🄺🅃🄷 1.1 : Longue

1.8K 118 8
                                    

Exmouth, Australia - May 2021 [One hour before boarding]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Exmouth, Australia - May 2021
[One hour before boarding]

Dari tempatnya berdiri sekarang Annelyn Sasongko dapat melihat jajaran pesawat berbagai maskapai yang terparkir di Apron Airport Perth Australia menunggu giliran untuk lepas landas.

Beberapa tahun terakhir pemandangan ini lah yang selalu mengisi kehidupannya setelah menjadi Chief Executif Officer di Silvetter Private Limited salah satu anak perusahaan one tier dari Sasongko Holdings, jabatan yang Annelyn Sasongko pikul tanpa kompromi setelah keputusan sepihak ayahnya tiga tahun yang lalu.

Annelyn Sasongko tetap menikmati berada dalam kebisingan bandara dan duduk berjam-jam di dalam pesawat walaupun bagi orang lain itu tidak menyenangkan sama sekali, dia hanya menikmati setitik mimpinya yang tidak bisa digapai- dia menyukai euphoria terbang walaupun bukan dia yang menerbangkan pesawatnya.

"Anda juga mengagumi sebuah pesawat terbang?," perkataan dari arah sampingnya membuat Annelyn Sasongko mundur ke belakang sambil memegang dadanya karena cukup terkejut walaupun pria itu tidak mencoba mengejutkannya.

Pria itu meringis dan memasang wajah menyesal. "Sorry, tidak bermaksud mengejutkan kamu."

Annelyn berdehem kembali menormalkan ekspresi dan posisinya, ia kemudian ikut memandang ke depan dimana beberapa ground crew entah itu dari maskapai atau airport mulai melakukan pre flight checklist –kegiatan yang selalu mereka lakukan untuk menjamin keamanan aircraft sebelum mengudara.

"Kenapa anda bisa menyimpulkan seperti itu?"

"Ya karena your eyes tell everything, beberapa orang memang begitu kan? tatapn menyiratkan segalanya."

Pria itu mengendikan bahu nya, dan Annelyn tersenyum tipis menyadari orang asing di sampingnya itu dapat menebak dengan benar. "Jadi jawabnya?" tanyanya melanjutkan.

"Yeah, I love it really."

"Seperti anak kecil itu?"

Pria itu menunjuk anak kecil yang menempelkan wajahnya tepat di wall glass juga ikut melihat jajaran pesawat yang terparkir tidak jauh dari mereka dengan salah satu tangannya memegang miniatur sebuah pesawat terbang.

Annelyn tergerak dia terkekeh saat menyadari perbandingan konyol yang di berikan pria itu kepadanya- dia menyamankan-nya dengan seorang anak kecil, how's funny!

”Maybe right, likes that kid.”

"Eumm tapi dengan your formal wear, saya rasa anda tidak cocok sama sekali." 

Annelyn kembali melihat penampilannya sore ini, setelan kerja berwarna pastel yang sangat kontras dengan uniform Hitam-Putih khas Pilot, dia terlalu cerah dan berwarna berbanding terbalik dengan beberapa pilot yang memang sedari tadi berlalu lalang.  

"Ya dan anda benar lagi tentang hal itu." 

"Saya juga suka." 

"Pardon me?”

"Ups I mean, Pesawatnya ..." katanya terkekeh dengan reaksi terkejut Annelyn. "... tapi terkadang saya juga muak."

"Muak? Karena?"

"Karena selalu ada di dalam pesawat pergerakan terbatas dan percayalah kamu pasti tidak akan suka mendengar cerita-cerita para penumpangnya." 

"Dua hal yang kontradiktif saya tebak?" 

"Ya seperti selamat datang dan selamat tinggal. Meninggalkan dan menyambut yang baru semacam cerita seperti itu." 

"Dan jangan lupakan sebuah pelarian," tambah Annelyn dengan suara pelan.

Pria itu terkekeh kecil, "Water?"

Pria itu menyodorkan sebotol air mineral kearahnya, pria itu sangat well prepare dan Annelyn semakin yakin kalau pria disampingnya adalah seorang traveler.

"Anda kelihatan pucat dan- bibir anda kering pecah-pecah. Bukan bermaksud untuk-" 

"Thank you.”

Annelyn menghentikan perkataan pria itu dengan mengambil botol air mineral berukuran traveler friendly yang disodorkan kepadanya.

Annelyn tidak pernah seperti ini sebelumnya- menerima pemberian orang asing, namun entah mengapa hari ini dia kelihatan berbeda dan sedikit tidak rasional.

Mungkin itu terjadi karena percakapan terakhirnya bersama sang Papa- Abraham Sasongko yang membuatnya seperti itu. 

"So, Indonesia?" 

"Sorry?"

"Your flight today.”

"Yes.”

"Berarti kita sama." 

Annelyn mengangguk sopan, dia membasahi tenggorokannya dengan air mineral pemberian si stranger di sampingnya.
 
"Setelah perjalanan bisnis?" 

"Yeap Perth, as you can see lalu bagaimana dengan anda sendiri?"

Annelyn terang-terangan menatap pria di sampingnya mencoba menemukan jawaban dari pertanyaan lewat pakaian pria itu. 

"Liburan, saya menghabiskan waktu yang menyenangkan di Exmouth dan Coral beach." 

Oh jadi dugaannya benar, pria itu seorang traveler. Annelyn mengangguk menyetujui, pakaian casual yang dikenakan pria itu sangat suitable dan traveler sekali. - celana bahan hitam, sweater coklat dan koper hitam lumayan besar.

Cukup untuk menggambarkan kebenaran dari perkataan pria itu dan Annelyn mulai membayangkan berapa banyak oleh-oleh yang ada di koper besar milik pria itu. Mungkin cukup untuk dibagikan kepada keluarga besarnya. 

"Liburan saat bukan musim libur?" tanya Annelyn dia terdengar agak skeptis.

Pria di samping Annelyn terkekeh lagi mendengar pertanyaan yang diajukan kepadanya. She is such frontal girl, pikir pria itu di dalam otaknya.

"Seperti tebakan anda sebelumnya, saya melarikan diri sejenak dari kemelut kehidupan." 

"Hidup berat?" 

"Yeah, my mom always ask me to get married. Setiap hari dan saya jengah so that's why I am here liburan dan menikmati Coral beach dan Ningaloo Marine Park ide yang bagus bukan untuk melarikan diri?”

"Yah sounds great jadi bagaimana liburan anda. anda pasti memiliki waktu yang menyenangkan di sana." 

"Cukup menyenangkan dan ampuh untuk melarikan diri, anda tidak mengunjungi tempat wisata apapun?" 

"Hanya cape range National Park, oh iya saya baru dari Exmouth juga untuk bisnis sih.”

"Wah," pria itu berdecak menyayangkan.

"Anda menyia-nyiakan waktumu yang berharga di Perth." 

Annelyn mengangguk menyetujui, "Yes I am.”

"Ann?"

Welcome On Board | KTH Where stories live. Discover now