21. True Friendship

5.5K 603 291
                                    


"Bersama rintik-rintik hujan yang turun sore ini, aku mengeja namamu dalam diam. Membawa pesan cinta yang tak kunjung pendam."



Retta semakin menundukkan kepala mendengar ucapan lantang Candra itu. Seharusnya ia marah, namun kali ini dirinya tidak bisa membantah jika kemarin-kemarin otaknya memang sedang tidak waras--terlalu dibutakan oleh cinta.

"CANDRA! Mulutnya tolong!" Retta melihat sahabatnya itu sedang memperingati Candra. Sepertinya hubungan dua pasangan aneh itu sudah membaik. Retta menduga-duga karena ia lihat beberapa hari ini Ratih kembali sering terlihat bersama Candra.

"Yaudah Ret. Ngomong di luar aja?" Retta mengangguk menjawab pertanyaan Ratih itu. Ia mengikuti langkah sahabatnya yang sudah berjalan dulu keluar kelas.

Mereka akhirnya memilih duduk di kursi koridor depan kelas. Ratih terlebih dahulu membuka percakapan karena sudah terlalu lama mereka larut dalam keheningan. Jika dibiarkan terus jam pelajaran akan segera mulai.

"Kenapa, Ret?"

"Emm..... Itu... Soal Adit...,"

Ratih mengangkat sebelah alisnya. Tidak paham mengapa Retta membawa Adit dalam pembicaraan mereka. Jujur, saat ini Ratih sedang malas membahas si cowok brengsek itu.

"Ada apa sama Adit?"

Retta menatap sahabatnya sendu. Mulai merangkai kata-kata yang susah payah ingin ia keluarkan. "Gue udah tahu siapa Adit sebenernya, Tih. Maafin gue ya? Gak mau dengerin penjelasan lo yang coba nyadarin gue kalau Adit itu brengsek! Kemarin sikap gue juga kekanak-kanakan banget udah musuhin lo. Cinta buat gue buta dan jadiin gue egois jauhin sahabat sendiri. Gue bodoh..." Ratih menatap Retta yang sudah mulai menitikkan air mata.

"Lo masih mau sahabatan sama gue kan, Tih? Kalau gak ada lo, gue temenan sama siapa? Gak ada yang setulus lo... Maafin gue ya? Gue nyesel beneran...." lanjut Retta seperti menahan tangis.

Ratih merangkul pundak sahabatnya itu. Ia tersenyum, pada akhirnya Retta bisa sadar akan sifat Adit yang sebenarnya. Dan Ratih sangat bersyukur. Tuhan telah membukakan pintu hati Retta bahwa Adit bukan lelaki baik.

"Ret? Dari awal, lo gak pernah salah. Jadi gak perlu minta maaf. Kita cuma salah paham aja. Dan selamanya lo tetep jadi sahabat gue kok...m"

Retta menatap Ratih berkaca-kaca. Tidak percaya selama ini Ratih tidak marah kepadanya. Padahal jika difikir-fikir kesalahan dia sangatlah fatal. Retta merasa dirinya tidak pantas disebut sahabat sekarang ini.

"Udah elah! Gak usah nangis gitu ah. Makanya mulai sekarang saling terbuka ya? Cerita sama gue kalau misal ada yang lo taksir gitu. Biar gak salah paham kaya kemarin... Dan mulai sekarang lupain Adit, oke? Kita cari cowok lain yang lebih ganteng!"

"Iya..." Retta mengusap air matanya yang tadi sempat menetes sambil tertawa. Benar kata orang. Memiliki sahabat yang selalu ada kapanpun kau membutuhkan, yang selalu bisa memaafkan segala kesalahan dan tingkah burukmu, adalah hal paling berharga dari apapun di dunia ini.

***

"CEILAH ADA YANG UDAH BAIKAN NIH! SAHABATAN KOK KAYA PACARAN. PUTUS NYAMBUNG!"

Ratih memutar bola matanya kesal ketika sebuah suara menyebalkan mengganggu kegiatan makan siangnya di kantin. Itu suara Dani! Dan seketika meja tempat ia dan Retta makan penuh dengan kacung-kacungnya Candra. Sang bos besar langsung duduk di samping Ratih sambil meletakkan piring berisi nasi ramesnya.

"Candra, bisa gak lo cari meja lain?" Ratih berkata jengah. Yang ditanya tidak menjawab malah asik menghabiskan makanannya. Dirasa cowok itu tidak akan menjawab. Ia beralih kepada para pengikut setia Candra.

THE NEW YOU [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang