22. Hiking, Mountaineering, Holiday.

5.9K 625 361
                                    

"Pernah dengar kalimat; Jika ingin mengetahui sifat asli temanmu ajaklah naik gunung. Aku rasa itu benar adanya. Karena gunung selalu menjadi saksi bisu, mana yang masih menggandeng tanganmu dan bersama-sama menuju puncak. Dan mana yang meninggalkan, ketika kamu tersandung batu."





Gunung Api Purba Nglanggeran terletak di Desa Nglanggeran, Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta--ditempuh sekitar dua jam lebih dari pusat kota Yogyakarta--didominasi oleh batuan aglomerat dan breksi gunung api. Ketinggian gunung ini sekitar 700 mdpl. Menjadikan 'Nglanggeran' sangat cocok untuk para pendaki pemula dan bagi siapa saja yang ingin merasakan sensasi naik gunung namun punya keterbatasan ketahanan fisik. Contohnya adalah Retta.

Pada akhirnya ke empat anak manusia itu--Candra, Dani, Pebri dan Bagas--harus menerima keputusan mutlak Ratih yang memilih Gunung Api Purba menjadi destinasi liburan mereka. Tentu dengan sebelumnya Ratih dan Retta harus mendengar segala nyinyir dan ocehan ke empat cowok itu. Mereka protes karena selama ini selalu naik gunung diatas 2000 mdpl. Ke empat cowok itu memang sombong.

Enam anak manusia dengan sifat yang berbeda-beda sekarang sedang berada di mobil sewaan dalam perjalanan menuju Nglanggeran. Mereka sampai Jogja dengan pesawat pukul sembilan pagi dan langsung check in hotel untuk sekedar beristirahat sebentar. Kecuali Ratih karena ia memiliki rumah di Jogja dan harus menengok keluarga besarnya.

"Beneran malem ini kita muncaknya, Ndra!" Dani yang bertugas mengemudikan mobil berkata mengingatkan karena sekarang sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, jadilah pasti mereka bakal melakukan pendakian malam hari.

Berada di kursi penumpang depan, Candra berkata jengah. "Salah kalian juga tadi siang molornya lama!" omel Candra. Sesampainya di hotel tadi tiga sahabatnya itu langsung tepar tak berdaya di tempat tidur. Jadilah mereka kesorean berangkat menuju Nglanggeran ini.

"Gakpapa kita pendakian malam, malah tambah bagus kok view-nya! Bisa lihat bintang." Ratih menanggapi bersemangat.

Retta yang duduk di samping Ratih meringis. Pikirannya sudah membayangkan di tengah hutan nanti malam-malam ada singa atau serigala. Juga bagaimana jika tiba-tiba ada ular melata di atas ranting-ranting pohon. "Apa gak bahaya kalau naik gunung malem-malem?"

"Tenang, Ret! Ada cowok-cowok yang bakalan jagain kita nanti..." Ratih berusaha menenangkan Retta yang sedari tadi ketakutan. Pasalnya ini adalah kali pertama ia akan naik gunung. Retta terus ketakutan jika nanti mendadak ada hewan buas atau asmanya yang tiba-tiba kambuh.

"KAGAK, RET! Nanti kalau lo jalannya lelet, kita tinggal!" Dani menyeringai.

"DANI!" Ratih melotot karena ucapan Dani malah makin buat Retta ketakutan.

"Hahahaha eh ini kan ya tempatnya?" Dani bertanya ketika dirasa mereka telah sampai base camp pemberangkatan.

Ratih mengangguk, ia pernah sekali ke gunung ini bersama teman-temannya dulu, jadi gadis itu masih ingat. "Iya, Dan. Parkir disitu aja!"

Dani membawa mobil mereka menuju parkiran. Setelah sampai mereka ber-enam turun. Ratih melihat parkiran yang penuh dan suasana base camp yang cukup ramai.

"Kayanya di atas udah rame, nih! Emang rame gini, Tih?" Bagas bertanya.

"Biasanya enggak. Tapi mungkin karena ini weekend jadi rame," jawab Ratih.

Melihat suasana base camp yang khas akan sebuah desa, penuh pohon dan masih asri. Membuat Retta senang karena dirinya sudah cukup empet dengan hiruk pikuk kota yang bising dan penuh polusi. "Bagus juga ya pemandangannya! Apa lagi nanti diatas!"

"Biasa aja kali, Ret! Lo mah alay!" Dani berkata sambil jalan menuju pos pendaftaran pendaki.

Retta kesal bukan main, sedari tadi cowok itu memang cari gara-gara terus dengannya. "Kenapa sih, Dan?! Sewot mulu sama gue?!"

THE NEW YOU [Completed]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu