14

467 55 50
                                    

Liat videonya ya :''

Ada yg pernah nangis atau emosi sama alur ceritanya? Soalnya gue yg nulis juga emosi dan bingung kenapa gue malah bikin alur gak jelas gini? :(

Kalo gak ada yg nangis maaf ya gak dapet feelsnya, gue gak pandai bikin cerita sedih :(

“Jadi begini, kau tetap harus temui Des, Harry. Jika kau tidak ingin bertemu dengannya sendirian, kau bisa membawa Emma atau Anne saja,” saran Robin pada Harry.

“Aku tidak mau. Harus berapa kali kuberitahu? Dan aku tidak akan membawa Emma atau bahkan Ibuku,” tatapan Harry menajam pada Robin yang terus memaksanya untuk menemui Des.

“Jadi kau harus bertemu dengan Des seorang diri.”

“Tidak, aku tidak akan pernah bertemu dengan si berengsek itu,” jawab Harry tegas, “Apakah kau hanya ingin membujukku untuk bertemu Des? Aku hargai bujukkan mu yang sangat mulia itu, tapi tetap saja aku tidak akan menemui Des. Permisi.”

Harry keluar dari ruangan Robin dan segera disapa oleh beberapa karyawan di kantor itu karena Harry sudah menjadi CEO di perusahaan Robin saat ini atas bujukkan Emma dan demi Kimberly juga.

Harry hanya membalas sapaan mereka dengan tersenyum sambil terus melangkah menuju ruangan yang sudah tersedia untuknya, “Permisi, tuan Harry, tadi ada perempuan datang dan ingin bertemu dengan tuan. Saya sudah melarangnya masuk karena dia mengaku belum membuat janji pada tuan tapi tetap saja dia masuk ke ruangan tuan,” ucap salah satu bawahan yang menatap Harry takut.

Harry terdiam sejenak dan mengira bahwa mungkin saja itu Emma. Harry tersenyum, “Mungkin itu Emma istri saya?”

“Tapi saya tahu betul wajah nona Emma, dan perempuan tadi bukanlah nona Emma, tuan.” karyawan itu tertunduk.

Harry kembali terdiam dan menebak mungkin saja itu Kimberly namum dengan cepat Harry menggeleng karena tidak mungkin itu Kimberly, “Baiklah, terima kasih.”

Harry melangkah cepat dan membuka pintu ruangan yang khusus untuknya. Matanya terpejam sekejap karena geram dan segera membanting pintu ruangan itu, “Untuk apa kau kemari, jalang?! Bukankah kau ada di Perancis?!”

“Libur semester. Tidak salah, kan jika aku datang ke Inggris untuk menemui kau?” Kenny berjalan menghampiri Harry dan hendak mencium Harry namun Harry langsung menghindar cepat.

Cih! Dasar jalang! Cepat katakan untuk apa kau kemari?”

“Aku ingin menjemputmu untuk bertemu Des yang sekarang dirawat disalah satu rumah sakit yang ada di Paris,” jawab Kenny.

“Des lagi? Aku sudah katakan, kalau aku tidak peduli. Apakah obrolan di telepon kemarin kurang jelas, NONA KENNY?!”

Kenny tertawa kecil, “Sayangnya kau menutup teleponnya tanpa kepastian, Harry sayang.”

“Itu menjijikan dan tolong hentikan memanggilku dengan sebutan sayang!”

“Oh aku lupa kalau kita sekarang adalah saudara. Saudara tiri,” Kenny tersenyum sebelum melingkarkan tangannya di leher Harry.

“Kita bukan saudara. Saudara ku hanya Gemma dan akan terus begitu, kau paham?” dengan cepat Harry menyingkirkan tangan Kenny.

“Tapi fakta berkata kalau kita adalah saudara meskipun sebelumnya kita mempunyai hubungan yang sangat spesial. Kuharap kau tidak akan lupa, Harry.”

“Kenapa kau malah membicarakan tentang omong kosong itu? Bodoh,” umpat Harry.

“Lalu? Tadi aku menyebut Des dan kau bilang, kau tidak peduli. Jadi aku harus mencari bahan obrolan apa, Harry?”

Dark Side Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang