[14] B

1.2K 150 15
                                    

*Full Part Of Forth x Beam*

*Tring .. Trong*
Terdengar suara pesan LINE masuk kedalam ponselku, aku terbangun dibawah selimutku karenanya.

Ku keluarkan tanganku dan mulai mengambil ponselku dan ku buka selimutku sedikit dibawah hidungku untuk membuka mataku dan membaca pesan itu.

Forth :
Kau sudah bangun?

Sontak aku pun kaget dan lantas duduk karena aku teringat bahwa aku sudah berjanji padanya untuk mengajari mengenai dunia lukisnya.

Aku pun mempercepat jariku untuk mengetik

Beam :
Prepare ...

Setelah mengirim pesan itu, aku pun lantas melompat dari tempat tidurku untuk segera mandi. Tidak pernah aku merasa kesiangan hingga membuatku panik sendiri seperti ini, ini karena semalam aku sedang asyik membalas chat dari pelukis itu.

Kurang lebih 30 menit kemudian aku lantas pergi menemui pelukis itu yang sudah lama menantiku dari tadi diluar rumahku. Tapi aku heran mengapa ia tidak membawa mobilnya itu.

"Hooii, dimana mobilmu? Apa kau jalan kaki sampai disini?" Tanyaku yang bingung.

"Um." Jawabnya yang terdengar mengiyakanku.

"Aku tidak menyangka, orang sepertimu mau juga jalan kaki sampai disini."

"Memangnya seperti apa aku?" Ia justru menanggapi serius perkataanku.

"Ghuufftt .." Aku terkekeh. "Hoi, jangan menanggapi dengan serius perkataanku. Aku hanya bercanda." Ujarku.

"Oh." Jawabnya.

"Yasudah, kalau begitu kita akan memulai melukisnya dimana?" Tanyaku.
"Oh ya? Dimana alat-alatnya?" Tanyaku yang baru sadar bahwa ia tidak membawa apapun.

"Apa kau lupa dengan cara belajarmu dulu saat kau duduk di setiap tingkatan sekolah?"

"Hah?" Jawabku yang bingung.

"Dimana-mana kalau ingin kita ke materi .... kita harus melewati beberapa langkah dulu."

"Oh ... baiklah." Jawabku yang lantas melangkahkan kakiku dua langkah.
"Sudah. Apa aku bisa memulainya?" Tanyaku.

"Benar, semudah itu." Jawabnya.
"Jadi kita harus melewati beberapa proses yaitu, pengenalan, pemahaman dan setelah itu kita baru menuju materi?" Ujarnya sambil menghampiriku.

"Hah?" Aku terkejut mendengarnya.

Mendengar hal itu sontak membuatku tersiksa karena sepertinya aku akan kembali bersekolah dan dia sebagai guruku.

"Ouch, mengapa kau mengingatkanku pada masa-masa sekolahku!!" Ucapku yang kesal karena ia tidak memberitahuku bahwa ia akan mengajarku terlebih dahulu.

"Memangnya kenapa? Masa sekolahmu suram?" Tanyanya.

"Sangat ME-NA-KUT-KAN. Bahkan lebih menakutkan dari rumah hantu." Jawabku.

"Tenang saja, ini tidak se-ME-NA-KUT-KAN yang kau pikirkan." Jawabnya yang juga menirukanku saat mengeja kata 'Menakutkan'.

"Benarkah?" Tanyaku yang tidak percaya.

"Um." Jawabnya mengiyakanku dan lantas pergi terlebih dahulu. "Ayo cepat kita pergi!!" Sambungnya memerintahkanku.

SAD STORY - Happy Ending [Book 1]Where stories live. Discover now