2

814 93 104
                                    

“Cepat, Cindy! Kelas pertama mu akan segera dimulai. Jangan sampai terlambat! Ini pertama kalinya kau masuk ke kelas sastra” ucap Gigi yang tergesa - gesa menarik tangan sahabatnya ini.

“Kimberly, bukan Cindy” koreksi Kimberly yang memang benci jika Gigi memanggilnya dengan nama depan itu. Menurutnya itu terkesan seperti anak kecil.

“Siapa yang peduli? Ayo cepat!”

“Terserah kau saja lah, Noura!” seketika Gigi berhenti dan menatap datar Kimberly, “Itu nama tengahku! Oh, ayolah, Kimberly. Kelas mu sebentar lagi akan dimulai”

“Baiklah, tolong lepaskan tanganku. Sakit! Dari tadi kau tarik - tarik. Tunjukkan saja dimana kelas itu berada” ucap Kimberly yang kini mengelus tangannya yang sedari tadi Gigi tarik disepanjang koridor.

“Di ujung sana, di samping tangga” jawab Gigi sambil menunjukkan arahnya.

“Baiklah, biar aku saja yang ke sana sendirian”

“Kau yakin?” Kimberly mengangguk, “Baiklah. Tapi, jangan jahil! Jangan membuat kegaduhan! Jangan—”

“Shut the fuck up, mummy!”

“Maafkan aku, Kimberly. Tapi, Ibumu yang menyuruhku untuk seperti itu”

“Ya ya, terserah. Aku ingin ke kelas, nanti aku telat. Sampai nanti!” pamit Kimberly dengan mengecup pipi Gigi.

Kimberly berlari kecil lalu berjalan santai menuju kelas barunya. Ini adalah hari pertama Kimberly menjadi mahasiswi di University College London. Sebelumnya, Ia berkuliah di Kanada. Namun, mendengar bahwa Gigi juga ada di Inggris, Kimberly pun memohon untuk pindah Universitas ke Inggris, tepatnya di UCL.

“Syukurlah belum telat. Maksudku—— hampir” gumam Kimberly yang kini sudah berada di kelasnya. Mulailah dia berjalan mencari tempat duduk yang cocok dan nyaman untuknya nanti.

Setelah mendapat tempat duduk yang baik, kini Kimberly hanya menunggu dosen datang dan sesekali memainkan ponselnya.

“Selamat pagi” ucap seseorang yang terlihat tidak terlalu tua masuk ke dalam kelas dan tersenyum manis ke arah siswa yang ada di kelas ini.

“Baiklah, sebelumnya, selamat bertemu lagi dengan ku, aku adalah Prof. Adalson William Smith jika salah satu dari kalian belum tahu siapa nama ku” ucapnya sambil mengenalkan dirinya sendiri.

Dimulai lah pelajaran dengan penerangan yang Prof. Adalson berikan. Kimberly pun dengan senang mencatat hal - hal penting yang Prof. Adalson ucapkan.

“Maaf, aku telat lagi” suara serak lelah milik seorang lelaki yang menurut pendengaran Kimberly sudahlah tidak asing lagi itu berjalan dari arah pintu masuk dan sekarang sudah duduk dibangku yang kosong, paling belakang.

Kimberly yang merasa aneh pun segera menengok ke arah belakang dan matanya bertatapan langsung dengan manik hijau itu. Dengan cepat Kimberly kembali fokus ke depan karena tatapan lelaki tadi justru menakutinya.

“Astaga... Apakah semua lelaki Inggris menakutkan seperti itu?” gumam Kimberly.

“Styles, sudah berapa kali ku peringatkan, jangan sampai telat lagi di kelas ini. Bukan kah sudah di beri jadwal jam yang benar?” kini Prof. Adalson mulai berbicara pada Harry yang bermarga Styles itu. Sontak Kimberly kembali menatap wajah lelaki itu meskipun berakhir dengan memalingkan wajahnya lagi ke arah depan.

“Aku kurang tidur. Jadi kesiangan. Maafkan saja lah, Prof. Adalson” jawab Harry dengan santainya. Prof. Adalson hanya bisa menarik nafas panjang berusaha tidak emosi karena ini sudah sangat sering terjadi, “Better late than never” sambung Harry.

Dark Side Where stories live. Discover now