26

326 47 30
                                    

Kupikir dia akan lebih lembut—setidaknya dengan alasan aku mengandung anaknya. Tanpa harus mengeluarkan kata-kata yang seharusnya tidak ia ucapkan.

Memanggilku jalang saat aku sedang mengandung bukanlah hal yang baik. Sudah cukup aku dipandang rendah oleh keluarga Harry.

Dan Harry, kupikir ia berbeda. Kupikir ia akan terus menjaga tutur katanya. Tapi tidak, once an asshole is still an asshole dan akan terus seperti itu.

Aku turun dari taksi setelah membayarnya dengan uang yang masih tersisa. Aku bahkan tidak membawa koper berisi baju yang sudah kusiapkan tempo hari. Aku hanya membawa tas kecil biasa yang berisi ponsel dan uang serta credit card pribadiku.

Beruntung, di dalam tas kecil ini terdapat pasporku. Lihat, Harry, apa yang akan kulakukan segera, dengan paspor ini memudahkanku untuk pergi kapan saja.

Aku berjalan dan segera menuju lift ke lantai kamar apartemen Gigi. Beberapa orang di sini melihatku aneh. Beberapa bulan yang lalu perutku belum sebesar ini saat semasa kuliah—mungkin itu alasan mengapa mereka melihatku aneh.

Persetan dengan semuanya.

“Kim—” aku menoleh dan mendapati Gigi bersama Zayn di belakangku. Kurasa mereka habis pergi mencari sarapan di luar sana, atau mungkin olahraga pagi karena baju mereka sangat benar-benar santai.

“Kalian tidak di dalam?” tanyaku tanpa menghampiri mereka.

“Kenapa kau di sini? Bukankah kau seharusnya di rumah sakit?” Gigi melangkah menghampiriku. Sedikit ia melirik ke arah Zayn yang terlihat bingung, “Kim?”

“Jangan bilang kalau kau kabur?” saut Zayn. Aku menoleh dan mengernyitkan dahi.

Jika saja Harry tidak sebajingan itu, tidak akan pula aku kabur, bodoh.

“Aku lelah, boleh kau buka pintunya dan membolehkanku untuk istirahat sejenak?” Gigi kembali melirik ke arah Zayn dan menatapku sambil mengangguk dan membukakan pintunya.

Aku masuk sebelum Gigi dan Zayn. Aku mengambil segelas air putih dan meminumnya. Kulirik Zayn dan Gigi seperti tengah berdebat di luar sana. Apa lagi jika bukan tentang kedatanganku ke sini? Kurasa aku mengganggu setiap kehidupan orang.

“Aku akan kembali ke Barcelona.” ucapku yang menghentikan perdebatan mereka.

What—”

What? Kurasa aku hanya sampah yang menganggu kalian. Bukankah itu benar?” tanyaku sambil memilih duduk— pinggangku benar-benar sakit.

“Bukan begitu, Kim—”

“Begitulah, Gigi. Kalian rasanya terlalu memperdebatkan kedatanganku ke sini. Itu sangat menyinggungku—kau tahu?”

“Ya. Kami memang memperdebatkan kedatanganmu ke sini,” ucap Zayn yang membuatku terkejut, “Kau tahu kenapa? Karena ini hanya akan memperbesar masalahku dengan Harry? Kau ingat saat bajingan itu pulang dengan wajah penuh luka? Itu aku yang menghajarnya!”

“Kenapa kau lakukan itu?!” tanyaku spontan berdiri. Persetan dengan pinggangku.

Calm down, Kim, Zee,” ucap Gigi, “Zayn, kurasa biar aku saja yang menjelaskannya pada Kim. Kau akan emosi dan bisa saja berbuat kasar. Lebih baik kau pergi sekarang.”

“Pergi dan menghajar Harry lagi, maksudmu?” tanya Zayn mengepalkan kedua telapak tangannya dan melirik ke arahku, “Dengan senang hati, sayang.”

“Zayn! Bukan itu maksudku!” teriak Gigi, sedangkan Zayn keluar dari apartemen ini, “Sialan. Dia tidak main-main.”

“Gigi, aku tidak mau kalau Harry sampai kenapa-napa!”

Dark Side Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang