[5]

1.5K 186 24
                                    

[Captain]
Aku keluar dari dalam rumahku dan aku melihat Beam tengah memotret tanaman di halaman rumahku yang luas.

Sejenak aku berhenti di sana karena aku berpikir tentang perasaanku kepada Beam. Sejak dulu aku sudah menyukainya, hanya saja aku tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya karena aku takut bahwa ia menyukai gadis bukannya pria.

Dan apa yang aku lakukan tadi, mungkin semakin membuat semuanya menjadi rumit bagiku untuk mengungkapkan kembali perasaanku kepadanya.

Ku buang sejenak perasaanku dan aku menghampirinya karena melihatku berdiri melamun di pintu.

"Ow. Kau sudah selesai, Captain?" Tanyanya membuyarkan lamunanku.

"Iya." Jawabku dan lantas menghampirinya. "Ayo kita pergi." Ujarku.

"Benar. Kita akan terlambat nanti." Ujarnya.

"Beam." Ucapku ketika kami hendak pergi.

"Ada apa? Ada yang tertinggal?"

"Tidak." Jawabku.
"Uhmm ... aku hanya ingin bilang kalau aku minta maaf untuk tadi. Aku tidak bermaksud melakukannya. Maafkan aku ya?" Ujarku meminta maaf.

"Oii, tidak apa Captain." Jawabnya justru berseru tidak marah denganku.

"Kau tidak marah padaku?" Tanyaku yang bingung melihat sikapnya.

"Tidak. Aku adalah temanmu, kan?" Ujarnya.

"Yasudah, ayo kita pergi." Lanjutnya yang lantas berjalan pergi.

[Captain POV]
Beam. Apa kau tidak bisa merasakan apa yang aku rasakan saat bersamamu?

Kau membuat jantungku ini berdetak kecang untuk pertama kalinya. Tak ada seorang pun yang bisa membuatku seperti ini terkecuali dirimu.

Bukalah perasaanmu untukku sedikit saja, Beam!!

[Wayo]
Aku hampir saja terlambat melewati pagar yang hampir tertutup karena kurang dari 2 menit lagi. Ku percepat lariku da akhirnya dapat ku lewati pagar tersebut.

"Hei, siapa kau?" Tanya penjaga sekolah yang melihatku saat menutup pagar.

"Maaf, paman. Aku harus masuk kekelas." Ucapku terburu-buru dan lantas pergi.

"Hei, apa kau murid sini?!!" Teriaknya.

Dia berkata seperti itu karena mungkin saja ia lupa akan siapa diriku.

Aku mengabaikan hal itu, dan munculah masalah baru yang harus ku lalui. Yaitu semua murid melihatiku, para gadis terlihat mengagumiku dan bergumam senang mengenaiku.

Tak seperti biasanya hal ini terjadi padaku, aku pun sedikit mempercepat laju jalanku. Dan tiba-tiba saja seseorang yang ingin ku temui akhirnya datang menghampiriku, siapa lagi jika bukan Boom.

"Swadii Yo!!" Sapanya berseru padaku.

"Swadii Boom." Jawabku.

"Hoii, kau terlihat sangat tampan dan menggemaskan. Dimana kaca matamu?" Tanyanya.

Aku pun bingung mengapa Boom menanyakan hal itu, jelas-jelas kaca mataku tak pernah lepas ketika aku disekolah. Karena ia menanyakan hal itu langsung saja ku tunjuk letak kaca mataku dan aku mulai merasa aneh dengan wajahku.

"Tentu saja di ..." Jawabku sambil merabah wajahku. "Hoii, kaca mataku?" Ucapku yang baru saja tersadar bahwa kaca mataku hilang.

"Astaga ..." Ucapku yang baru saja teringat bahwa kaca mataku masih ada di tangan artis menyebalkan itu. "Kaca mataku masih bersamanya!!" Ujarku.

SAD STORY - Happy Ending [Book 1]Where stories live. Discover now