[7]

1.3K 171 10
                                    

Aku membawa Ming kembali ke hotel, lebih tepatnya aku kembalikan ia kekamarnya. Aku masuk kekamarnya setelah aku mandi dan mengganti pakaianku untuk datang melihat keadaannya yang mungkin masih shock.

Dan ya benar, saat aku berdiri didepan pintu aku melihat Ming duduk diatas kasurnya merenung melamun.

Aku merasa kasihan padanya, dibenci oleh penggemarnya yang selalu mendukungnya selama ini hanya karena kesalah pahaman semata.

*Tok ... Tok .. Tok*

Jemariku mengetuk pintu membuatnya membuyarkan lamunannya itu dan menengok padaku.

"Ow, kau." Ujarnya melihatnya.

"Bolehkah aku masuk?" Tanyaku.

"Em. Masuklah." Jawabnya mempersilahkanku masuk.

Aku pun lantas berjalan masuk dan berdiri disampingnya. Ia kembali melamun lagi, dan membatku juga duduk.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanyaku.

"Entahlah, aku hanya tidak menyangka bahwa karirku akan sehancur ini." Ujar Ming.

"Kau jangan memikirkan yang lain, pikirkanlah bagaimana caranya supaya kau mendapatkan dukungan dari penggemar-penggemarmu untuk kau kembali lagi dalam pertunjukanmu." Ujarku yang sedikit memberinya dorongan semangat.

"Tapi bagaimana caranya? Sekarang sudah banyak orang yang membenciku karena vidio itu, lihatlah sendiri di akun twitterku." Jawabnya yang justru kesal.

Aku tak tahu bagaimana caranya aku bisa memberinya semangat. Aku juga bingung.

🙍🙍🙍🙍

[Wayo]
Aku tidak tahu kemana artis menyebalkan ini membawaku pergi setelah pulang sekolahku, yang jelas kini aku duduk didalam mobilnya dan ia menyetir mobilnya.

"Kau akan membawaku kemana, P'?" Tanyaku

"Diam saja. Kau hanya harus diam dan membayar semua perbuatanmu." Jawabnya yang begitu sini.

*Beeep ... Beeep ..*

Ponselku berdering, aku pun lantas mengambilnya dan menjawa telfon dari Boom itu.

"Hallo, Boom. Ada apa?" Ujarku menjawab telfon darinya.

"Sial. Apa kau benar-benar akan menemaniku bertemu dengannya?" Tanyanya yang masih mempertanyakan kehadiranku untuk bertemu sengan seseoang yang dia suka.

"Tentu saja. Kau kirim saja waktu dan tempat dimana aku harus menemuimu, aku pasti datang."

"Sekarang kau ada dimana? Mengapa rumahmu terkunci?" Tanya Boom.

"Oh ... aku sedang pergi dengan P'Pha."

"Cieeee ... apa kalian sedang berkencan? Wah ... tidak salah kalau kau tidak memakai kacamatamu."

"Sial. Apa kau ingin mulutmu itu ku tampar?" Aku menjadi badmood.

"Jangan lupa beri aku kabar jika kalian sudah berpacaran."

"Boom, KAU!!" Geramku.

"Marahlah, kau tidak akan bisa mengabaikanku. Ayo marahlah."

"Awas kau nanti." Gertakku.

"Yasudah. Semoga lancar kencannya."

"BOOM!!!"

*Tit ...*

Boom lantas mematikan telfonnya dan aku masih geram dengan sikap temanku yang satu itu.

"Kenapa? Kenapa wajahmu seperti itu?" Tanya P'Pha.

SAD STORY - Happy Ending [Book 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang