4. Perkelahian

10.6K 877 244
                                    


"Some cupid kills with arrows, some with traps." - William Shakespeare

"Jadi, buat acara puncak lustrum gue berencana bikin sendratari Ramayana gitu, keren kali ya kalau semisal kita ajakin anak teater juga."

Suasana ruang tari yang dipenuhi dengan anggota ekstrakulikuler tari tradisional itu kontan diam. Lucia--sang ketua--langsung menatap anggotanya heran, "Eh kenapa kok pada diem? Ada salahnya ya sama omongan gue?"

Karena tak ada yang menjawab, Ratih pun angkat bicara, "Ramayana itu terlalu berat Luce. Anggota kita juga terlalu sedikit buat nampilin Ramayana. Apalagi ditambah kita cuma ada waktu latihan enam bulan. Gak bakal cukup."

"Terus kalau harus collabs sama anak teater? Gak bakal berhasil. Nanti yang ada malah pure drama. Gak ada tari nya sama sekali." Ratih menjawab dengan realistis.

Anggota yang lain pun mengiyakan. Lucia kemudian meringis. "Hehehe iya sih. Terus gimana? Ada yang punya ide kita bakal nunjukin apa? Gue itu tadi niatnya ngusulin Ramayana biar gak mainstream gitu loh. Secara ini pertama kalinya ekskul kita dikasih kesempatan bikin pertunjukan. Jadi jangan sampe nyia-nyiain."

"Gimana kalau Pendet aja, Ce?" Nikita mengajukan usul.

"Tari andalan kita banget yekan?" Kata Lucia sambil tertawa. Tarian Bali memang menjadi andalan di ekstrakulikuler-nya. Karena kebanyakan anggotanya menyukai Tari Bali.

"Pendet oke juga kok. Buat ucapan selamat datang yang nonton konser. Gue dikasih info juga kalo kita bakal jadi pembuka acaranya." Lucia menambahkan.

"Kalau berhubungan dengan selamat datang, Sekapur Sirih juga tari untuk menyambut kedatangan loh. Gak kalah keren dari Pendet juga." Echa mengusulkan salah satu Tari dari Jambi tersebut.

"Oke oke, Pendet dan Sekapur Sirih kita tampung ya gaes. Ada lagi yang mau usul?" Lucia menawarkan.

Ratih kemudian teringat beberapa hari yang lalu ia mementaskan sebuah tarian bersama teman-teman sanggarnya. Ia pun coba mengusulkan, "Tari Merak dari Jawa Barat itu coba deh. Kita pernah sekali nampilin kalau gak salah, tapi waktu itu yang dapet bagian tari kakak kelas. Maknanya juga keren kan. Sekolah kita itu dilambangin kaya burung merak. Indah dan menawan. Hehe apa banget ya bahasa gue."

"Bolehlah Merak. Gue kepikiran nambahin Srimpi juga sih. Yaudah kalo gitu kita nunjukin empat tarian gimana? Biar banyak yang bisa tampil juga. Sisanya seperti biasa di tim make up sama kostum ya. Setuju?"

Pertanyaan Lucia tersebut ditanggapi anggota lain dengan suka cita.

"SETUJU!!!"

"Shaaap! Yaudah untuk fix-nya tari apa aja sama siapa yang akan tampil kita bicarain di rapat selanjutnya ya. Gue makasih lo pada udah mau dateng di rapat ini---

"Rapatnya gue bubarin. Semoga acara yang kita rencanain lancar. And see you next time ya gaes. Have a great day." Lucia menutup rapatnya. Kemudian anak-anak mulai keluar ruangan satu per satu.

Langkah Ratih terhenti ketika ia mendengar namanya dipanggil oleh Lucia.

"Bentar, Tih."

"Apaan, Ce?"

"Gue berniat nempatin elo nanti di Srimpi."

Ratih yang mendengar itu sontak tersenyum. "Wow, kenapa?"

"Karena lo selalu cocok nampilin tari yang gemulai gitu. Because your soul is Srimpi. Lagian gue tau itu tarian favorit lo kan?"

"Iya kok bisa tau sih?"

THE NEW YOU [Completed]Where stories live. Discover now