19. Realized

6.1K 641 273
                                    


"Darkness cannot drive out darkness; only light can do that. Hate cannot drive out hate; only love can do that." - Martin Luther King, Jr.

Seminggu telah berlalu setelah adegan hilangnya ciuman pertama Ratih, pelan-pelan gadis itu mencoba mengikhlaskan apa yang telah terjadi. Karena bagaimana pun segala yang telah hilang tak akan pernah bisa kembali. Adit juga sudah mulai bersekolah, walaupun dengan bekas lebam dan memar yang masih ada di seluruh wajahnya.

Berkali-kali juga cowok itu mencoba mengajak bicara Ratih--seperti ingin meminta maaf--namun tidak pernah bisa karena selalu ada Candra kemanapun gadis itu pergi. Bicara soal Candra, seminggu ini hubungan Ratih dan Candra juga semakin membaik. Rutinitas mengantar jemput Ratih kembali diadakan, ke kantin selalu bersama, di kelas pun mereka menjadi semeja. Namun, lagi-lagi tak ada status yang jelas dari keduanya. Membuat Ratih selalu uring-uringan dengan hubungan tanpa status yang mereka jalani.

Membaiknya hubungan dengan Candra sayangnya tidak dibarengi dengan hubungan Ratih dan Retta. Segala cara sudah Ratih lakukan agar bisa meminta maaf dengan Retta, namun gadis itu masih saja mendiamkan Ratih--seolah belum bisa memaafkannya. Membuat Ratih seminggu ini dirundung sedih dan kecewa. Sangat kecewa kepada dirinya sendiri karena sampai sekarang ia belum bisa menyadarkan Retta bahwa Adit bukanlah lelaki yang baik.

"Sotonya gak ada salah. Kenapa di pelototin mulu?" Candra bertanya pada gadis disebelahnya ini.

Ratih menatap lelaki di sampingnya dengan sebal. Hilang sudah hasrat laparnya kalau melihat muka Candra. "Gue itu sebel! Kenapa sih Retta itu gak mau dengerin omongan gue?"

"Yaudah sih santai, nanti juga pasti dia sadar." jawab Candra enteng.

"Lo mah! Dari kemarin bilang santai-santai mulu. Lo juga sama nyebelin! Boro-boro bantuin kek bilang ke Retta." Ratih mencubit kecil lengan Candra--terlalu gemas. Membuat lelaki itu kesakitan karena walaupun badan Candra terlihat begitu keras tetap saja cubitan kecil dengan kuku cewek-cewek yang lagi gemas itu sangatlah membuat sakit.

"Adoooh! Sakit woy. Tega lo ya sama orang ganteng?!" Candra mengaduh kesakitan sambil mengusap-usap lengannya.

"Bodo! Gue pokoknya sebel sama lo!"

"Tih? Please ya kita itu baru aja maafan. Masa harus berantem lagi?"

"Biarin! Gue masih kesel yang kemarin juga ya. Jangan lupa lo!" jawaban Ratih itu membuat Candra memutar bola matanya. Jengah karena masalah dua hari yang lalu di ungkit-ungkit lagi.

"Ratih?"

Candra baru saja masuk kelas, ia langsung menghampiri Ratih yang sedang sibuk menata tempat pensilnya. Sedangkan gadis itu dibuat bingung dengan penampilan Candra yang hari ini terlihat sangat rapi. Ia mengerutkan dahi ketika menyadari cowok itu mengenakan kemeja lengan panjang, sangat berbeda dengan sehari-hari karena biasanya seragam Candra selalu lengan pendek.

"Kenapa, Can? Kok gue ngerasa ada yang aneh ya sama lo?"

"Hehehe gue mau nunjukin sesuatu." seketika Ratih merasakan akan ada sesuatu yang buruk dari ucapan Candra itu.

Dan setelahnya Ratih dibuat menganga ketika Candra membuka kancing lengan kemejanya lalu mengangkat sampai batas siku. Dan terpampanglah di pergelangan tangan kirinya bagian dalam sebuah tatto bergambar kepala singa. Ratih bergidik ngeri, karena walaupun itu hanyalah sebuah gambar tapi tampak begitu nyata. Selama ini hewan favorit Candra memang singa. Karena singa adalah predator nomor satu dalam rantai makanan, raja dari segala hewan di darat. Ratih berfikir Candra memang sangat cocok jika disandingkan dengan singa. Sama-sama buas!

"Can...," Ratih menatap Candra yang tersenyum manis seperti tidak sadar dosa.

"Kenapa? Keren ye?" Ratih menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya dengan apa yang dikatakan Candra. Gadis itu tidak menyangka jika keinginan membuat tatto tempo hari pada akhirnya ter-realisasikan juga.

THE NEW YOU [Completed]Where stories live. Discover now