[20]

1K 160 9
                                    

[Phana]
Aku sedang bersiap-siap untuk menghadiri sidang perkaraku dengan managerku sendiri, setelah semuanya siap aku menerima pesan group dari teman-temanku yang gila itu.

Dan tak berapa lama aku pun lantas pergi untuk menghampiri pengadilan.

Sebelum itu aku menemui ibuku disebuah taman karena ia tadi menelfonku dan memintaku untuk menemuinya.

"Ada apa, ma?" Tanyaku saat menemuinya duduk dibangku taman.

"Apa ada yang mama bisa bantu?" Tanyanya.

"Tidak ada." Sahutku.
"Kau tidak perlu khawatir, ma. Ini hanya salah paham. Aku pasti bisa menyelesaikannya sendiri dengan pengacaraku." Ujarku yang agak ketus.

"Pha, sampai kapan kau membenci ibumu ini?"

"Sudah ku katakan berulang kali kalau aku tidak membencimu." Jawabku.
"Hanya saja aku tidak menyukaimu." Sambungku.

"Pha, maafkan mama ..."

"Phana harus pergi, nanti Phana bisa terlambat." Ujarku.
"Swadii krub!!" Salamku pada ibuku.

Aku pun lantas pergi meninggalkannya sendirian disana karena aku juga terburu-buru untuk pergi ke pengadilan.

[Wayo]
Aku pun terburu-buru memasuki toilet sambil mencengkrami resletingku. Nampak disana sepi dan aku tak perduli, ku tutup toiletnya dan aku pun lantas membuka resleting ku dan ...

*Cuuuurrr ....*
"Aaaaaahhh ..... legahnya!!" Bas menghembuskan nafas legahnya.

"Ini semua gara-gara Boom. Aku sudah tidak tahan tapi dia tetap memintaku untuk menemaninya untuk ..." Gumam kesalku yang terpotong.

"Untuk apa?" Ucap seseorang dari luar.

Bas pun sedikit kaget karena mendengar suara yang tidak asing lagi untuknya.

"Astaga dia lagi." Gumamku lirih.
"Apa dia merindukanku?" Sambungku yang masih bergumam lirih.

Aku menyelesaikan pipisnya dan menyiram pipisnya itu, lalu dinaikanlah resletingnya dan kemudiam ia melepeaskan kacamatanya.

*Cekreeeek*

Aku membukan pintu dan keluar dengan penampilaku sebelumnya dan sedikit mengangkat dagu juga berekspresi tenang.

"Apa?" Tanyaku.

"Urusan kita belum selesai." Ucapnya.

"Benarkah?" Tanyaku lagi.
"Kalau begitu .... ayo kita selesaikan sekarag." Tantangku.
"Tapi sebelum itu, dimana teman-temanmu?" Sambungku.

"Ini urusan kita berdua." Ujarnya yang nampak berani.

"Ckck .." Aku menahan tawa. "Baiklah." Ucapku.
"Kau marah pada orang yang tepat." Ucap jahatku.

Aku pun lantas menarik kerah seragamnya dan mendudukannya disalah satu kloset dan menutup pintunya.

Didalam ia terus berteriak dan mencoba melawanku, tetapi aku tidak akan kalah olehnya. Ku siksa dia hingga ia mengaku kalah.

15 menit kemudian ...
Aku membuka kembali pintunya dan keluar dari sana sambil membawa seluruh seragam atas dan bawah Tan dan selepas itu pergi meninggalkannya sesaat setelah ku tinggalkan senyum jahatku.

Dan ia hanya duduk di kloset dengan nafas beratnya dengan rambut acak-acakan, tak berpakaian sama sekali dan hanya memakai sepatu juga kaos kaki saja serta celana dalamya

Setelah urusanku dengan Tan selesai, aku berjalan di lorong dan terus membawa seragam milik Tan yang ku buntal itu.

"Okay, selesai sudah." Ucap senangku.

SAD STORY - Happy Ending [Book 1]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن