[45] Simple

20K 1.6K 333
                                    

“Everything that allows me to breathe, I wish they are simple. Just like you, My Simple Happiness.”

ENTAH sudah kali keberapa Thalia membuang napas panjang. Tangannya terus mengaduk-aduk sepanci bubur kacang hijau yang mulai menguarkan aroma khasnya. Menu belajar memasaknya hari ini. Bersama sisa adonan gorengan di sisi lainnya.

Matanya kembali menemukan lelaki itu masih di tempat sama. Ikut menemukan matanya tetapi malah melebarkan senyum padanya.

“Atha, aku lagi serius ini.”

Hmm,” hanya itu yang menjadi respon Atha, entah sudah kali keberapa pula. Dia hanya duduk menopang sisi wajahnya di atas meja bar, memandangi Thalia di seberang sana tanpa pernah mengalihkannya.

 Dia hanya duduk menopang sisi wajahnya di atas meja bar, memandangi Thalia di seberang sana tanpa pernah mengalihkannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terus begitu sampai-sampai Thalia jengah dibuatnya.

“Atha, kamu serius nggak sih ngajarinnya? Ini lanjutannya gimana? Aku harus masukin apa lagi?”

Thalia sudah gemas sejak tadi sebenarnya. Atha yang mengajukan diri untuk mengajarnya memasak, tetapi lelaki itu hanya sebatas membimbing dengan mulut sedangkan Thalia yang mengerjakan. Karena memang Thalia mampu melakukannya sendiri.

Dia justru lebih tertarik memainkan ponselnya hanya untuk mengabadikan kegiatan Thalia saat ini.

“Udah dimasukin semua, 'kan? Ya udah, tinggal tungguin aja sampe mateng.”

“Tapi aku nggak yakin ini udah manis atau belum. Nggak perlu ditambahin apa-apa lagi emangnya?”

“Tinggal lihatin kamu juga udah manis entar.”

“Atha, bukan waktunya ngegombal!” Thalia nyaris melempar sendok pengaduk di tangan. Pipinya pasti sudah memerah. Menyebalkan rasanya karena Atha semakin dan semakin membuat jantungnya tidak tenang.

Thalia akhirnya menyerah, mencoba sendiri bubur kacang hijau buatannya. Meneteskan sedikitnya ke telapak tangan sembari meniup-niupnya sebelum menyesapnya. Kemudian dahinya mengernyit.

“Udah manis 'kan?”

Thalia berjengit lantaran Atha ternyata sudah berdiri di sebelahnya. Ia tergeragap. Mengalihkan perhatiannya segera dari Atha dengan kembali meneteskan sedikit bubur kacang hijau di tangannya.

“Nggak tau. Aku ngerasa udah manis, tapi kalau yang lain ngiranya kemanisan, gimana?”

Thalia berniat mencoba lagi. Tetapi Atha mengambil tangannya lebih dulu untuk menyesap tetesannya di sana. Bibirnya mengecap-kecap lalu berkata, “Ini udah pas manisnya. Sesuai sama resep yang aku kasih.”

Atha menengok Thalia yang sudah mematung, memberi senyum semringah, “Atau karena tangan kamu yang manis?”

“Atha!!!” Thalia megap-megap dibuatnya. Menjatuhkan pukulan-pukulan untuk Atha sembari menggosok-gosok tangannya di kaus yang dikenakan lelaki itu. “Siapa yang nyuruh jilat-jilat tangan aku emangnya?! Kamu jorok, ih!”

S P L E N D I DWhere stories live. Discover now