24

368 58 18
                                    

Aku berjalan hati-hati di atas banyaknya salju bertebaran di mana-mana. Sebenarnya aku tidak boleh ke luar flat, mengingat cuaca yang sangat dingin di saat aku sedang hamil.

Natal tahun ini terasa sangat tidak enak. Aku tidak bisa merayakan natal bersama ibuku dan ayahku. Mungkin saja Harry akan merayakam natal dengan keluarganya dan istrinya. Sementara Gigi, tentunya dia tidak merayakan natal.

Aku terus berjalan sampai ke taman di mana aku dan Harry pernah ke sini sebelumnya. Syukurlah, salju belum terlalu banyak di tempat ini. Kulihat masih banyak anak-anak yang bermain di sini, mereka sangat lucu.

Satu anak perempuan menangkap perhatianku, dia berlari menghindari ibunya yang mengejarnya.

“Lux tidak mau pulang!” teriaknya yang masih berlari. Anak kecil itu mempunyai rambut pirang yang lucu. Sementara ibunya mempunyai rambut berwarna abu-abu.

Tapi, sebentar-bukankah mereka kerabat Harry yang pernah ada di rumah sakit itu? Anak itu-yang pernah Niall gendong dan bertanya padaku tentang siapa aku. Oh sialan.

Aku segera mengambil tas yang kuletakkan di atas tempat duduk taman ini dan bergegas menjauh.

Brak!

Oh, sial.

Aku menengok ke bawah dan mendapati anak tadi terjatuh karena menabrakku. Spontan, akupun langsung meletakkan taskku dan menggendong anak kecil itu.

“Kau tidak apa-apa?” ia tidak menjawab, melainkan menatapku takut. Aku terkekeh, “I don't bite.” lanjutku menurunkan anak itu.

Mummy...rengeknya saat ibunya sudah berdiri di sampingku.

Aku menatap perempuan berambut abu-abu ini dengan tatapan canggung dan takut. Mengingat, mereka ini kerabat Harry. Tapi, aku tidak tahu pasti apakah mereka masih mengingatku atau tidak.

Selesai menatapnya, aku kembali mengambil tasku dan segera berbalik.

“Kimberly...” tak lain tak bukan suara itu datang dari mulut perempuan tadi. Akupun menoleh dengan hati-hati. Terpampang senyuman di wajahnya, “Senang bertemu denganmu lagi, Kim.”

Oh, tidak. Dia mengingatku.

“Apa kabarmu?” tanyanya mendekat. Akupun memundur satu langkah.

I'm great, thanks.jawabku takut bahkan enggan menatapnya.

Ia menggeleng, “Kau tidak perlu takut. Aku tidak akan memakimu di sini, aku juga sudah tahu semua.”

Aku terlihat kaget dan ingin membuka suara, “Harry yang menjelaskannya padaku.” tambahnya lagi.

Harry?

“Apa yang ia katakan?” tanyaku.

Ia menengok kanan kiri sebelum menjawab pertanyaanku, “Well, kurasa cuaca semakin dingin dan salju semakin banyak. Bagaimana jika kau ikut denganku ke rumahku? Aku mempunyai banyak stok teh dari Yorkshire.”

“Aku sangat menyukai teh Yorkshire, tapi kenapa tidak mampir di flat ku saja? Lagipula, tidak jauh dari sini.”

“Lux sepertinya sudah lelah, maka dari itu lebih baik pulang saja. Nanti aku akan memberitahu Harry untuk menjemputmu.” jawabnya.

“A—”

“Kami tidak terima penolakan.” potongnya begitu saja.

Akupun mengangguk dan berjalan di belakang perempuan ini dan anak kecil yang baru saja kuketahui namanya—Lux. Nama yang lucu.

Dark Side Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz