[1]

4.5K 296 17
                                    

[Wayo]
"Lepaskan aku!! Ku mohon lepaskan aku!!"

Pintaku yang memberontak keras karena dua orang tengah menyeretku entah kemana karena seluruh wajahku tertutup kantung plastik berwarna hitam.

"Arrgghhh ... diam kau anak culun."

Salah seorang yang memegangiku justru malah menyuruhku diam.

Dan entah kenapa mereka berdua berhenti menyeretku lagi.

Lalu seseorang lagi melepaskan kantung plastik ini dengan paksa  dan membuat kaca mataku terjatuh.

"Tan?"

Aku terkejut ternyata dayang-dayang Tan menyeretku padanya yang berada dibelakang gedung sekolahku. Tan, pemuda sombong ini selalu mem-bully murid yang rendah.

Termasuk diriku yang setiap harinya menjadi santapan siangnya untuknya dan teman-temannya.

Tapi masalah kali ini karena aku tidak memberinya contekan ketika ujian berlangsung.

"Wa-yo" Tan mengeja namaku.
"Loser." Dia mengataiku.
"Seorang loser tetaplah loser."
"Dan tempat seorang loser seharusnya ditempat sampah."
"Bukan di atas awan."

Semua hinaan itu sedikit menyakitiku, tapi ini belum seberapa bagiku, karena yang pasti dia akan melakukan hal yang lebih dari ini.

"Jika kau menuruti perintahku untuk memberikanku dan teman-temanku contekan saat ujian, nasibmu tidak akan separah ini."

Mulutnya yang sedang mengunyah sebuah permen karet terus saja berbicara mempersalahkanku.

"Lakukan" Ucapnya kepada dayang-dayangnya.

Kedua dayang Tan yang memegangiku lantas menyandarku ketembok sedangkan dayang yang berada disamping Tan pergi dan kembali lagi dengan membawa selusin telur.

Kedua dayang Tan yang memegangiku tadi lantas melepasku dan pergi ketempat Tan berdiri. Aku benci dengan tatapan mata Tan yang sejak dulu ia ingin membuatku menderita.

*Ceplak*
*Celpok*

Hingga dua belas kali suara itu terdengar menghantam tubuh, kepala dan tanganku bahkan celanaku pun juga.

Tak berhenti sampai disini akan kepuasannya membuatku menderita, lalu Tan membuka telapak tangannya kepada salah satu dayangnya hendak meminta sesuatu.

"Berikan itu." Pintanya.

Dan temannya itu lantas meletakan sarung tangan karet ketangannya, setelah itu Tan mengenakannya.

Aku sudah menebak apa yang akan ia lakukan. Yaitu ia mengeluarkan kunyahan permen karetnya itu dan lantas menempelkannya kekeningku.

"Tcutcutcut ..." Tan memintaku untuk diam. "Jangan menangis!!" Ujarnya padaku.

"Kau sudah punya susu kan?"
"Atau ... kau ingin kami membelikannya untukmu?" Ujar Tan.

Mereka semua menertawaiku karena ejekan Tan itu, dan setelah itu mereka semua lantas pergi meninggalkanku.

Setelah kejadian itu dan aku selesai mengganti pakaianku dengan pakaian biasa yang ku pakai untuk berpergian, aku memasuki kelasku. Ku lihat semua teman sekelasku menutupi hidung mereka begitu aku masuk karena mencium bau amis ditubuhku karena pecahan telor yang di lemparkan oleh Tan.

"Bau apa ini?"
"Baunya amis sekali."
"Ish .. dia sangat bau."
"Aku tidak tahan dengan baunya."

Gumaman para murid ketika aku memasuki kelas.

Aku lantas duduk duduk dibangkuku yang bersebelahan dengan sahabatku yaitu, Boom.

"Kau dari mana saja? Mengapa baumu sangat amis? Apa Tan menyiksamu lagi?" Boom menanyai bau tubuhku.

SAD STORY - Happy Ending [Book 1]Where stories live. Discover now