[2] Nice To Meet You

43.6K 3.1K 156
                                    

PUNGGUNG Thalia menubruk ambang pintu kamarnya. Matanya membeliak disertai kuda-kuda pertahanan diri, menatap penuh waspada akan sosok bertubuh tinggi yang tiba-tiba menyusup ke dalam rumah pamannya ini.

“Siapa kamu?! Kenapa kamu bisa masuk kemari?! KAMU MALING, YA?!”

Thalia yang histeris cukup membuat lelaki asing itu merangsek mundur. Apalagi Thalia langsung mendapatkan payung miliknya yang kebetulan masih berdiri di dekat pintu.

“Enak aja ngatain gue maling. Lo siapa, tau-tau ada di sini? Keluar dari kamar keramat pula. Mau nyuri apaan lo?!”

“Sembarangan kalau ngomong! Ini rumah paman saya, ya! Kamu pasti mau mencuri, 'kan?!”

Lelaki itu mendengus jerah. Bibirnya tertarik miring seolah menyeringai. Bukannya takut, ia justru membusungkan tubuhnya melawan Thalia.

“Nggak usah ngaku-ngaku, ya. Emang siapa nama paman lo si pemilik rumah ini, hah? Gue murid dari pemilik rumah ini yang bernama Fahri!”

Thalia mengerjap kaget. “Pa-paman saya juga bernama Fahri! Fahri Anjello!”

Agaknya lelaki itu tertegun beberapa saat, menelisik sesosok Thalia dari atas hingga ujung kakinya. Melihat cara gadis itu menggenggam erat payung bergagang hijau dengan sedikit gemetar cukup menarik perhatiannya.

“Jadi elo yang mau tinggal di sini? Nathalia?”

Tentu saja Thalia terpana setelahnya. “Ka-kamu tau nama saya? Dari mana?”

Ck, udah gue bilang, gue murid dari Bapak Fahri.” Lelaki itu kemudian menunjuk pintu tak jauh dari lokasi kamar Thalia. “Gue tinggal di situ. Atas ijin dari Bapak Fahri Anjello Calief. Puas lo?”

Bukannya mereda, keterkejutan Thalia bertambah setelah mengikuti arah tunjukan lelaki jangkung itu. Terlebih cara lelaki itu menyebut nama om-nya dengan amat lancar memperkuat dugaan terbaru di pikirannya.

“JADI KAMU YANG NAMANYA MEGAN?”

****

“Abisan Om nggak bilang muridnya cewek atau cowok. Lia panik lah begitu dia muncul tiba-tiba kayak tadi!” argumen Thalia untuk kesekian kali meladeni Fahri yang sudah terbahak berkat mendengar aduannya.

Juga lelaki yang duduk di seberang meja ruang tengah itu.

“Kamu aneh deh. Masa Om biarin murid perempuan tinggal di sini cuma berdua sama Om? Apa kata orangtuanya nanti?”

Benar juga. Kenapa Thalia tidak berpikir serasional itu dan malah menduga yang tidak-tidak mengenai pamannya sendiri?

“Salah Om juga lah! Siapa suruh tadi pamer kalau Om itu guru terganteng dengan banyak degems di sekolah? Nggak salah dong, kalau Lia sempet mikir Om punya murid simpanan di rumah!”

Astaghfirullah, Lia. Jahat kamu ya, nganggap Om sampai segitunya. Seganteng-gantengnya Om sampai ngebaperin murid-murid sendiri, Om masih punya standarisasi dalam memilih perempuan, ya. Kamu pikir Om pedofil?”

Dengusan geli keluar dari mulut lelaki yang sedari tadi menjadi penyimak. Menarik perhatian paman dan keponakannya itu memicing padanya. Kalau Thalia menanggapinya dengan lirikan tak suka, Fahri justru menjentikkan jari teringat sesuatu.

“Dengar cerita pertemuan kalian tadi, kalian pasti belum berkenalan satu sama lain, bukan?” Fahri yang memang duduk di sofa sama dengan Thalia pun merangkul keponakannya itu penuh hangat, “Megan, ini keponakan Bapak yang akan tinggal di sini untuk berkuliah. Dan Thalia, ini murid Om yang tinggal di sini, kamarnya di sebelah kamar kamu itu.”

S P L E N D I DWhere stories live. Discover now