29. First Dating

4.6K 440 148
                                    

"Engkau lebih dari sekedar goresan pena. Lelaki tempat segala angan bermuara. Bergemuruh di dada berteriak cinta."

Hari minggu ini Ratih gunakan untuk membereskan kamarnya yang tak begitu besar. Pasalnya ia perlu buku-buku kelas sepuluh karena beberapa materi pelajaran kelas sebelas berhubungan dengan beberapa materi di kelas sepuluh. Jadilah sekarang ini gadis itu sibuk membongkar tumpukan buku dalam kardus. Memisahkan buku-buku yang diperlukannya dan yang tidak diperlukan. Berulang kali Ratih bersin-bersin karena debu yang menempel di buku-buku lawas itu.

"Hacih!"

Ratih mengusap hidungnya kala bersin menyerang lagi. Satu hal yang dibencinya saat beres-beres adalah debu. Di saat gadis itu ingin mengusap debu menggunakan kemoceng, pandangan Ratih jatuh pada buku berwarna pink di bagian kardus bawah sendiri. Ia mengambil buku itu dan menyadari jika ini adalah buku diary terakhirnya. Dahulu saat SD sampai SMP, Ratih sangat gemar menulis di buku diary. Dia tersenyum geli mengingat betapa dulu ia sangat alay.

Ratih meniup debu di atas buku itu. Mulai membuka lembar demi lembar dan membacanya. Dari mulai tulisan tangannya yang seperti cakar ayam sampai yang mulai rapi semua ada di sini. Ratih beberapa kali harus tertawa karena tulisan di diary nya adalah hal-hal sepele seperti kehilangan pulpen atau hari itu ia mendapat nilai tertinggi di sekolah. Setaunya eksistensi diary adalah menulis kisah penting dan sesuatu yang memorable. Sesuatu yang tak boleh orang lain tahu sehingga engkau menuliskannya pada diary secara rahasia. Bukan hal tidak penting seperti yang Ratih tuliskan.

Tangannya berhenti pada lembaran kertas terakhir. Di sana tertulis kisah yang paling dia ingat sepanjang hidupnya. Satu-satunya lelaki yang dia tulis. Kekasihnya sekarang. Candra.

...Sampai jumpa. Kelak aku akan memberikan tulisan ini pada si cowok bernama Candra itu...

Ratih berpikir sejenak. Bermaksud akan menunjukkan diary ini pada Candra. Bukan karena tujuan apa pun, hanya ingin mengingatkan Candra saja kalau cowok itu pernah terlambat datang MOS. Apalagi saat percakapan di pesawat waktu itu, Candra menunjukkan tanda-tanda ia lupa.

Dering ponselnya berbunyi. Ratih lamgsung menyambar ponselnya yang tergeletak di atas meja belajar. Nama Candra tertera di layar. Gadis itu mengerutkan dahi heran karena tidak biasanya pacarnya itu hari minggu jam sembilan begini sudah bangun. Cowok itu baru bangun jam dua belas seharusnya.

"Halo?" Ratih menyapa.

"Sayang," kata Candra dengan suara serak khas bangun tidur.

"Apaan?"

"Jalan-jalan yuk..."

"Gak bisa Candra. Gue lagi beres-beres kamar."

Ratih mendengar umpatan di seberang.

"Ini hari minggu. Ngapain masih sibuk aja. Gak mau tau pokoknya hari ini kita jalan!"

Menghela napas pasrah. Kalau Candra sudah bilang begitu, titah sang baginda raja harus dilaksanakan.

"Yaudah iya. Tapi agak siangan ya? Gue selesain beres-beres dulu."

"Oke. Gue tidur lagi aja kalau gitu. Dah Sayang...."

Kemudian telpon diputus secara sepihak. Ratih mendengus sebal.

THE NEW YOU [Completed]Where stories live. Discover now