16. Kenyataan Sebenarnya

5.5K 593 398
                                    


"God hath given you one face, and you make yourself another." - William Shakespeare, Hamlet and Ophelia.




"Kelamaan ah lo! Bilang aja gak bisa nakhlukin si Ratih..."

"Banci! Udah mending nyerah aja lo, Dit! Siniin Ninja lo!"

Adit menyeringai mendengar remehan teman-temannya itu. Saat ini mereka bertiga sedang nongkrong-nongkrong ganteng sambil nyebat di cafe yang cukup jauh dari sekolahan. Mereka sengaja memilih cafe yang letaknya jauh dari sekolah karena meminimalisir adanya saksi mata. Bisa gawat kan kalau nongkrongnya disekitar sekolah, mau ditaruh dimana muka seorang ketua OSIS kalau ketahuan ngerokok.

"Santai. Selow aja, Ratih itu jinak-jinak merpati, gan. Jadi harus pake perasaan juga walaupun cuma mau dimainin..." Adit berkata cengengesan.

Kedua teman Adit itu--Ghiffar dan Joshua--lantas tertawa. "HAHAHAHAHA kalau difikir-fikir lo emang jahat sih ler! Ratih itu nih ya, kaya hvs putih yang baru dibagiin buat nulis essainya Bu Inda gitu. Putih, polos, tanpa noda. Dan lo dengan seenak udelnya udah mencoret-coret hvs itu..." Joshua berucap.

"Bener tuh! Gue sekarang kok jadi nyesel sih ya udah setujuin taruhan lo, Dit? Sayang juga cewek manis kaya Ratih buat dimainin. Kalau gak mikir ada si Candra yang selalu nempelin dia kemana-mana, udah gue gebet dah dari dulu..." giliran Ghiffar yang bersuara, membuat Adit menuruh perhatiannya lebih pada pernyataan Ghiffar itu.

"Lo salah, akhir-akhir ini si kupret itu udah gak pernah sama Ratih lagi. Kalian pikir selama ini gue bisa anter jemput Ratih dengan aman sentosa itu berkat apa? Ya karena si Candra gak peduli lagi sama Ratih. Udah bosen kali dia," Adit berkata sambil meminum Frappucino-nya.

"Kan gue udah bilang ke kalian, kalau seorang Gregorius Adit itu bisa nakhlukin segalanya, termasuk Ratih. Candra mah gak ada apa-apanya buat ngehalangin gue dapetin Ratih. I'm the man of my words, Bro! Gak usah banyak bacot kalian tinggal siapin aja kunci villa lo yang di puncak. Villa kalian sebentar lagi bakal jadi punya gue." Adit melanjutkan dengan nada yang kelewat angkuh. Tak menyadari sepenuhnya, bahwa alam bisa kapan saja memberikan karmanya pada setiap orang-orang yang besar kepala.

***

Adit memarkirkan motor sport-nya di halaman kecil rumah Ratih. Setelah acara bersama Ghiffar dan Joshua dari cafe tadi, Ia langsung bergegas menepati janjinya yaitu membantu Ratih mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Ketika ia baru akan melangkahkan kakinya ke teras depan, pintu rumah terbuka dan disanalah Ratih berdiri dengan pakaian rumahan--kaos bergambar hello kitty dan rok bunga-bunga--rambut hitam panjangnya dia kepang dua dan di letakkan di depan badan persis seperti gadis-gadis nerd di ftv. Membuat Adit harus meneguk ludah karena sungguh penampilan Ratih sekarang begitu... Manis.

"Hai? Udah lama ya nunggu gue?" Adit mencoba mengembalikan pikiran warasnya.

"Ah enggak kok. Yuk masuk aja!" Ratih tersenyum sambil membukakan pintu lebar untuk jalan Adit masuk.

"Oke." Adit melepas sepatunya di teras, lalu mengikuti Ratih masuk ke dalam rumahnya. Ini adalah kali pertama Adit mengunjungi rumah Ratih, dan ia harus meringis berkali-kali betapa sederhananya rumah ini. Mungkin berkali-kali lipatnya lebih kecil dari rumah megahnya.

"Maaf ya rumah gue kecil banget. Duduk, Dit." Ratih mengajak Adit ke ruang tamu. Menyuruh Adit duduk di sofa mana saja sedangkan ia sendiri duduk lesehan di bawah.

Adit yang tadinya sudah mengambil duduk di sofa melihat Ratih lesehan di bawah menjadi tidak enak. "Eh ngapain lo malah duduk di bawah?" Adit kemudian ikut duduk lesehan di samping Ratih. Melihat ke samping Ratih sedang menarik lebih dekat meja ruang tamu ke arah mereka duduk.

THE NEW YOU [Completed]Where stories live. Discover now