8. Argumen Retta

6.6K 692 319
                                    


"The lunatic, the lover, and the poet, are of imagination all compact." -William Shakespeare. A Midsummer Night's Dream.

"Jadi, serius yang tempo hari ngasih lo bunga itu Adit si ketos?" tanya Retta kepada Ratih sambil memakan pocky rasa banana-nya. Mereka sedang bersantai ria di rumah Retta.

Dua sahabat itu baru saja selesai mengerjakan beberapa lembar kertas kerja dan laporan keuangan dari sebuah perusahaan jasa yang gurunya karang sendiri. Perusahaan dan laba sejumlah empat ratus delapan puluh lima juta yang membuat kepala mereka mendadak diserang migrain.

"Ya serius. Lo kan juga udah gue tunjukin line dari dia. Tapi jangan bilang siapa-siapa ya? Jangan sampe satu orangpun tau. Terutama Si Baginda Raja Candra Mahesa itu!"

Retta lalu tertawa. "Hahahahaha aneh ya lo berdua ini. Si Candra apa lagi. Pacar aja bukan tapi lagaknya udah cemburu gitu! Lo juga! Harusnya lo pede aja dong kalau mau PDKT sama cowok. Lo kan free. Bebas buat deket sama siapa aja. Sekali-kali juga lo harus tunjukin kalau lo itu gak bisa selamanya dikekang sama Candra. Sampe anak cowok di sekolah kita itu pada takut kalau mau ngedeketin lo!"

"Tapi... Harus banget ya lo PDKT sama Adit? Kata Candra dia jadiin lo bahan taruhan? Masa sih? Orang jelas-jelas anak baik-baik gitu! Emang Candra?!" Lanjut Retta.

"Gue juga gak percaya kok sama omongannya Candra. Tenang aja Adit anak baik. Dia juga bilang mau ganti bunganya masa, begitu gue cerita kalau bunganya diinjek-injek sama itu badak satu." Ratih menjawab sambil bergulung-gulung di kasur Retta. Ia membaca lagi history chat dengan Adit, dan geli sendiri.

Gregorius Adit : Udah makan siang?

Nirwasita RK. : Udah kok

Gregorius Adit : Makan pakai apa? Kenyang kan?

Nirwasita RK : Apasih-_-

Gregorius Adit: Hehehe yaudah habis kerjain tugas tidur siang ya. Jangan capek-capek. Nanti kamu sakit:(

Nirwasita RK: Read.

"Alay banget najis si Adit." Retta mengomentari chat dari Adit.

Ratih mengangguk membenarkan ucapan Retta. Ia kemudian teringat beberapa hari ini Candra bersikap begitu aneh dan sering mengatakan gombalan-gombalan receh seperti bulan dan matahari kemarin. Haruskah ia cerita pada Retta?

"Ret... Gue mau cerita deh."

"Hmmmm... Apaan?" Retta menjawab sambil terus memakan keripik kentangnya.

"Waktu gue yang dibawa ke rumah Candra sehabis pukul-pukulan itu, sebenernya Candra bilang sesuatu yang bikin gue bingung--" Ratih berkata.

"Dia bilang kalau dia gak mau ada yang jahatin gue. Dia mau lindungin gue gitu. Padahal Candra selama ini sukanya jahilin gue. Anehkan? Sering kasar juga. Sikapnya tu kayak bunglon gitu. Kadang manis kadang jahat. Mana kemarin dia pake gombalin gue katanya mau gak gue jadi mataharinya dia gitu. Sarap kan?" lanjut Ratih.

Retta yang mendengar itu langsung melotot dan bangun dari tidur-tidurannya. "HAH SERIUS CANDRA BILANG GITU?! ITU DIA NEMBAK!"

Ratih kontan memutar bola matanya, "Please ya Ret! Gak ada kata 'mau gak jadi pacar gue' gitu! Terus dianya juga gak pernah bilang kalau suka gue. Jangan sok tahu."

Retta langsung menoyor dahi Ratih, "Itu namanya pernyataan tersirat ya! Jadi cewek tolong jangan bego-bego! Malu gue temenan sama lo!"

"Eh apaan lo main ngatain bego. Jelas-jelas kita ini sama-sama bego! Bego teriak bego hahahaha." Ratih cengengesan.

THE NEW YOU [Completed]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora