31. Kepercayaan

4.8K 572 326
                                    

"Believe in you. Believe in the name of love that we have been fighting for."




Ratih memandang bungkusan kecil itu tidak percaya. Tangannya gemetaran. Ia yakin jika ini benar-benar narkoba. Tapi mengapa bisa ada di laci Candra? Apakah Candra selama ini menggunakan barang haram? Bukankah waktu itu Candra mengatakan jika ia tidak terlibat dalam masalah narkoba yang membelit Bram. Sebegitu tega nya kah cowok itu membohongi dirinya? Berbagai pikiran berkecamuk dalam kepala gadis itu. Membuat ia memijit dahinya pelan.

Gak!

Candra tidak mungkin menggunakan narkoba. Ratih yakin itu. Ia mengenal Candra dekat. Senakal-nakalnya cowok itu pasti tak akan pernah mencoba barang haram ini. Namun, adanya narkoba dalam kamar Candra adalah bukti kuat bahwa besar kemungkinan pacarnya itu adalah pecandu. Ratih memejamkan matanya. Merasa mendadak ngilu memikirkan dugaan buruk itu. Ia tidak siap dikecewakan. Tidak ketika mereka baru saja menjalin hubungan dengan status sebagai kekasih. Tidak juga ketika hatinya sudah memilih Candra sebagai pelabuhan terakhir.

Ceklekkk

Suara pintu dibuka mengagetkan dirinya. Ratih masih mematung di tempat. Ingin mengembalikan bungkusan itu ke laci namun tanggannya mendadak kaku tidak bisa digerakkan. Ratih memandang Candra dengan tatapan nanar. Membuat Candra mengangkat sebelah alisnya.

"Kenapa?"

"...."

Tak ada jawaban dari gadis itu. Candra meletakkan gelas air hangat yang tadi dijanjikan olehnya di atas meja kemudian ia melangkah mendekati Ratih yang masih mematung di tempat. Tatapannya jatuh pada sesuatu yang digenggam Ratih. "Itu apaan?" tanyanya.

Ratih tersentak. Sontak dia sembunyikan tangannya ke belakang badan. Ia menggelang panik. Belum siap jika harus ketahuan memergoki Candra menyimpan bungkusan haram ini. Tapi sialnya Candra langsung menarik tangannya begitu saja dan mengambil barang itu.

Kernyitan muncul di dahi Candra. Dan otak pintarnya tidak perlu berpikir lama karena ia langsung dapat  menyimpulkan. Ini seperti... Shabu? Batinnya heran. Tapi mengapa bisa ada narkoba di kamarnya?

"Candra...." Ratih berucap gemetar. Menyentakkan cowok itu dari segala pikirannya. Candra memandang Ratih yang mulai menetesken air matanya. Tangan gadis itu mengepal erat.

"Itu bukan punya lo kan...." ujar Ratih. Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan sekaligus meyakinkan dirinya sendiri bahwa Candra bukanlah seorang pemakai. Bahwa keberadaan barang itu di kamar ini hanyalah kebetulan semata.

"Bukan!"

"Kalau bukan, kenapa barang itu bisa ada di laci lo?"

"Gue gak tau. Tih! Lo harus percaya gue gak pernah make narkoba..."

Ratih melihat kesungguhan dalam kalimat itu. Pun mata Candra tak menampilkan sedikitpun kebohongan disana. Membuat hati gadis itu lega sebentar. Toh yang harus ada dalam sebuah hubungan bukankah kepercayaan? Dan Ratih percaya Candra apa pun itu. Gadis itu tersenyum. Ia menghambur dalam pelukan Candra. Menyerukkan kepalanya dalam dada bidang lelaki itu.

"Gue percaya lo, Candra...," ucap Ratih lembut.

Candra mendekap pacarnya itu hangat. Menciumi puncak kepala Ratih penuh sayang. "Makasi... Gue janji gak akan pernah kecewain lo, Tih."

THE NEW YOU [Completed]Where stories live. Discover now