6. Kita ini apa

7.2K 825 342
                                    


"We know what we are, but not what we may be." -William Shakespeare

Pagi-pagi sekali Ratih dikejutkan dengan Candra yang menjemputnya sekolah. Sebuah jeep wrangler rubicon putih dengan gagahnya sudah terparkir di depan pagar rumahnya. Sang pemilik sudah nangkring di atas kap mobil sambil menyulut rokok. Ya ampun pagi-pagi udah ada setan! Batin Ratih.

"Mau apa lo?!"

"Wushhhh santai. Gak mau ngucapin selamat pagi dulu buat orang ganteng?" Candra menjawab pertanyaan Ratih.

Gadis itu hanya bisa mendengus. Ia tak menanggapi Candra karena dirinya sedang dalam mood yang buruk. Ditambah ini adalah hari pertama ia datang bulan.

"Lagi badmood ya, Sayang?"

Mendengar kata sayang yang diucapkan Candra membuat Ratih melotot.

"Sayang apaan lo bilang?!"

"Gak lupain!" Candra cengengesan sambil membukakan pintu penumpang.

"Masuklah. Udah jam tujuh kurang lima belas menit."

Ratih masuk ke mobil. Setelah Candra menutup pintu ia memutari mobil dan masuk. Sebelum menyalakan mobil, Candra menghisap hisapan terakhir rokoknya dan menyentil putung rokok itu keluar melalui jendela mobil. Ratih yang melihat itu kontan meringis.

"Itu tadi udah rokok ke berapa di pagi ini?"

"Hmmmmm...." Candra mencoba mengingat-ingat.

"Baru ke lima," Cowok itu menjawab santai sambil menyalakan jeep-nya. Dan mulai melaju meninggalkan rumah Ratih pelan-pelan.

Mendengar itu membuat Ratih memijit dahinya pelan. Ia meringis. Kalau belum ada jam tujuh aja sudah habis lima, terus sampai malam nanti bakal habis berapa! Kecintaan Candra pada rokok memang kadang tidak masuk akal. Sehari semalam bahkan Candra bisa habis dua bungkus. Tinggal tunggu saja kapan paru-parunya akan bolong sedikit demi sedikit.

"Gue gak suka liat lo nyebatnya gak ampun-ampunan gitu. Kapan lo mau berhentinya? Berhenti ya? Pelan-pelan aja. Kasian tubuh lo, Candra!"

Candra mengerutkan dahi.

"Gak seharusnya lo nyuruh-nyuruh gue gitu! Emang lo siapa? Lo bukan siapa-siapa gue. Gak usah sok ngatur hidup gue gitulah!"

Ratih kontan sakit hati mendengar hal tersebut. Benar ia bukan siapa-siapa bagi Candra. Ia hanya sekedar teman sekelas cowok itu selama dua tahun. Dan Ratih memang sadar jika ia tak berhak mengurusi hidup Candra. Namun, melihat cowok itu yang terus-terusan menyakiti tubuhnya sendiri membuat Ratih sedih.

"Ya gue temen lo kan, Candra? Temen juga berhak ngingetin temennya buat jadi lebih baik..."

"Ya karena lo cuma temen gue itu makanya lo gak berhak ngurusin hidup gue! Nyuruh-nyuruh ini itu! Temen gak bisa masuk ke hidup gue lebih jauh. Jadi berhenti cerewet dan nasehatin sesuatu yang gak bakal gue lakuin kaya berhenti ngerokok!" tandas Candra dengan sedikit membentak.

Ratih langsung diam membisu. Ia dilanda kegalauan. Dirinya hanya ingin merubah Candra menjadi manusia yang lebih baik lagi. Cowok itu sudah dikaruniai tubuh yang indah bak dewa-dewa Yunani. Bakat yang bagus, dan kemampuan akademik yang juga unggul. Sayang jika hal itu tidak dibarengi dengan sikapnya yang baik dan pola hidup yang sehat.

Lalu, apa maksud dari kata-kata Candra kemarin di kamarnya? Kalau ia akan melindunginya dari orang-orang jahat. Kata-kata yang sempat membuat dirinya melayang. Ratih kira dengan Candra yang mengatakan hal itu. Ia sudah boleh masuk ke dalam hidupnya Candra dan merubahnya pelan-pelan. Namun, nyatanya tidak. Candra tetap menutup dirinya. Tak terjangkau. Entah sampai kapan. Ratih merasa Candra sedang menarik ulur hubungan mereka berdua.

THE NEW YOU [Completed]Where stories live. Discover now