25

434 61 33
                                    

Harry's pov

Membawa Kimberly pulang dan melihatnya sangat terlihat kelelahan setelah pulang dari rumah Lou. Ia tertidur sangat pulas dengan wajah sedih. Benar-benar sedih.

Harusnya aku dapat mengenal Kimberly lebih dalam lagi, mengetahui apa yang sebenarnya ia rasakan tanpa harus ia yang mengatakan.

Aku gagal mencintai Kimberly. But, as ocean has no end, so does my love for her.

Aku membopong tubuh Kimberly untuk sampai ke tempat tidur dan melepaskan sepatu yang ia kenakan.

“Apakah kita sudah di flat?” ia bertanya dengan mata masih tertutup, too cute and adorable, “Harry? Are you gonna stay with me?” tanyanya lagi.

Akupun ikut naik ke tempat tidur dan mengelus pipinya, “I'm here, don't worry.”

Aku bahkan tidak bisa diam, ia begitu menggemaskan dan membuatku terus menciumi pipinya, “You're mine.”

“Harry! Aku memintamu untuk tetap di sini, bukan untuk menciumku tanpa henti.” Kimberly terbangun dan segera membuat rambutnya menjadi bun.

Itu salahmu mengapa menggemaskan.” jawabku dan mendekat ke arahnya, “I love you,” ucapku tanpa henti menciumi pundaknya dan memeluk erat pinggulnya yang melebar.

“Geli, bodoh!” umpatnya menahan tawa.

You like it, don't ya?” godaku dan terus memeluknya—menenggelamkan wajahku ke lehernya, “Kim, you bring me home.”

Setiap kali aku berada di samping Kimberly, aku hanya merasakan nyaman dan damai. Serasa Kimberly adalah milikku seutuhnya dan diriku hanya untuknya tanpa harus memikirkan yang lain. Maksudku—Emma.

“Promise me you'll never leave?” akupun masih memeluknya dari samping.

Ia menggeleng, “Goodnight Hazza. I'm gonna sleep.” ucapnya mencium puncak kepalaku dan meninggalkanku tidur.

Bahkan ia tidak berjanji untuk tidak meninggalkanku. Bagaimana jika memang Kimberly menyiapkan rencana untuk meninggalkanku setelah bayi kami lahir?

Ah, sialan.

Aku mengusap rambutku kasar dan tertidur di samping Kimberly dengan rasa takut—takut dia akan benar-benar pergi. Aku tidak mau itu terjadi.

Aku tidak bisa tidur, benar-benar tidak bisa tidur. Gelisah menghampiriku dan itu akan hanya menjadi mimpi burukku.

Pikiranku kacau saat melihat wajah lelah dan tersakiti yang dimiliki Kimberly. Kimberly bisa melahirkan kapan saja, maka dari itu dia juga bisa pergi kapan saja.

Jam menunjukkan pukul 2 malam. Kimberly sudah tertidur pulas, sementara aku masih tidak bisa tidur.

Aku mengambil ponselku dan berniat untuk menelpon Zayn untuk datang ke flat ini sekarang. Meskipun Zayn sangat emosional, dia orang yang baik. Dia mempunyai solusi yang baik jika ini berhubungan dengan Kimberly.

Tapi, aku tidak tahu apakah harus menelpon Zayn atau tidak. Mengingat, kami bertengkar kemarin dan dia menghajarku habis—bahkan luka memarku belum juga sembuh karena ulahnya.

Dark Side Where stories live. Discover now