24. Awal Segala Kehancuran

4.4K 382 46
                                    

Jakarta, sekitar sembilan tahun yang lalu.

Bocah laki-laki berusia delapan tahun itu bersembunyi ketakutan di balik tembok rumahnya. Memandang dua orang yang ia sebut Mama dan Papa itu sedang beradu mulut.

"Kamu keterlaluan, Ana! Dimana kewajiban kamu sebagai istri?! Puas kamu keluar negeri terus menerus hah?! Kamu gak sadar punya anak yang harus diurusi?! Sudah puas kamu jadi jalang di luar negeri HAH?!"

PLAK! "Jaga bicaramu, Mas!"

Candra kecil menatap Mama menampar Papanya. Setelahnya bocah kelas lima SD itu harus menutup mulut menahan tangisan ketika melihat Papanya yang langsung mencekik leher Mama dan membawanya ke tembok.

"Apa? Kamu berani membantah?! Saya punya bukti-bukti kalau kamu di luar negeri sana sibuk menggoda lelaki bukannya kerja! ARGHH!"

Wara menatap istri dengan emosi. Ia berteriak sambil membenturkan kepala Ana ke tembok. Berulang kali. Sampai Candra melihat darah segar mengalir dari pelipis Mamanya. Sedangkan wanita itu hanya bisa menahan sakit sambil menangis. Tidak bisa lagi menjelaskan pada suaminya apa yang sebenarnya terjadi karena Wara sudah diliputi emosi.

Tanpa Wara dan Ana sadari. Kejadian itu adalah awal dari segala trauma yang Candra alami. Bocah kecil itu tumbuh dewasa bersama dengan segala kekerasan yang Mamanya dapatkan.

***

Di dalam kabin kelas bisnis ini Candra kembali merenung. Kembali ke Jakarta, pikirannya bergulat dengan segala masalah yang ada di dalam hidupnya. Keluarga yang hancur. Ayah brengsek tukang selingkuh. Rencana kepindahannya ke Kalimantan. Semua membuat dia pusing.

"The commander of this flight is Captain Banyu Jatmiko. Assisted by first officer Mahendra Putra and i am Nirmala Dewi your flight attendant today..."

Candra melihat Pramugari itu melakukan perkenalan selanjutnya safety demo seperti yang sudah sering ia lihat ketika naik pesawat. Berbicara panjang lebar dan Candra turut mendengarkan.

"Enjoy your flight..."

Ratih menatap Candra yang sedari tadi terlihat gusar. Membuat gadis itu berpikir apakah Candra punya riwayat takut ketinggian dan mabuk udara atau apa. Tapi setaunya saat berangkat Candra bersikap biasa saja. Cowok itu lagi-lagi mendesah yang ditangkap oleh penglihatannya.

"Kenapa, Can?"

Candra menoleh pada gadis di sampingnya. Memberikan sebuah senyuman menenangkan. "Gue gakpapa."

"Oh? Oke..." Ratih mengangguk. Sepertinya cowok ini sedang tidak ingin berbagi masalah dan memilih menutup diri.

"Tih? Gue baru sadar belum kenal lo terlalu banyak..."

Ratih mengangkat sebelah alisnya. Bingung mengapa tiba-tiba Candra mengangkat topik membicarakan dirinya.

"Gak banyak hal menarik tentang gue, Candra..."

"Lo pernah pacaran?"

"Belum."

Candra sontak kaget. Cewek secantik Ratih ini tidak mungkin belum pernah pacaran. Pasti banyak cowok-cowok yang mengantri ingin menjadikan gadis di sampingnya ini kekasih. "Bohong," kata Candra.

THE NEW YOU [Completed]Where stories live. Discover now