37. Sebuah surat dan kesalahpahaman

5K 500 252
                                    

Secondhand Serenade - Your Call

Dua minggu.

Genap dua minggu sudah Wara terbaring koma. Selama itu pula Ana masih setia menunggui suaminya dan rela meninggalkan segala pekerjaan. Kesehariannya berubah bak mengurusi bayi yang baru lahir. Seperti sekarang, Ana sedang melap wajah serta beberapa bagian tubuh suaminya dengan waslap dan air hangat.

"Lucu ya, Ma? Orang arogan kaya Papa gitu dilap-lap. Persis bayi aja!" ucap Candra melihat Mamanya yang begitu telaten merawat Papa.

"Ya kan Papa kamu sakit, Andra... Kalau dia sadar gak mungkin mau dilap seperti ini," jawab Ana.

Candra hanya mengangguk-angguk tak menjawab. Cowok itu sibuk mengupas apel dan memotongnya kecil-kecil. Buah-buahan dari para penjenguk Wara malah dihabiskan anak laki-laki itu. "Mama mau gak?" tanya Candra sambil mengulurkan potongan apel.

"Enggak... Kamu makan aja..."

Anastasia menolak. Ia lanjutkan kembali kegiatannya melap bagian tangan suaminya. Namun, wanita itu kaget kala melihat pergerakan dari tangan Wara. Seketika ia langsung memalingkan wajah dan menatap mata suaminya. Lagi-lagi melihat pergerakan disana. Mata Wara mengerjap pelan.

"Andra... Papa kamu...," Panggilan Ana yang tiba-tiba itu membuat Candra bingung. Cowok itu langsung mendekati Mamanya.

"Papa kenapa, Ma?" tanya Candra jadi panik sendiri.

"Papa kamu sadar, Andra! Panggil dokter cepat!"

Candra melihat mata Papanya bergerak ingin terbuka pelan. Refleks ia langsung memencet tombol panggilan untuk dokter atau perawat.

"Papa?"

"Mas?" Ana bertanya pada suaminya yang telah membuka mata. Air mata mengalir kembali, namun kali ini yang turun adalah air mata haru. Kebahagian atas kembalinya kesadaran Wara. Ia mengucapkan syukur dalam hati. Tuhan telah berbaik hati menjawab doa-doanya.

Wara menggerakkan bola matanya menatap Ana dan Candra. Air mata turun dari sudut-sudut mata lelaki itu. Tatapan sendu Wara juga mengartikan seolah ia lama tertidur namun lelaki itu dapat melihat semua apa yang terjadi. Wara berusaha menggerakkan bibirnya akan berbicara. Malang yang keluar dari mulut lelaki itu malah seperti suara rintihan.

Ana menangis melihat pergerakan lemah dari bibir suaminya. Ia tak tega. Begitupun dengan Candra. Cowok itu merangkul sang Mama menenangkan. Sampai dokter dan beberapa perawat datang, Candra serta Ana dibuat bersyukur mendengar dua kata yang bisa diucapkan Wara walaupun dengan lemah dan terbata-bata.

"Ma... Ca--ndra...."

***

"Suami anda mengalami cedera medula spinalis atau cedera sum-sum tulang belakang. Kecelakaan dan benturan hebat yang dialami Bapak Daraswara menyebabkan patah atau rusaknya jaringan tulang belakang. Kerusakan dari susunan saraf pusat yang berlokasi pada segmen sum-sum tulang belakang yang mengalami cedera inilah mengakibatkan Bapak Wara mengalami kelumpuhan...."

Penjelasan Dokter itu membuat Ana tercengang. Jadi suaminya benar-benar lumpuh. Rasanya wanita itu ingin menangis sekarang. Wara adalah seorang pria ambisius serta gila kerja. Ia tak bisa membayangkan berapa banyak mimpi-mimpi suaminya yang akan musnah hanya karena kelumpuhan yang dideritanya.

"Apa suami saya tidak bisa berjalan lagi, Dok?"

Dokter paruh baya itu tersenyum penuh pengertian. "Kemungkinannya kecil, Bu Ana. Namun tidak ada yang tidak mungkin..."

THE NEW YOU [Completed]Where stories live. Discover now