8

932 59 135
                                    

Kemarin malam gue jatuh dari tempat tidur, dan teriak nama Harry :( mama gue tau dan ketawa pas dia lagi beresin lemari pakaian gue yg emang udah berantakan wkwk. Anjir keknya gue lagi mimpiin Harry kali yak :(

Ntar juga gue jadi jarang update? Bc of school. Besok gue langsung pake rok abu-abu dan no ospek :p ayyeeee

APH 2. Udah itu aja sayang.

Permintaan Emma kian membuat Harry bingung untuk berbicara kepada Kimberly. Ditambah kini Kimberly yang semakin menjauh dari Harry, tentu saja itu akan sulit.

“Kau harus bicara secepatnya dengan perempuan itu, Harry. Kau harus membujuknya,” saran Liam, “Ini juga akan bagus untuk Emma. Jika Emma sudah melakukan operasi pengangkatan rahim, maka dia bisa pulang ke rumah dan hanya tinggal meminum obat untuk kanker yang dia punya”

“Liam benar. Jika kau terus diam saja, kasihan Emma. Kau ingin Emma mening—”

“Diam!” bentak Harry, “Jangan teruskan ucapanmu itu, Niall. Kalian hanya memikirkan Emma. Kalian pikir, perempuan itu akan mau menyewa rahimnya? Tidak semudah itu!”

“Maaf, bukan itu maksudku,” balas Niall.

Liam menjitak kepada Niall pelan, “Bodoh. Louis mana?” tanya Liam.

“Sedang—” lagi - lagi ucapan Niall terpotong.

“Oioii!!” teriak Louis dengan skateboard ditangannya.

Harry mendongak dan melihat Louis bersama Zayn sedang berjalan mengarah ke arah mereka. Louis dan Zayn memang selalu menghabiskan waktu sore hari setiap minggu untuk bermain skateboard bersama.

Tatapan Harry kembali menajam ke arah Zayn, “Aku ingin pulang”

“Tidak boleh! Hargai mereka, Harry,” ucap Liam menahan Harry untuk tidak pergi.

Hi mate! Lou and Zen!” sapa Niall.

“Habis selesai bermain skateboard?” tanya Liam yang diberi anggukan dari Louis dan juga Zayn.

“Hazza, kau kenapa?” tanya Louis menyadari tatapan yang Harry berikan pada Zayn, “Well, aku paham. Mau sampai kapan kalian bermusuhan seperti ini? Zayn, kau juga harusnya relakan saja Emma bersama Harry, lagipula kau sudah punya penggantinya. Dan kau, Harry, jangan selalu mencari keributan. Tatapan mu sangatlah tidak enak dilihat”

“Kau tidak paham, Louis!”

“Paham apa? Perasaan? Omong kosong,” balas Louis.

“Aku ingin ke flat milik Gigi dulu. Dia ingin berbelanja dan memintaku untuk menemaninya,” pamit Zayn.

“Aku ikut!” teriak Harry, “Aku ingin... bertemu Kimberly”

“Untuk apa lagi? Bukankah kemarin kalian sudah bicara ya?” tanya Zayn menatap Harry mengintimidasi.

Harry melirik ke arah Liam, Niall dan juga Louis. Mereka yang mengerti pun mengangguk berusaha meyakinkan Harry, “Kau pasti bisa membujuknya,” ucap Liam.

Zayn mengernyitkan dahinya, “Tunggu, apa ini? Membujuk siapa?”

Louis menghela nafasnya,“Kau lupa yang tadi kuberitahu? Emma ingin menyewa rahim?” Zayn mengangguk, “Dan perempuan itu adalah Kimberly”

Zayn membulatkan matanya, skateboard yang sedari tadi dia tenteng tiba - tiba dia jatuhkan, “Kau gila, Harry! Gila!” teriak Zayn melempar Harry dengan snapback yang tadi dipakai.

“A—aku, aku dipaksa Emma. Jika aku tidak menurutinya, maka Emma tidak akan mau operasi pengangkatan rahim,” jelas Harry.

Zayn menggeleng, “Apa tidak ada cara lain? Menyewa rahim perempuan lain, kenapa harus Kimberly? Kau tahu, dia itu masih kuliah, dia baru tinggal di Inggris. Niat dia di sini untuk belajar, bukan untuk menjadi penyewa rahim!”

Dark Side Where stories live. Discover now