16

366 59 53
                                    

Kenny terlalu berbahaya untuk Kimberly. Apalagi saat dia sudah mengetahui siapa Kimberly sebenarnya, sialan.

Pikiranku terus kacau dan tertuju pada Kenny dan Kimberly. Entah skenario apa lagi yang akan Kenny buat hanya untuk menyingkirkan Kimberly karena pasalnya, dia gagal menyingkirkan Emma.
Ya, Emma. Dia gagal.

“Jadi kau yakin akan memindahkan Kimberly ke flat baru? Usia kandungannya bahkan sudah memasuki 7 bulan.” dentingan garpu dan sendok bergeming di ruangan makan ini. Kakakku—Gemma berusaha meyakinkanku lagi atas keputusan yang sudah kupikirkan ini.

“Kenapa tidak Kimberly tinggal bersama kalian? Bukankah itu malah bagus agar kau tidak repot untuk sekedar mengunjungi Kimberly, bukan?” aku menggeleng pelan, sementara mata Emma dan Gemma mengarah pada Ibuku yang baru saja memberi saran bodoh itu.

“Tidak, Mum. Kau tidak paham.” satu kalimat pun lolos meski Ibuku malah mengeryitkan dahinya bingung.

“Kimberly tidak ingin tinggal di sini. Dia bilang, dia lebih suka tinggal sendirian.” ucap Emma, syukurlah kali ini ia bisa menyelamatkan Kimberly dari ide bodoh Ibuku.

“Maaf, tuan.” semua mata tertuju pada Sarah—pembantu rumah harian ini yang memanggilku dengan sebutan tuan, “Di luar ada seorang perempuan ingin bertemu denganmu, dia bilang kalau dia adalah orang penting.”

Segera aku mengelap mulutku dengan tissue yang sudah biasa disediakan dan beranjak dari kursi makanku, meninggalkan Emma, Gemma, Ibu dan juga Robin yang masih asik mengisi perut kosong mereka.

“Apakah dia memberitahu namanya?” Sarah menggeleng.

Langkahku semakin dekat dengan pintu luar dan mataku kembali melihat seorang jalang murahan yang tengah berdiri dengan koper besar yang dibawanya.

Kenny. Jalang itu datang kemari.

“Sialan! Apa yang kau lakukan di sini?!” suaraku meninggi seketika melihat wajah Kenny, “Sarah, masuk dan pastikan tidak ada dari mereka yang ada di dalam melihat perempuan ini.”

“Aku datang. Kau senang?” senyuman lolos dari bibir tipis Kenny.

Aku membuang muka dan kembali menatapnya kesal, “Apalagi yang akan kau lakukan di sini, Ken? Sesulit itukah untuk membiarkan hidupku tenang sedikit saja?”

“Aku merindukanmu, Harry.”

“Tapi tadi siang kita sudah makan bersama, Ken. Apa itu kurang?”

Kenny mengerucutkan bibirnya dan segera memelukku, sialan.

“Aku ingin tinggal bersamamu, satu minggu saja, boleh?” tangan kekarku berhasil mencengkram tangannya yang memelukku dan segera mendorongnya untuk menjauh.

“Kurangajar, kau kelewatan batas, Ken! Aku tidak akan pernah membiarkan kau untuk tinggal bersama kami, apalagi setelah Emma keguguran karena ulah konyol mu itu!”

“Jika Emma tidak keguguran, tidak mungkin juga kau akan bertemu dengan Kimberly. Bukankah begitu, sayang?” seringaian Kenny benar - benar membuatku kesal. Dia benar - benar sudah tau siapa Kimberly sebenarnya.

“Jaga omonganmu! Ingat, Emma belum tahu siapa kau!”

“Tapi, itu bukan salahku kalau Emma ternyata keguguran. Itu salahmu, Harry. Aku bahkan tidak pernah bertemu Emma. Apalagi saat kau membawa Kimberly dan memperkenalkannya sebagai Emma, kau ingat? Sepertinya akan lucu jika Emma tahu semuanya.” sialan, entah harus bagaimana menghadapi manusia laknat seperti Kenny.

“Maka aku akan memberitahu Emma kalau kau yang mengirimi paket teh Yorkshire yang ternyata berbahan untuk menghancurkan janin muda. Ingin dipenjara rupanya?”

Dark Side Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang