dari Fuji itu lagi. Sae tersenyum. Aku baik-baik saja, Fuji-kun. Aku bahagia karena kau sudah peduli padaku. Ini adalah kemajuan yang sangat pesat.

Suara seruan gadis yang sangat cempreng itu membuat Sae tersentak dan menyembunyikan ponselnya seketika. Langsung menoleh ke pintu masuk dan mendapati Yuki datang dengan senyum yang mengembang. Dan, apa itu yang dipeluknya?

Sebuket bunga?

"Nih! Ada sebuket bunga untukmu."

Kening Sae berkerut. "Dari siapa?"

"Dari tukang pengantar bunga," kata Yuki, yang langsung membuat Sae menyengir kesal sambil menerima sebuket bunga itu.

"Iya, maksudnya siapa yang membeli bunga ini?" tanya Sae, kesal.

Yuki mengangkat bahu. "Mana aku tau. Kebetulan tadi tukang pengantar bunganya datang bersamaan denganku. Aku terima, deh!"

Sae melirik sebuket bunga itu. Bunga tulip putih? Kening Sae berkerut. Dengan penasaran, dia mencari sesuatu di antara sekumpulan bunga tulip putih itu. Barangkali aja ada surat yang nyempil, batin Sae.

Embusan napas asa terdengar ketika Sae tidak mendapati apa-apa disana. Dia menatap tulip putih itu lagi. Tulip putih adalah tanda permintaan maaf. Apa iya ini dari seseorang yang menculiknya? Ah tidak mungkin! Sae segera menepis prasangka itu. Sebuah hal yang mustahil bila seorang penculik meminta maaf kepada korbannya. Lalu siapa lagi?

Mata Sae membulat. Teringat satu hal.

Hari itu, Fuji tiba-tiba datang ke tempat Sae diculik. Dari mana Fuji tau kalau aku di tempat itu saat itu? Fuji datang bagaikan mempunyai radar pelacak di mana Sae berada. Dan juga,

"HENTIKAN, OTOU-SAN!"

Kenapa dia memanggil pria kejam itu... Otou-san? Sae meletakkan sebuket bunga tulip itu ke meja kecil di samping ranjangnya. Yuki hanya memandanginya dengan kening berkerut dari tadi. Gadis itu mengangkat bahu melihat ekspresi aneh Sae dan segera duduk di sofa yang terletak di dekat pintu masuk. Memainkan ponsel.

Tidak salah lagi. Sae meraih ponselnya. Segera mengetikkan sesuatu di kotak pencarian. Sekarang ini dia tengah tak percaya memikirkan sebuah kemungkinan yang dia dapatkan.

__________________________________________

Gimana? Ditunggu kripik pedasnya! Ancurin aja cerita ini. Acak-acak, berantakin, bakar sekalian :v
Menerima martabak juga *PLAK
Oke deh. Segitu aja. Semoga suka ya!
Salam,

Nazavelis

Gomen ne, Summer [Beginner]Where stories live. Discover now