20

344 52 25
                                    

Hampir satu bulan lamanya Harry koma, masih belum juga ada tanda dia akan bangun.

Dokter bilang, Harry mengalami masa koma yang panjang. Entah itu satu bulan atau lebih, sementara kandunganku sudah hampir 8 bulan, yang artinya tidak akan lama lagi aku akan segera melahirkan.

Beda dengan Emma, keadaan semakin memburuk. Dia mengalami depresi berat, serta jadwal cuci darah sudah tidak teratur lagi semenjak Harry koma.

Semua menjadi kacau. Bagaimana jika Harry benar - benar akan pergi? 3 orang akan dia tinggalkan. Aku, Emma, dan anak ini.

Aku tidak mau melahirkan tanpa Harry di sampingku, itu akan menjadi mimpi buruk. Harry harus bangun, harus.

“Kau tidak tidur?” aku menggeleng seraya menyeruput coklat hangat di aula rumah sakit ini, “Ini sudah pukul 2 pagi.”

“Aku akan menunggu Harry.” jawabku meletakkan gelas coklat panas yang sudah kosong, “Kau tidak pulang, Zayn?”

“Aku tidak ada kelas untuk besok. Jadi, aku akan menginap di sini menemanimu menjaga Harry.”

“Baiklah. Tapi nanti pagi akan ada Liam dan Niall di sini.”

“Tidak masalah.” jawab Zayn. Aku hanya mengangguk dan menarik erat hoodie milik Harry yang kebesaran di tubuhku. Suasana semakin dingin untuk seorang perempuan hamil sepertiku.

“Sebentar lagi aku akan melahirkan. Bagaimana dengan Harry yang masih dalam koma?”

“Kau yakin Harry akan bangun?” aku langsung menoleh ke arah Zayn dan menatapnya tajam, “Maaf jika pertanyaan itu menyinggung. Harry pasti akan bangun.”

“Dasar bodoh. Itu adalah pertanyaan terbodoh yang pernah kudengar dari kau, Zayn. Tentu saja Harry akan bangun dan melihatku melahirkan. Dia adalah seorang calon ayah yang baik dan bertanggung jawab.” Harry akan bangun, tolonglah, Tuhan.

“Berengsek tetap saja berengsek.” ucap Zayn yang mana membuatku menjadi bingung.

“Kau masih memikirkan persoalanmu dengannya saat di kampus itu? Itu kejadian yang sudah lama, Zayn. Kenapa belum bisa kau lupakan?”

“Kau tahu, orang-orang hanya akan mengingat keburukanmu dibandingkan kebaikkanmu. Jadi, jangan salahkan aku jika Harry kusebut berengsek, karena memang itu keburukkannya.”

Plak!

Itu tidak benar, berengseknya Harry itu sempurna. Ya, sempurna. Kuulangi, sempurna.

“Dengar, Zayn, kau itu hanya seorang pengecut yang beraninya menyebut keburukkan orang tanpa kau sadari di mana letak keburukkanmu itu.”

“Itu fakta.”

“Kita lihat siapa yang sebenarnya berengsek.” bisikku dan lalu masuk ke dalam ruang rawat Harry lagi.

»»»»

Pagi kembali terulang, dan Harry belum juga bangun dari komanya.

Apakah dia akan bangun? Atau, apakah dia akan meninggalkan kami semua?

“Kau harus sabar menunggu Harry, Kim.” ucap Niall dengan mulut yang berisikan bubur yang seharusnya aku makan.

“Hanya itu yang bisa kau katakan, gendut.” ledek Liam. Niall hanya menatap Liam sinis dan melanjutkan acara makannya, “Jadi, Zayn pergi pagi tadi?”

Aku mengangguk, “Ya, pagi sekali. Dia aneh sejak tadi malam.”

“Aneh kenapa?” tanya Liam dan aku hanya menggeleng, “Kau yakin tidak ingin memberitahu kami?”

Dark Side Where stories live. Discover now