1

1.2K 103 90
                                    

Macet bukanlah kendala yang asing bagi pengendara disetiap jalannya. Itu menjengkelkan, ditambah saat kau harus buru - buru untuk ke tempat tujuan mu.

Sabar, hanya itu yang bisa dikatakan dan dilakukan menghadapi macetnya jalanan yang setiap harinya padat dengan pengendara dan juga pejalan kaki lainnya.
Jam menunjukkan pukul 3PM, dengan suasana yang cemas dan khawatir, lelaki bermanik mata hijau kini membanting stir sudah berkali - kali karena jalanan tak kunjung renggang. Sama sekali tidak menyisahkan jalan untuk mobil nya melaju cepat ke tempat tujuan.

“Sialan! Macet saja terus! Lama - lama aku muak tinggal di London, kota yang sibuk” umpatnya dengan kesal.

Bunyi klakson kendaraan terus berbunyi mengganggu pendengaran lelaki itu. Bukan hanya mengganggu, dia memang tidak suka bunyi klakson. Meskipun dia termasuk lelaki dengan tipikal tidak sabaran, dia tetap tidak suka bunyi klakson yang bersaut - sautan karena tidak sabaran menunggu macet ini selesai.

“Bisakah pengendara kampungan itu berhenti menekan klakson nya?! Telinga ku bisa pecah!” karena kesal, lelaki itu pun turun dari mobil dan menghampiri pengendara mobil yang ada di belakangnya.

“Keluar kau, sialan! Cepat!” bentaknya sambil mengetuk kaca mobil pemiliknya.

“Ada masalah?“ tanya perempuan berambut brunette yang kini menatap santai lelaki yang telah mengetuk kaca mobilnya itu.

“Berhenti menekan tombol sialan itu!”

“Tombol? Tombol apa?” tanyanya bingung. Lelaki ini menggeram.

“Maksudku——berhenti menekan klakson sialan itu! mengganggu pendengaran ku!”

“Hey! Berhenti bertengkar! Jalankan mobil mu, bodoh! Di belakang sudah banyak yang menunggu!” teriak pengendara lainnya, tepatnya pada lelaki ini.

Lelaki bermata hijau ini pun memincingkan matanya dan melirik ke arah buku kecil yang ada di dashboard mobil perempuan ini. Senyumannya terpampang, namun miring, “Urusan kita belum selesai” ucapnya sambil pergi menuju mobil nya.

“Hey! Paspor ku!” teriak perempuan tadi. Berniat untuk turun dan mengambil kembali paspor miliknya, namun klakson kendaraan lainnya sudah bersaut - sautan membuatnya panik dan mobil lelaki tadi pun sudah tidak terlihat, “Astaga, paspor itu sangat penting”

»»»»

“Cindy! Well, akhirnya kau pulang juga. Aku khawatir, kau 'kan baru beberapa hari di London” ucap seorang perempuan berambut pirang yang kini menyambut kedatangan sahabat kecilnya.

“Kimberly, jangan Cindy. Aku bukan anak kecil lagi, nama itu cocoknya untuk anak kecil. Aku kehilangan sesuatu, sesuatu yang penting” ucapnya cemas, Cindy Kimberly—perempuan yang kehilangan paspor nya, dicuri tepatnya.

“Baiklah, Kimberly, kau kehilangan apa? Uang?” tanya Gigi—sahabat Kimberly.

Kimberly menggeleng, “Jika uang, aku tidak akan se-cemas ini. Paspor, paspor ku hilang. Maksudku—dicuri”

“Astaga?! Siapa yang mencuri paspor mu? Jangan bercanda, paspor itu sangat penting. Nanti bagaimana kau bisa kembali ke Spain?”

“Lelaki sialan itu. Aku akan menemukannya, harus” ucapnya dengan nada nyaris tak terdengar.

“Lelaki? Siapa?” tanya Gigi yang ternyata mendengar ucapan Kimberly barusan.

“Tidak ada. Aku lelah, tolong buatkan teh dari Yorkshire, ku mohon” pintanya lalu berangsur ke kamar apartemen milik Gigi.
Gigi hanya mengangguk dan menuju dapur untuk membuatkan teh Yorkshire yang dikirim Ibunya tempo hari.

Lain dengan lelaki tadi, kini Ia cemas dan mondar - mandir di depan ruangan khusus yang berbau obat - obatan. Ditariknya rambut ikal yang Ia punya, sambil menggeram pelan.

Wajahnya terlihat berantakan. Panik, cemas, khawatir, takut, semua menjadi satu. Pikirannya kemana - mana meskipun stuck pada seseorang yang ada di dalam ruangan itu.

“Kau harus selamat, sayang. Tidak akan ku biarkan kau pergi ke surga mendahului ku, tidak akan,”

“Kau harus selamat, kita bisa melakukan semuanya dari awal. Ya, dari awal. Jangan tinggalkan lelaki bodoh ini yang bernama Harry Styles. Dia sangat membutuhkan mu, sangat”

»»»»

Author speaks : Jadi, siapa di dalam ruangan itu? Kenapa Harry cemas?
Vomments jangan lupa :p
Next or stop?

Dark Side Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang