11. Home Sweet Home

6.4K 776 284
                                    

"I like this place and could willingly waste my time in it." -William Shakespeare





Candra terbangun dengan rasa mual yang luar biasa. Kepalanya pening dan pandangannya kabur berputar-putar. Ia lalu bangkit dari tidurannya dan menutup mulut--menahan muntah. Matanya berkeliling mencari kamar mandi namun tak kunjung menemukannya. Sepertinya di dalam kamar kecil ini tidak ada kamar mandi.

Pandangan Candra lalu jatuh pada sebuah baskom kosong di samping tempat tidur, seolah sudah disediakan, dengan senang hati Candra memuntahkan isi perutnya ke dalam baskom. Ketika selesai ia mengerang, sedikit merasakan lega sudah tak semual tadi. Bertepatan dengan itu suara pintu terbuka mengalihkan pandangan Camdra, Ratih masuk dengan segelas air putih di tangan kiri.

Candra yang melihat Ratih masuk langsung kaget. Dikiranya samar-samar ia memeluk Ratih kemarin adalah mimpi, ternyata tidak. Ia benar-benar bermalam di rumah gadis itu. Berarti kemarin malam ia juga benar-benar memeluk Ratih. Candra mendesah, merutuki kebodohannya tidak bisa mengendalikan diri dikala mabuk seperti kemarin malam.

"Hai... Pagi..." Candra menyapa Ratih canggung.

Ratih kontan mengangkat sebelah alisnya, "Pagi, Can? Yang bener aja! Ini udah jam setengah dua belas!"

"HAH SERIUS?" Candra kaget. Ia tidak menyangka dirinya bisa menjadi sekebo ini. Apalagi di tempat lain. Biasanya Candra tidak akan pernah bisa tidur selain di kamarnya. Namun anehnya--ia bisa menebak jika ini kamar Ratih--cowok itu bisa tidur dengan nyaman.

"Yaudah sih, gakusah dipikirin. Nih minum dulu. Lo pasti haus kan habis muntah-muntah?" Ratih berkata tenang sambil mengulurkan segelas air putih yang ia bawa tadi. Ia lalu duduk di pinggiran ranjang tempat tidurnya.

"Maaf ya kamarnya kecil. Beda banget kan sama kamar lo?" Ratih tersenyum kecut.

Candra menyelesaikan tegukan air putihnya. Setelah isi dalam gelas itu tandas, ia mendengus. Selama dua tahun ia mengenal Ratih, Candra memang baru kali ini bisa masuk ke kamar gadis itu. Dan dirinya sama sekali tidak ada masalah dengan kamar ini.

"Kamar lo nyaman," jawab Candra sambil mengamati kamar bernuansa soft pink ini. Kamar Ratih memang sangatlah kecil, mungkin lima kali lipatnya lebih kecil dari kamar Candra. Kamar ini hanya berisi satu tempat tidur mini, meja belajar warna pink yang sudah penuh dengan buku-buku, dan lemari pakaian warna pink yang juga kecil. Kamar ini terasa begitu sesak jika dilihat. Namun, yang membuat kamar ini begitu menarik adalah tempelan foto yang memenuhi dinding-dinding kamar.

Candra berdiri. Mengamati lebih jelas foto apa saja yang ditempel di dinding-dinding kamar. Dan kebanyakan adalah foto Ratih ketika ia sedang menari. Mulai dari Ratih kecil sampai remaja seperti sekarang. Ia tersenyum, gadis ini benar-benar unik. Di saat remaja seusianya memilih modern dance, ia justru sibuk menekuni tradisional dance yang menurut Candra sangat susah.

"Kenapa lo senyum-senyum? Gak usah dilihatin, ntar naksir!" Ratih berkata sebal melihat Candra senyum-senyum sendiri lihat fotonya. Ia malu.

"Emang udah naksir."

Ratih kaget. "Maksud lo apa--"

"Gak! Lupain aja! Ngomong-ngomong semalem lo tidur dimana?" Candra melanjutkan.

"Di sofa ruang tamu. Rumah ini cuma punya tiga kamar. Gak mungkin kan lo tidur bareng orang tua atau adek-adek gue?" jelas Ratih.

"Si goblok! Harusnya gue aja yang tidur di sofa. Lagian emang orang tua lo gak marah rumahnya kemasukan orang mabuk?" Candra bertanya, heran juga dengan orang tua Ratih yang bahkan mengizinkan orang asing tidur di kamar anaknya.

THE NEW YOU [Completed]Where stories live. Discover now