36. Dia Mengalah dan Pergi?

5K 503 434
                                    

"Tidak ada antagonis dalam hidup ini. Yang ada hanya mereka memerankan peran sesuai kehendak mereka. Namun tak sepaham denganmu."

Berhari-hari Wara belum sadar dari komanya. Membuat Ana dirundung kesedihan yang berkepanjangan. Wanita itu tak mau beranjak sedikitpun dari sisi ranjang suaminya. Hanya pergi ketika akan mandi dan sholat. Setelahnya Ana akan kembali ke sisi ranjang Wara. Melihat Mamanya yang seperti itu bahkan tak jarang melewatkan makan membuat Candra prihatin. Cowok itu menatap sang Mama yang sekarang sedang melantunkan ayat suci. Tangan kanannya memegang Al-Quran, sedang tangan yang lain menggenggam jari-jemari Wara erat.

"Shadaqa Allahul 'Adzim..."

Candra menghampiri Mamanya yang telah selesai membaca Al-Quran. Ia lihat Mamanya mencium punggung tangan Papanya dengan lembut. Air mata pun kembali lolos dari sudut mata Ana. Menambah sembab mata wanita itu. Membuat Candra menghela napas. "Mama?"

Ana menoleh pada anak lelakinya sambil melepas mukena yang tadi ia pakai. "Kenapa, Sayang?"

"Mama makan dulu ya? Ini udah malem, Mah. Terakhir Mama makan sarapan tadi. Makan ya, Ma? Jangan bikin Candra jadi tambah khawatir..." ucap Candra lemah.

Tak ingin anaknya khawatir, Ana pun mengangguk. "Iya.. Mama makan sekarang."

Candra menghela napas lega. Bersyukur membujuk Mamanya sedikit lebih mudah ketimbang hari-hari kemarin. "Gitu dong. Yaudah Mama beli makan di kantin aja ya? Ada Ratih disana. Candra nungguin Papa disini..."

"Iya," jawab Mama Candra. Kemudian wanita itu beranjak dari sisi ranjang Wara lalu keluar. Tak lupa sebelumnya memberikan kecupan di dahi suaminya. Gerakan itu tak luput dari pandangan Candra. Membuat cowok itu meringis. Mama sayang banget ya sama Papa?

Candra mengisi bangku yang sebelumnya diduduki Mamanya. Menatap Papanya yang masih terbujur tak berdaya di atas ranjang. Belum ada tanda-tanda Papanya akan bangun.

"Pah? Papa lihat kan Mama selalu jagain Papa dari subuh sampai ketemu subuh lagi..." Candra memulai monolognya sendiri.

"Mama bahkan rela gak tidur di ranjang. Mama selalu duduk di samping Papa. Lucu ya? Padahal kan Mama dan bed cover itu kaya satu jiwa. Gak bisa dipisahin..."

"Mama sayang sama Papa. Tapi kenapa Papa selalu sakitin hati Mama?" ucap Candra lirih. Teringat Papanya yang selingkuh.

"Papa gak mau bangun?"

"Candra mau kok kita pindah ke Kalimantan. Tapi Papa bangun ya? Papa denger kan Andra ngomong gini? Kasihan Mama, Pa...." Candra mulai menitikkan air matanya. Tiba-tiba berubah menjadi lelaki lemah yang cengeng.

Satu hal yang dipikirkannya hanyalah kebahagiaan sang Mama. Dan Candra tahu kebahagiaan wanita itu ada pada Papanya. Cukup hidupnya saja yang menderita, hidup Mamanya jangan. Ia ingin Papanya bangun sekarang dan berdamai dengan Mama. Candra memegangi sisi kepalanya yang terasa berat.

"Wara gak bakal bangun!"

Candra kaget tiba-tiba mendengar suara itu. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar VIP ini. Namun tak menemukan siapa-siapa.

"Wara bakal mati!"

Takut. Ia mendengar suara-suara itu lagi. Halusinasi yang sepertinya kembali ia alami.

THE NEW YOU [Completed]Where stories live. Discover now